Anda di halaman 1dari 53

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN KRITIS
(KPG 302)
MODUL MAHASISWA
PROGRAM REGULER

DISUSUN OLEH

TIM KEPERAWATAN KRITIS

Erna Dwi Wahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kep.


Yulis Setiya Dewi, S.Kep.Ns.,M.Ng.
Ninuk Dian K.,S.Kep.Ns.,MANP
Sriyono, M.Kep.,Ns.Sp.,Kep.MB
Deni Yasmara, M.Kep.,Ns.Sp.,Kep.MB.
Harmayetty, S.Kp.,M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur disampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada akhirnya
modul praktikum keperawatan kritis ini dapat terselesaikan. Modul praktikum ini disusun
untuk memberikan mahasiswa berbagai gambaran kasus pada keperawatan kritis,
menstimulasi mahasiswa untuk berfikir kritis dalam melaksanakan asuhan keperawatan
mulai dari pengkajian, analisis data, merumuskan diagnosa keperawatan, menentukan
intervensi keperawatan dan melakukan tindakan keperawatan pada berbagai kasus kritis serta
memberikan gambaran perawatan dalam manajemen kasus pada kegawat daruratan dan kasus
kritis. Modul ini diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian
kompetensi kegawat daruratan dan keperawatan kritis.

Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan
yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini.

Terima kasih

Tim Keperawatan Kritis

2
KEPERAWATAN KRITIS II

1. Deskripsi Mata Ajaran


Keperawatan Kritis merupakan bagian mata kuliah Clinical Nursing yang membahas
tentang konsep dan perencanaan asuhan keperawatan yang etis, legal peka budaya,
dan berbasis pada evidence-based practice pada klien yang mengalami kondisi kritis
dan mengancam kehidupan. Perencanaan asuhan keperawatan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu mencegah atau mengurangi kematian
atau kecacatan yang mungkin terjadi.
2. Kompetensi Umum

Pada akhir pembelajaran keperawatan kritis ini diharapkan mahasiswa prodi


Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan dapat menentukan asuhan keperawatan yang
tepat dan mengaplikasikan asuhan keperawatan tersebut pada klien dengan kondisi
kritis dengan prinsip proses asuhan keperawatan yang benar.

3. Peta Kompetensi Keperawatan Kritis

No Level Kemampuan Pengalaman Belajar Profesi


Praktika P3N

Modul
1 2 3 4 1 2 3 4
A Ventilator Mekanik dan AGD
B Hemodinamik (ICP, CVP
monitoring)
C Syringe pump dan infuse pump

Keterangan

Level Kemampuan :

1. Kemampuan kognitif sangat kurang (belum menguasai teori dasar) dan melakukan
tindakan hanya 1 kali, perlu bimbingan/ supervise penuh
2. Kemampuan Kognitif kurang (belum mampu mengintegrasikan teori dalam praktik),
komunikasi minimal, pernah melakukan tindakan, masih perlu bimbingan dan
supervisi lebih lanjut.
3. Kemampuan kognitif cukup (mampu mengintegrasikan teori dalam praktik dengan
pemberian kata kunci), komunikasi cukup baik, melakukan tindakan lebih dari 1 kali

3
(tindakan terkoordinasi dengan baik dan mahasiswa percaya diri), perlu bantuan
minimal dan supervisi seperlunya.
4. Kemampuan kognitif baik (mampu mengintegrasikan teori dalam praktik),
komunikasi efektif, kompeten dalam melakukan tindakan (terkoordinasi, percaya diri,
caring), tidak perlu bantuan dan dapat membantu mengajarkan ke yang lain

Keterangan

Pencapaian kompetensi kognitif

1. Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan pembelajaran mandiri (SCL) untuk


mencapai kompetensi kognitif yang diharapkan.
2. Pertanyaan yang ada di kompetensi kognitif wajib sudah diisi sebelum praktikum
dimulai.
3. Mahasiswa wajib menuliskan secara jelas sumber atau referensi yang dipergunakan
pada bagian isian kompetensi kognitif.
4. Apabila lembar isian pada kompetensi kognitif dirasakan belum mewakili jawaban
yang lengkap, maka mahasiswa diperkenankan untuk menambah pada lembar
jawaban lain, dengan catatan : kerapian dalam ukuran kertas dan peletakan lembar
jawaban tambahan.
5. Segala bentuk plagiarism yang dilakukan oleh mahasiswa akan memperoleh tindakan
tegas yaitu pengurangan nilai
6. Evaluasi dari pencapaian ini akan dilakukan oleh fasilitator dan PJMA
7. Setiap modul yang telah selesai dilaksanakan harus memperoleh bukti dari fasilitator
berupa tanda tangan pada hari dan jam dimana modul tersebut terselesaikan, untuk
dilakukan penilaian dan evaluasi oleh PJMA
8. Mahasiswa dapat memperoleh detil jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada
kompetensi kognitif apabila seluruh kelompok telah menyelesaikan praktikum pada
modul tersebut.

Pencapaian kompetensi Afektif


1. penilaian pada aspek afektif akan dilakukan oleh fasilitator secara terintegrasi pada
setiap kegiatan pencapaian kompetensi kognitif maupun pencapaian kompetensi
psikomotor
2. matriks atribut soft skill yang digunakan pada pencapaian kompetensi efektif sebagai
berikut:

No ATRIBUT DEFINISI INDIKATOR SKOR


SOFT 1 2 3 4
SKILLS
1 disiplin Ketepatan Kehadiran Tidak Datang Datang Datang
waktu dalam dilaboratorium hadir di terlamb terlambat tepat
mengikuti laborat at > 5-15mnt waktu
kegiatan orium 15menit
praktikum
Ketaatan dan Penyerahan Terlam Terlam Terlambat Tepat

4
No ATRIBUT DEFINISI INDIKATOR SKOR
SOFT 1 2 3 4
SKILLS
kepatuhan tugas dan patuh bat >2 bat 2 1hr & waktu&
dalam terhadap tata hari & hari & jarang tdk pernah
melaksanakan tertib selalu sering melanggar melangga
tugas dan tata melang melang
tertib gar gar
praktikum
2. Etika Perilaku Perilaku dan Tidak jarang Sering selalu
sesuai norma ucapan yang pernah
dalam sopan & santun
kegiatan
praktikum
3. Partisipasi Keikutsertaan Penyampaian Tidak jarang Sering selalu
aktif secara aktif pendapat baik pernah
dalam setiap lisan maupun
kegiatan tulisan
praktikum tanya,melalui
bertanya,
memberikan
jawaban,
penyampaian
ide)
4. Komunika Kemampuan Penyampaian Tidak jarang Sering selalu
tif mengemukaka pendapat atau pernah
n pendapat gagasan dengan
atau gagasan penuh percaya
baik lisan diri, berani
maupun dengan kalimat
tulisan yang mudah
dipahami dan
asertif

Pencapaian Kompetensi Psikomotor

1. Pelaksanaan tindakan kompetensi psikomotor ini tergantung pada topic yang akan
dipelajari. Fasilitator akan menjelaskan bagaimana prosedur tindakan dilakukan.
Khusus topik “review” maka mahasiswa harus langsung melakukan dengan media
phantom atau teman dalam tim praktikum, fasilitator akan memberikan justifikasi dan
arahan apabila pada saat pelaksanaan mahasiswa belum benar atau belum sesuai
prosedur
2. Pada pencapaian kompetensi psikomotor setiap mahasiswa wajib melakukan
kompetensi psikomotor sesuai dengan materi praktikum yang dilakukan
3. Apabila waktu praktikum tidak mencukupi bagi mahasiswa untuk melakukan tindakan
sesuai kompetensi psikomotor yang diharapkan dengan pendampingan fasilitator,

5
maka mahsiswa wajib melakukan secara individual tiindakan tersebut. Penilaian dapat
dilakukan pada saat pendalaman praktikum .

PETUNJUK PRAKTIKUM

1. Materi praktikum ada 3 yaitu :


a. Ventilasi Mekanik dan AGD
b. Hemodinamik (ICP, CVP)
c. Syringe pump dan infuse pump
2. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai dengan
jadwal kelompoknya, apabila berhalangan hadir diharapkan mencari pengganti pada hari
tersebut dengan melapor pada PJMA dan fasilitator
3. Setiap kelompok mengingatkan ke masing-masing fasilitator pelaksaan praktikum
minimal 2 hari seblumnya
4. Inisial fasilitator adalah sebagai berikut :
 EDW : Erna Dwi wahyuni
 NDK : Ninuk Dian Kurniawati
 HY : Harmayetty
 YSD : Yulis Setiya Dewi
 AQ : Arina Qona’ah
5. Setiap mahasiswa wajib mentaati tata tertib praktikum
6. Ketentuan ujian praktikum akan dijelaskan lebih lanjut pada akhir pelaksanaan praktikum
7. Daftar nama kelompok dapat di akses di www.ners.unair.ac.id/ aula/ Face Book Akademik
Keperawatan UA

6
Modul A
VENTILASI MEKANIK DAN AGD
ISI MODUL :

1. Kompetensi yang diharapkan (kognitif, afektif, dan psikomotor)


2. Trigger case
3. Prosedur tindakan
4. Daftar referensi
Kompetensi yang diharapkan
i. Kognitif dan Afektif (Terintegrasi)
Mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi terjadinya ARDS dengan tepat
2. Mengidentifikasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada ARDS
dengan tepat
3. Mengaplikasikan intervensi pada kasus ARDS sesuai dengan prosedur
Kegiat Tugas Fasilitator Pencapaian Penilaian
an Mahasiswa
Hard skill Soft skill
PBL Fasilitator Mahasiswa - Kemamp - Disiplin
mengarahkan melakukan uan sintesis - Etika
mahasiswa analisis analisis kasus - Partisipasi
untuk terhadap - Kemamp - Aktif
menganalisis trigger case uan dalam - Komunikatif
trigger case yang memahami
sesuai dengan ditunjukka konsep dan
modul n dengan aplikasi SOP
praktikum yang mampu keperawatan
menjadi acuan menjelaska - Kemamp
bagi mahasiswa n uan dalam
dalam pengkajian critical point
melakukan fokus yang SOP
tindakan harus keperawatan
pengkajian dan dilakukan - Kemamp
pemeriksaan untuk uan
fisik masalah mengaplikasikan
sesuai SOP
trigger keperawatan
case, dalam asuhan
menentuka keperawatan
n masalah pasien dengan
keperawata ARDS.
n dan
intervensi
keperawata
n yang
tepat
Fasilitator Mahasiswa
mendemonstrasi mampu
kan melakukan

7
keterampilan redemonstr
(pengkajian dan asi terkait
pemeriksaan ketrampila
fisik sesuai n yang
trigger case) telah
yang akan ditunjukka
dipelajari n fasilitator
PBP* Fasilitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
penilaian pengkajian
terhadap hasil pada pasien
pengkajian dengan
ARDS
Failitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
penilaian analisis
terhadap hasil data dan
analisis data dan menyusun
penentuan intervensi
intervensi keperawata
keperawatan n pada
pasien
dengan
ARDS
Fasilitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
pendampingan tindakan
terhadap keperawata
tindakan yang n (baik
dilakukan. mandiri
maupun
kolaboratif)
dalam
manajemen
pada pasien
dengan
ARDS
menyusun
materi
edukasi
dan
pemberian
edukasi.

KOMPETENSI 1 :
Mengidentifikasi Terjadinya Ards dengan Tepat

8
Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma
jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.
FaktorResiko
1. Trauma langsung pada paru
 Pneumoni virus,bakteri,fungal
 Contusio paru
 Aspirasi cairan lambung
 Inhalasi asap berlebih
 Inhalasi toksin
 Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
2. Trauma tidak langsung
 Sepsis
 Shock
 DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation)
 Pankreatitis
 Uremia
 Overdosis Obat
 Idiophatic (tidak diketahui)
 Bedah Cardiobaypass yang lama
 Transfusi darah yang banyak
 PIH (Pregnand Induced Hipertension)
 Peningkatan TIK
 Terapi radiasi

KOMPETENSI 2 :
Mengidentifikasi Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Penunjang Pada ARDS
dengan Tepat
Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi paru relatif masih
terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10 hari setelah
terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai tahapan kegagalan
pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi, tergantung daripada pada
tahapan mana diagnosis dibuat.
Aktivitas&istirahat
Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan
Insomnia
Sirkulasi
Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
Heart rate : takikardi biasa terjadi
Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)
Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

9
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan
Hilang/melemahnya bowel sounds

Neurosensori
Suby./Oby. : Gejala truma kepala
Kelambanan mental, disfungsi motorik
Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse
Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
Peningkatan kerja nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan seperti
retraksi intercostal atau substernal, nasal flaring, meskipun kadar
oksigen tinggi.
Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi,
dan suara nafas bronkhial
Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan
dengan cara palpasi.
Sputum encer, berbusa
Pallor atau cyanosis
Penurunan kesadaran, confusion
Rasa aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastik
Seksualitas
Suby./Oby. : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

Kebutuhan belajar
Subyektif : Riwayat ingesti obat/overdosis
Discharge Plan : Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal,
mungkin membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Chest X-Ray
- ABGs/Analisa gas darah
- Pulmonary Function Test
- Shunt Measurement (Qs/Qt)
- Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
- Lactic Acid Level

KOMPETENSI 3 :
Mengaplikasikan intervensi pada kasus ARDS sesuai dengan prosedur

A. VENTILATOR MEKANIK

10
1. DEFINISI
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi.

2. TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR


a. Optimalisasi pertukar gas dan menurunkan work of breathing: pasien gagal nafas
penyebab pulmonal atau non pulmonal.
b. Pengendalian eliminasi CO2: pasien PTIK
c. Menurunkan kerja jantung: gagal jantung
d. Profilaksis: pasca bedah operasi besar

3. PERSIAPAN ALAT
a. Mesin ventilator
b. Tubing dan connector
c. Humidifier
d. Aquadest steril
e. Sarung tangan

4. PROSEDUR KERJA
a. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih
b. Sebelum memasang ventilator pada pasien, lakukan tes paru pada ventilator
untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar: sambungkan test lung
pada Y-piece.
c. Siapkan mesin ventilator dan tubing-tubingnya, isi humidifier dengan larutan
aquabidest dan sesuaikan suhunya.
d. Nyalakan tombol power
e. Gas flow on
f. Atur mode ventilator (kontrol sepenuhnya atau weaning). Pengesetan untuk
pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh
respons pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah.
g. Atur mesin untuk pengesetan awal sebagai berikut:
- Volume tidal : 6-10 ml/kgBB
- RR : 12-20 x/mnt
- PEEP : 5 cmH2O
- Mode : CMV-PCV/VCV
- Sementara setting, pasien mendapat ventilasi manual 100% oksigen.
- Siapkan pasien dalam kondisi sudah terpasang ETT atau tracheostomy.
- Sambungkan pasien ke ventilator
- Cek: perubahan tanda vital, Pulse oksimetri, EtCO2, periksa BGA setelah 30
menit, CXR: posisi ETT, pneumothorax, auskultasi.
- Reset ventilator setting sesuai kebutuhan.
- Lepas sarung tangan
- Mencuci tangan
5. CATATAN:
a. Yang perlu diperhatikan saat melakukan setting ventilator untuk masing-
masing mode adalah sebagai berikut:
- Pressure control : - Rate, FiO2, Inspiratory time, I:E rasio,
Pressure limit (P insp, P support)
- Pressure support : - Alarm (low volume dan high frequency),
Trigger, Back up mode

11
- Volume control : - TV, MV, FiO2, Peep, Trigger, PS, PC
- SIMV - Rate, TV, Peep, FiO2, Trigger, PS
- PSIMV - Rate, TV, FiO2, PS, PC, Peep, Trigger
- ASV - MV, Peep, FiO2
- Spontan - PS, Peep, FiO2, Trigger

b. Weaning dilakukan apabila kondisi klien memenuhi kriteria sebagai berikut:


a) Kesadaran membaik
b)Hemodinamik stabil
c) Rontgen thorax membaik
Metoda weaning: CMV  ACV  SIMV + PS  PS  CPAP Tpiece
ekstubasi
c. Monitoring yang penting pada pasien dengan pemasangan ventilasi mekanik
antara lain:
a) Monitor dan kaji pasien terhadap tanda-tanda: fighting, hipoksemia.
b) Dokumentasikan tindakan, hasil observasi dan respons klien.
d. Lakukan tindakan Ventilator Bundle

12
B. ARTERIAL BLOOD GAS
1. DEFINISI
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap specimen darah arteri.
2. TUJUAN
a. Mengetahui kebutuhan oksigenasi
b. Mengetahui derajat asam-basa
3. PERSIAPAN ALAT
a. Sarung tangan 1 pasang
b. Pengalas
c. Pengganjal (digunakan apabila area tusukan di arteri brachialis atau radialis)
d. Spuit 2,5 ml
e. Jarum suntik steril maksimal no. 22
f. Karet / gabus penutup 1 buah
g. Kapas steril 1 buah
h. Kapas alkohol 2 buah
i. Sodium Heparin 1000 U/ml
j. Bak injeksi 1 buah
k. Bengkok 1 buah
l. Label
m. Plester
n. Gunting verband 1 buah
o. Lembar permintaan pemeriksaan gas darah.
p. Buku dokumentasi
4. PROSEDUR KERJA
a. Bawa semua alat ke dekat klien.
b. Tanyakan kesiapan pasien.
c. Cuci tangan.
d. Basahi bagian dalam spuit dengan heparin.
e. Ganti jarum spuit dengan jarum steril yang baru.
f. Masukkan spuit, kapas bersih, kapas alkohol, dan karet / gabus penutup ke dalam
bak injeksi.
g. Tentukan daerah pengambilan darah dengan meraba denyut arteri.
1. Arteri radialis (bila hasil Allen’s test negatif)
2. Arteri brachialis
3. Arteri dorsalis pedis
4. Arteri femoralis
h. Pasang pengalas dan pengganjal di bawah daerah pengambilan darah.
i. Dekatkan bak injeksi dan bengkok ke klien.
j. Gunakan sarung tangan.
k. Desinfeksi daerah sekitar arteri dengan kapas alkohol.
l. Palpasi arteri dengan tangan tidak dominan.
m. Fiksasi arteri dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang tidak dominan,
sementara tangan dominan memegang spuit.
n. Tusukkan spuit ke arteri dengan ujung jarum menghadap ke atas dengan sudut 15°
– 45° (Arteri femoralis 90°).
o. Pertahankan spuit dan biarkan tekanan darah arteri mengisi spuit hingga 1-3 cc.
p. Cabut spuit dan tekan daerah tusukan minimal 5 menit dengan kapas alkohol
kemudian beri plester.

13
q. Keluarkan udara dalam spuit dengan menusukkan kapas steril pada ujung jarum
spuit terlebih dahulu.
r. Tusukkan spuit pada karet /gabus penutup.
s. Rapikan alat.
t. Lepas sarung tangan.
u. Rapikan pasien.
v. Cuci tangan.
w. Berikan label pada spuit (nama, register, tanggal, dan jenis pemeriksaan).
x. Kirimkan sampel ke laboratorium beserta format pemeriksaan yang telah
dilengkapi dengan data suhu, FiO2, SaO2.
y. Lakukan pendokumentasian.
5. CATATAN:
a. Pengambilan spesimen arterial blood gas dilakukan minimal 30 menit setelah
pasien sadar, tindakan suction, atau perubahan oksigen dan setting ventilator.
b. Hindari menusuk bekas tusukan sebelumnya dan daerah dekat vena
c. Lebih dari 0,25 ml heparin dalam 3 ml darah akan mempengaruhi nilai pH
darah.
6. INTERPRETASI
pH :

(acidosis) Asam 7,35 - 7,45 Basa (Alkalosis)


pCO2

(Alkalosis) Basa 35 - 45 Asam (Acidosis)


BE

(Acidosis) Asam -2 - +2 Basa (Alkalosis)


PCO2 Menentukan : Respiratorik
BE Menentukkan : Metabolik
TRIGGER CASE (PILIH SALAH SATU)
Tuan A usia 18 tahun masuk IRD karena tenggelam, dari pengkajian didapatkan TD =
80/60 mmHg, HR = 118 x/menit, RR = 34 x/menit pernafasan cuping hidung, pada
auskultasi didaparkan suara crackles bilateral dan wheezing di seluruh lapang paru. Tuan
A diberikan O2 NRM = 15 lpm, akral dingin,pucat,basah.Dari hasil laboratorium
didapatkan :
pH = 7.5
PaCO2 = 50
PaO2 = 50
SaO2 = 80%
HCO3 = 28

Berdasarkan kasus diatas :


1. Lengkapilah data kasus diatas?
2. Jelaskan criteria terjadinya ARDS?
3. Tentukan prioritas masalah yang ditemukan pada pasien ARDS tersebut!
4. Tentukan masalah keperawatan pada kasus tersebut!
5. Tentukan intervensi keperawatan dan intervensi kolaborasi yang diberikan pada
pasien tersebut

14
TRIGGER CASE
Tuan DB, 43tahun laki-laki, dibawa ke gawat darurat setelah diserang dan dipukuli
kepalanya dengan besi. Dia menderitaluka pada kepala, dada, dan perut, pasien sadar saat
kejadian dan tetap sadar sampai di bawa ke unit gawat darurat.
Setibanya di UGD, didapatkan GCS 13. Jalan napas paten dan suara napasa jelas
bilateral. Nadi 92 x/mnt, RR 20 x/mnt, tekanan darah 144/67 mmHg, suhu 37,1 C,
dan SpO2 tanpa bantuan oksigen adalah 100%.

Pemeriksaan fisik awal didapatkan memar dan pembengkakan di sekitar orbita mata kiri
dan iris, tidak ada gangguan penglihatan/ visus pada kedua mata. Pasien mengeluh sakit
perut dan dada dan terdapat memar dan bengkak pada daerah yang sama. Foto rontgen
dada dan tulang belakang tidak menunjukkan tanda-tanda trauma. GCS pasien pada
pemeriksaan awal adalah 15. Terdapat gejala gross hematuria.

Tuan DB dirawat di rumah sakit. CT scan menunjukkan robekan limpa, luka memar ginjal,
dan limpa. Tidak lama setelah masuk, pasien mengalami hipotensi. Dokter meresepkan
empat kolf darah untuk diberikan, Ativan dan morfin.
Dua hari kemudian, Rontgen dada pasien menunjukkan memar pada paru kanan atas dan
infiltrat bilateral. Pemeriksaan fisik dan foto thorak menunjukkan pasien mengalami
ARDS. Pasien kemudian mendapat bantuan pernafasan dengan ventilator setting sebagai
berikut:
Mode CMV frekuensi 14, Volume Tidal 650 ml, flow oksigen 60 lpm, FiO2 0,50
W2PEEP 5 cmH2O.

Pertanyaan:
1. Lengkapilah data pada kasus diatas
2. Jelaskan patofisiologi ARDS hubungkan dengan hasil pemeriksaan fisik dan data
penunjang!
3. Berdasarkan kasus diatas tentukan prioritas masalah dan diagnose keperawatan yang
muncul !
4. Tentukan intervensi dan implementasi keperawatan pada kasus diatas
5. Tentukan intervensi kolaborasi yang dapat diberikan pada kasus diatas

Jawaban:

15
16
17
PROSEDUR TINDAKAN
1. VENTILASI MEKANIK
No Kegiatan Dikerjakan Tidak
Dikerjakan
1. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan, diagnosa medis termasuk proses
penyakit, hasil laboratorium, tanda vital, pemeriksaan
fisik berkaitan dengan kondisi ARDS
2. INTERVENSI
Menentukan Kriteria hasil yang diharapkan :
2. Optimalisasi pertukar gas dan menurunkan work of
breathing: pasien gagal nafas penyebab pulmonal atau
non pulmonal.
3. Pengendalian eliminasi CO2: pasien PTIK
4. Menurunkan kerja jantung: gagal jantung
5. Profilaksis: pasca bedah operasi besar

PERSIAPAN ALAT
a. Mesin ventilator
b. Tubing dan connector
c. Humidifier
d. Aquadest steril
a. Sarung tangan
3. IMPLEMENTASI
PROSEDUR KERJA
1. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih
2. Sebelum memasang ventilator pada pasien, lakukan
tes paru pada ventilator untuk memastikan
pengesetan sesuai pedoman standar: sambungkan
test lung pada Y-piece.
3. Siapkan mesin ventilator dan tubing-tubingnya, isi
humidifier dengan larutan aquabidest dan sesuaikan
suhunya.
4. Nyalakan tombol power
5. Gas flow on
6. Atur mode ventilator (kontrol sepenuhnya atau
weaning). Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh
tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan
oleh respons pasien yang ditunjukkan oleh hasil
analisa gas darah.
7. Atur mesin untuk pengesetan awal sebagai berikut:
8. -9. Volume tidal 10.11.
: 6-10 ml/kgBB
12. -13. RR 14.15.
: 12-20 x/mnt
16. -17. PEEP 18.19.
: 5 cmH2O
20. -21. Mode 22.23.
: CMV-PCV/VCV
24. Sementara setting, pasien mendapat ventilasi manual
100% oksigen.
25. Siapkan pasien dalam kondisi sudah terpasang ETT
atau tracheostomy.
26. Sambungkan pasien ke ventilator

18
27. Cek: perubahan tanda vital, Pulse oksimetri, EtCO2,
periksa BGA setelah 30 menit, CXR: posisi ETT,
pneumothorax, auskultasi.
28. Reset ventilator setting sesuai kebutuhan.
29. Lepas sarung tangan
30. Mencuci tangan

CATATAN:

Yang perlu diperhatikan saat melakukan setting


ventilator untuk masing-masing mode adalah sebagai
berikut:
- Pressure control : - Rate, FiO2, Inspiratory
time, I:E rasio, Pressure
limit (P insp, P support)
- Pressure support : - Alarm (low volume dan
high frequency), Trigger,
Back up mode
- Volume control : - TV, MV, FiO2, Peep,
Trigger, PS, PC
- SIMV - Rate, TV, Peep, FiO2,
Trigger, PS
- PSIMV - Rate, TV, FiO2, PS, PC,
Peep, Trigger
- ASV - MV, Peep, FiO2
- Spontan - PS, Peep, FiO2, Trigger
- Weaning dilakukan apabila kondisi klien memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a) Kesadaran membaik
b)Hemodinamik stabil
c) Rontgen thorax membaik
Metoda weaning: CMV  ACV  SIMV +
PS  PS  CPAP Tpiece ekstubasi
- Monitoring yang penting pada pasien dengan
pemasangan ventilasi mekanik antara lain:
- Monitor dan kaji pasien terhadap tanda-tanda:
fighting, hipoksemia.
NB. Lakukan ventilator bundle

4. EVALUASI

- Lakukan pendokumentasien pada tindakan, hasil


observasi dan respons klien.
- Lakukan analisis dengan menyesuaikan dengan
kriteria hasil yang sudah disusun
- Analisis intervensi dan bilaperlu dilakukan
modifikasi

19
2. ARTERIAL BLOOD GAS
No Kegiatan Dikerjakan Tidak
Dikerjakan
1. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan, diagnosa medis termasuk proses
penyakit, hasil laboratorium, tanda vital, pemeriksaan
fisik berkaitan dengan kondisi ARDS
2. INTERVENSI
Menentukan Kriteria hasil yang diharapkan :
- pH darah dalam batas normal
- Pasien terhindar dari kondisi yang berbahaya
PERSIAPAN ALAT
a. Sarung tangan 1 pasang
b. Pengalas
c. Pengganjal (digunakan apabila area tusukan di
arteri brachialis atau radialis)
d. Spuit 2,5 ml
e. Jarum suntik steril maksimal no. 22
f. Karet / gabus penutup 1 buah
g. Kapas steril 1 buah
h. Kapas alkohol 2 buah
i. Sodium Heparin 1000 U/ml
j. Bak injeksi 1 buah
k. Bengkok 1 buah
l. Label
m. Plester
n. Gunting verband 1 buah
o. Lembar permintaan pemeriksaan gas darah.
p. Buku dokumentasi
3. IMPLEMENTASI
1. PROSEDUR KERJA
1. Bawa semua alat ke dekat klien.
2. Tanyakan kesiapan pasien.
3. Cuci tangan.
4. Basahi bagian dalam spuit dengan heparin.
5. Ganti jarum spuit dengan jarum steril yang baru.
6. Masukkan spuit, kapas bersih, kapas alkohol, dan
karet / gabus penutup ke dalam bak injeksi.
7. Tentukan daerah pengambilan darah dengan
meraba denyut arteri.
8. Arteri radialis (bila hasil Allen’s test positif)
9. Arteri brachialis
10. Arteri dorsalis pedis
11. Arteri femoralis
12. Pasang pengalas dan pengganjal di bawah daerah
pengambilan darah.
13. Dekatkan bak injeksi dan bengkok ke klien.
14. Gunakan sarung tangan.
15. Desinfeksi daerah sekitar arteri dengan kapas
20
alkohol.
16. Palpasi arteri dengan tangan tidak dominan.
17. Fiksasi arteri dengan jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang tidak dominan, sementara tangan
dominan memegang spuit.
18. Tusukkan spuit ke arteri dengan ujung jarum
menghadap ke atas dengan sudut 15° – 45° (Arteri
femoralis 90°).
19. Pertahankan spuit dan biarkan tekanan darah arteri
mengisi spuit hingga 1-3 cc.
20. Cabut spuit dan tekan daerah tusukan minimal 5
menit dengan kapas alkohol kemudian beri
plester.
21. Keluarkan udara dalam spuit dengan menusukkan
kapas steril pada ujung jarum spuit terlebih
dahulu.
22. Tusukkan spuit pada karet /gabus penutup.
23. Rapikan alat.
24. Lepas sarung tangan.
25. Rapikan pasien.
26. Cuci tangan.
27. Berikan label pada spuit (nama, register, tanggal,
dan jenis pemeriksaan).
28. Kirimkan sampel ke laboratorium beserta format
pemeriksaan yang telah dilengkapi dengan data
suhu, FiO2, SaO2.
29. Lakukan pendokumentasian.

CATATAN:
- Pengambilan spesimen arterial blood gas dilakukan
minimal 30 menit setelah pasien sadar, tindakan
suction, atau perubahan oksigen dan setting
ventilator.
- Hindari menusuk bekas tusukan sebelumnya dan
daerah dekat vena
- Lebih dari 0,25 ml heparin dalam 3 ml darah akan
mempengaruhi nilai pH darah.

4. EVALUASI

- Lakukan pendokumentasien pada setiap aspek yang


diperoleh, baik dari data subyektif maupun obyektif
- Lakukan analisis dengan menyesuaikan dengan
kriteria hasil yang sudah disusun
- Analisis intervensi dan bilaperlu dilakukan modifikasi

DAFTAR PENCAPAIAN
No. Kegiatan Kesempatan ke
1 2 3 4 5

21
Catatan :
 Berikan angka (1-4) sesuai dengan level kompetensi yang dicapai mahasiswa pada
setiap kesempatan
 Daftar tilik ini dapat dipergunakan selama dilaboratorium maupun selama PBP
 Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan tindakan ( baik PBL
maupun PBP)

MAHASISWA DINYATAKAN *: REKOMENDASI :

*dinyatakan dengan terampil, kurang terampil atau belum terampil


Mengetahui
PJMA FASILITATOR

( ) ( )
TANDA TANGAN DAN NAMA LENGKAP

22
MODUL B

PEMANTAUAN HEMODINAMIK (CVP, ICP MONITORING)

ISI MODUL :

1. Kompeensi yang diharapkan ( kognitif, afektif, dan psikomotor)


2. Trigger case
3. Prosedur tindakan
4. Daftar refrensi

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

A. KOGNITIF & AFEKTIF (TERINTEGRASI)


Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi dari pemantauan hemodinamik (CVP dan ICP Monitoring)
2. Menyebutkan tujuan dari tindakan pemantauan hemodinamik (CVP dan ICP
Monitoring)
3. Menyebutkan dan mempersiapkanan alat dari tindakan pemantauan hemodinamik
(CVP, ICP Monitoring)
4. Menyebutkan tahapan tindakan pemantauan hemodinamik (CVP dan ICP Monitoring)
5. Menjelaskan intepretasi dari temuan pemantauan hemodinamik (CVP,dan ICP
Monitoring)

B. PSIKOMOTOR & AFEKTIF ( TERINTEGRASI)

Kegiatan Tugas Fasilitator Pencapaian Mahasiswa Penilaian

Hard skill Soft


skill

PBL Fasilitator Mahasiswa melakukan - Kemampuan sintesis - Disiplin


mengarahkan analisis terhadap analisis kasus - Etika
mahasiswa untuk trigger case yang - Kemampuan dalam - Partisipa
menganalisis ditunjukkan dengan memahami konsep si
dan aplikasi SOP - Aktif
trigger case sesuai mampu menjawab dan keperawatan - Komuni
dengan modul menjelaskan - Kemampuan dalam katif
praktikum yang pengkajian fokus yang critical point SOP
menjadi acuan bagi harus dilakukan untuk keperawatan
mahasiswa masalah sesuai trigger - Kemampuan
case, menentukan mengaplikasikan
SOP keperawatan
masalah keperawatan
dalam asuhan
dan intervensi keperawatan pasien
keperawatan yang

23
tepat dengan
pneomothorax
Fasilitator Mahasiswa mampu
mendemonstrasika melakukan
n keterampilan redemonstrasi terkait
pemantauan ketrampilan yang telah
hemodinamik ditunjukkan fasilitator
(CVP, dan
ICP)yang akan
dipelajari

PBP* Fasilitator Mahasiswa mampu


melakukan melakukan pengkajian
observasi dan pada pasien dengan
penilaian terhadap masalah gangguan
hasil pengkajian hemodinamik

Failitator Mahasiswa mampu


melakukan melakukan analisis
observasi dan data dan menyusun
penilaian terhadap intervensi keperawatan
hasil analisis data pada pasien dengan
dan penentuan masalah gangguan
intervensi hemodinamik
keperawatan

Fasilitator Mahasiswa mampu


melakukan melakukan tindakan
observasi dan keperawatan (baik
pendampingan mandiri maupun
terhadap tindakan kolaboratif) dalam
yang dilakukan. manajemen pada
pasien dengan masalah
gangguan
hemodinamik
menyusun materi
edukasi dan pemberian
edukasi.

24
Kompetensi 2.1

Pemantauan Hemodinamik: CVP

1. DEFINISI PENGUKURAN CVP:


Melakukan pengukuran tekanan pada pembuluh vena sentral.

2. TUJUAN PENGUKURAN CVP:


1. Mengetahui status volume intravaskuler dan menunjukkan volume sirkulasi darah
(status hidrasi tubuh): normovolemik, hipervolemik, hipovolemik atau dehidrasi.
2. Mengetahui tonus pembuluh darah: hipotonus atau hipertonus
3. Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa: indikasi gagal jantung kanan

3. PERSIAPAN ALAT UNTUK PENGUKURAN CVP:


1. Cairan isotonis (NaCl 0,9%).
2. 2 buah infus set:
- 1 buah untuk dipasang pada manometer.
- 1 buah untuk cairan isotonis.
3. Manometer.
4. Waterpass atau pipa U.
5. Threeway stopcock
6. Sarung tangan bersih

4. PROSEDUR PENGUKURAN CVP:


Pengukuran CVP dapat dilakukan dengan menggunakan:
- Manometer manual

Prosedur Pengukuran CVP secara manual:


1. Kaji kebutuhan pasien untuk pengukuran CVP
2. Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien atau keluarga.
3. Persiapkan alat.
4. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
5. Persiapkan pasien dengan memposisikan pasien datar (supine position) bila
memungkinkan. Bila pengukuran tidak dapat dilakukan dengan supine position, maka
pengukuran dapat dilakukan dengan posisi kepala pasien ditinggikan 30-40o. Posisikan

25
lengan pasien ke atas kepala atau menjauhi dada pasien.
Note:
- Prinsipnya tiap pengukuran pada satu pasien sebaiknya menggunakan satu posisi
yang sama. Catat posisi pasien pada awal pengukuran untuk menjaga konsistensi
hasil pengukuran.
6. Cek cairan yang saat ini dipergunakan pasien. Pergunakan cairan isotonis (NaCl 0,9%)
untuk melakukan pengukuran.
Note:
- Apabila infus set untuk pengukuran CVP tidak memungkinkan untuk diganti, maka
ganti cairan yang terpasang pada pasien dengan cairan isotonis (NaCl 0,9%) dan
alirkan terlebih dahulu untuk mendorong cairan sebelumnya masuk ke tubuh.
7. Pastikan kepatenan kateter dengan melihat kelancaran tetesan cairan infus dan aliran
threeway stopcock.
8. Tentukan zero point (titik nol) dengan waterpass atau pipa u setinggi ICS IV mid
axillary line (posisi ini menggambarkan setinggi atrium kanan). Titik ini merupakan
“Phlebostatic Axis” (lihat gambar 1). Pasang manometer pada tiang infus sesuai zero
point yang telah ditentukan.

Gambar 1: The Phlebostatic Axis (Emil Vernarec & Sally Beattie Dulak, 2003)

9. Tutup aliran threeway dari cairan infus yang ke arah jantung.


Note:
- Apabila pasien mendapatkan obat-obat emergency (infusion pump/syringe pump),
biarkan obat tersebut tetap mengalir.
10. Buka aliran threeway dari cairan isotonis yang ke arah manometer. Isi manometer

26
dengan cairan isotonis tersebut secukupnya (bila menggunakan infus set usahakan
chamber infus terisi) lalu tutup lagi alirann
11. Buka aliran threeway dari cairan manometer dan alirkan ke jantung.
12. Perhatikan cairan dalam manometer akan turun perlahan sesuai irama nafas pasien
hingga berhenti pada satu titik ketinggian tertentu.
13. Angka pada manometer yang sejajar dengan tinggi permukaan air tersebut adalah nilai
CVP.
14. Kembalikan threeway pada aliran semula.
Note:
- Pasang dan alirkan kembali cairan infus sebelumnya, apabila cairan infus tersebut
selama pengukuran dilepas.
15. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
16. Dokumentasikan hasil pengukuran CVP.

INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN CVP:


1. Nilai normal CVP:
 5 – 15 cmH2O (menggunakan manometer manual)
 4 – 11 mmHg (menggunakan monitor dan transducer)
Note : Pada pengukuran dengan electronic pressure transducer, hasil pengukuran
satuannya adalah mmHg.

Daftar Pustaka
Cole E. 2007. Measuring central venous pressure. Nursing Standard. 22 (7) 40-42

Morton PG, Fontaine DK, Hudak CM, Gallo BM. 2005. Critical Care Nursing: a
Holistic Approach. Eighth edition. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia PA.

Woodrow P. 2002. Central venous catheters and central venous pressure. Nursing
Standard. 16, 26, 45-51.

Kompetensi 2.2
Pemantauan Hemodinamik: ICP
1. DEFINISI
Suatu prosedur pemantauan untuk mengetahui nilai dari tekanan intra kranial (Intra
Cranial Pressure) dengan cara melakukan pengukuran secara berkala.

27
Normal ICP: 5-15 mmHg
Nilai konversi 1 mmHg= 1,36 cmH2O
1 cmH2O= 0,735 mmHg

2. TUJUAN
a. pemantauan/ observasi tekanan intrakranial dengan benar sebagai pedoman untuk
mengatur kestabilan tekanan intrakranial
b. diagnostik dan terapeutik

3. PERSIAPAN ALAT
1. Infus Set : 2 buah (1 untuk manometer, 1 dihubungkan dengan drain)
2. Drain bag : 1 buah
3. Tree Way stop Cock: 1 buah
4. Standart infus
5. Manometer, plester
6. Water pass
7. Sarung tangan

4. PROSEDUR TINDAKAN
a. Kaji Kebutuhan pasien untuk pengukuran ICP
b. Beri tahu pasien atau keluarga pasien tentang prosedure yang akan dilaksanakan
c. Jaga privasi pasien
d. Cuci Tangan
e. Gunakan sarung tangan
f. Posisikan pasien slight head up (sesuai indikasi)
g. Gunakan tree way stopcock untuk menghubungkan antara otak, bag (drain) dan
manometer.
h. Tutup drain ke arah ICP selama 5 menit
i. Tentukan titik nol dari MAE
j. Tree way stop cock posisi stop ke arah drain bag
k. Infus set yang kearah ICP tetap terbuka
l. Perhatikan pergeseran CSF (Cerebro Spinal Fluid) pada manometer pengukur,
tunggu sampai berhenti, lihat pada manometer angka yang menunjukkan tingginya

28
cairan.
m. Kembalikan posisi tree way stop cock mengalir kea rah drain bag.
n. Alat-alat dibereskan, lepas sarung tangan dan cuci tangan.
o. Catat dalam lembar observasi.

5. CATATAN
a. Bila terjadi kenaikan TIK/ ICP yang melebihi harga normal segera kolaborasikan
dengan dokter.
b. Infus set yang menuju ke arah drain bag posisikan naik lebih kurang 10 cm di atas
kepala/ MAE dan terbuka, supaya CSF terjaga dalam batas normal
c. Posisi drain bag ditempatkan sejajar posisi kepala agar drainage tidak terlalu deras.

Daftar Pustaka
Greenberg, MS. 2003. Hand Book of Neurosurgery.Thiene: Newyork

Rabinstein AA. 2012. Principles of neurointensive care. In: Daroff RB, Fenichel GM,
Jankovic J, Mazziotta JC, eds.Bradley’s Neurology in Clinical Practice. 6th ed.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.

Tim Neurotrauma. 2007. Pedoman Tata Laksana Cedera Otak. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya

29
TRIGGER CASE

Seorang laki laki dirawat di Ruang Burn Unit dengan luka bakar grade III 30% hari kedua
setelah mendapatkan resusitasi cairan.

1. Lengkapi data pengkajian pada kasus diatas


2. Buatlah asuhan keperawatan berdasarkan data tambahan yang sudah saudara susun.

Jawaban:

30
31
32
33
PROSEDUR TINDAKAN

Pemantauan Hemodinamik: CVP

No Kegiatan Dikerjakan Tidak


Dikerjakan
1. Perkenalkan diri dan identifikasi identitas pasien serta
kebutuhan untuk pengukuran CVP
2. Pertahankan Universal Precaution
3. Tindakan Pembebatan
A. Persiapan Alat
1. Cairan isotonis (NaCl 0,9%).
2. 2 buah infus set:
a. 1 buah untuk dipasang pada manometer.
b. 1 buah untuk cairan isotonis.
3. Manometer.
4. Waterpass atau pipa U.
5. Threeway stopcock
6. Sarung tangan bersih
B. Prosedur Kerja
Prosedur Pengukuran CVP secara manual:

1. Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien atau


keluarga.
2. Persiapkan alat.
3. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
4. Jaga Privasi pasien
5. Persiapkan pasien dengan memposisikan pasien datar
(supine position) bila memungkinkan. Bila
pengukuran tidak dapat dilakukan dengan supine
position, maka pengukuran dapat dilakukan dengan
posisi kepala pasien ditinggikan 30-40o. Posisikan
lengan pasien ke atas kepala atau menjauhi dada
pasien.
Note:
- Prinsipnya tiap pengukuran pada satu pasien
sebaiknya menggunakan satu posisi yang sama.
Catat posisi pasien pada awal pengukuran untuk
menjaga konsistensi hasil pengukuran.
6. Cek cairan yang saat ini dipergunakan pasien.
Pergunakan cairan isotonis (NaCl 0,9%) untuk
melakukan pengukuran.
Note:
- Apabila infus set untuk pengukuran CVP tidak
memungkinkan untuk diganti, maka ganti cairan

34
yang terpasang pada pasien dengan cairan isotonis
(NaCl 0,9%) dan alirkan terlebih dahulu untuk
mendorong cairan sebelumnya masuk ke tubuh.
7. Pastikan kepatenan kateter dengan melihat kelancaran
tetesan cairan infus dan aliran threeway stopcock.
8. Tentukan zero point (titik nol) dengan waterpass
atau pipa u setinggi ICS IV mid axillary line (posisi
ini menggambarkan setinggi atrium kanan). Titik ini
merupakan “Phlebostatic Axis” (lihat gambar 1).
Pasang manometer pada tiang infus sesuai zero point
yang telah ditentukan.

Gambar 1: The Phlebostatic Axis (Emil Vernarec &


Sally Beattie Dulak, 2003)
9. Tutup aliran threeway dari cairan infus yang ke arah
jantung.
Note:
- Apabila pasien mendapatkan obat-obat emergency
(infusion pump/syringe pump), biarkan obat
tersebut tetap mengalir.
10. Buka aliran threeway dari cairan isotonis yang ke
arah manometer. Isi manometer dengan cairan
isotonis tersebut secukupnya (bila menggunakan
infus set usahakan chamber infus terisi) lalu tutup lagi
alirann
11. Buka aliran threeway dari cairan manometer dan
alirkan ke jantung.
12. Perhatikan cairan dalam manometer akan turun
perlahan sesuai irama nafas pasien hingga berhenti
pada satu titik ketinggian tertentu.
13. Angka pada manometer yang sejajar dengan tinggi
permukaan air tersebut adalah nilai CVP.
14. Kembalikan threeway pada aliran semula.
Note:

35
- Pasang dan alirkan kembali cairan infus
sebelumnya, apabila cairan infus tersebut selama
pengukuran dilepas.

4. Akhiri tindakan, rapikan klien lepas sarung tangan dan


cuci tangan
5. Dokumentasikan pada setiap aspek yang diperoleh baik
secara subyektif maupun obyektif.

PROSEDUR TINDAKAN

Pemantauan Hemodinamik: ECG

No Kegiatan Dikerjakan Tidak


Dikerjakan
1. Perkenalkan diri dan identifikasi identitas pasien serta
kebutuhan untuk perekaman ECG
2. Pertahankan Universal Precaution
3. Tindakan Pembebatan
A. Persiapan Alat
1. EKG yang dilengkapi :
 Kabel untuk sumber listrik
 Kabel elektroda :Ekstremitas & Dada
 Plat elektroda ekstremitas / karet pengikat
 Balon penghisap elektroda
2. Jelly electrode
3. kertas EKG
4. Kertas tissue
5. Kapas alcohol
B. Persiapan pasien
 Penjelasan : tujuan pemeriksaan & hal-hal yang
harus diperhatikan saat perekaman
 Dinding dada harus terbuka

Cara menempatkan electrode


a. Elektrode extremitas diatas dipasang pada
pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan
telapak tangan
b. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki
kanan dan kiri sebelah dala
c. Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila
diperlukan dapat dipasang sampai ke bahu kiri
atau kanan dan pangkal paha kiri atau kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan.
d. Elektrode dada harus selalu terpasang dengan
benar

36
C. Prosedur Kerja
1. Perawat cuci tangan
2. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
3. Jaga privasi pasien
4. Bersihkan area yang akan dipasang electrode
5. Beri jelli dan pasang elektrode
6. Hidupkan mesin EKG (power on)
7. Lakukan kalibrasi. Kalibrasi 1mV, kecepatan 25
mm/detik.
8. Lakukan perekaman
9. Semua elektroda di lepas, jelly dibersihkan dari
tubuh pasien.
10. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
11. Setelah itu matikan mesin EKG.
12. Catat : nama pasien, umur
 tanggal jam, identitas perekam
 lead diberi tanda dibawah tiap lead

4. Akhiri tindakan, rapikan klien, lepas sarung tangan dan


cuci tangan
5. Dokumentasikan pada setiap aspek yang diperoleh baik
secara subyektif maupun obyektif.

PROSEDUR TINDAKAN

Pemantauan Hemodinamik: ICP

No Kegiatan Dikerjakan Tidak


Dikerjakan
1. Perkenalkan diri dan identifikasi identitas pasien serta
kebutuhan untuk pengukuran ICP
2. Pertahankan Universal Precaution
3. Tindakan Pembebatan
A. Persiapan Alat
1. Infus Set : 2 buah
(1 untuk manometer, 1 dihubungkan dengan drain)
2. Drain bag : 1 buah
3. Tree Way stop Cock: 1 buah
4. Standart infus
5. Manometer
6. Water pass
7. Sarung tangan

B. Prosedur Kerja
1. Beri tahu pasien atau keluarga pasien tentang
prosedure yang akan dilaksanakan
2. Jaga privasi pasien
3. Cuci Tangan
4. Gunakan sarung tangan

37
5. Posisikan pasien slight head up (sesuai indikasi)
6. Gunakan tree way stopcock untuk menghubungkan
antara otak, bag (drain) dan manometer.
7. Tutup drain ke arah ICP selama 5 menit
8. Tentukan titik nol dari MAE
9. Tree way stop cock posisi stop ke arah drain bag
10. Infus set yang kearah ICP tetap terbuka
11. Perhatikan pergeseran CSF (Cerebro Spinal Fluid)
pada manometer pengukur, tunggu sampai berhenti,
lihat pada manometer angka yang menunjukkan
tingginya cairan.
12. Kembalikan posisi tree way stop cock mengalir kea
rah drain bag.

4. Akhiri tindakan, bereska alat-alat, rapikan klien dan lepas


sarung tangan serta cuci tangan
5. Dokumentasikan pada setiap aspek yang diperoleh baik
secara subyektif maupun obyektif.

DAFTAR PENCAPAIAN

No. Kegiatan Kesempatan ke

1 2 3 4 5

Catatan :

 Berikan angka (1-4) sesuai dengan level kompetensi yang dicapai mahasiswa pada
setiap kesempatan

 Daftar tilik ini dapat dipergunakan selama dilaboratorium maupun selama PBP

38
 Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan tindakan ( baik PBL
maupun PBP)

MAHASISWA DINYATAKAN *: REKOMENDASI :

*dinyatakan dengan terampil, kurang terampil atau belum terampil

NILAI :
PJMA FASILITATOR

( ) ( )

TANDA TANGAN DAN NAMA LENGKAP

39
Modul C
SYRINGE PUMP DAN INFUSE PUMP

ISI MODUL :

6. Kompetensi yang diharapkan (kognitif, afektif, dan psikomotor)


7. Trigger case
8. Prosedur tindakan
9. Daftar referensi

Kompetensi yang diharapkan

A. KOGNITIF & AFEKTIF (TERINTEGRASI)


Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi dari syringe pump dan infuse pump
2. Menyebutkan tujuan dari syringe pump dan infuse pump
3. Menyebutkan dan mempersiapkanan alat syringe pump dan infuse pump
4. Menyebutkan tahapan pengoperasian syringe pump dan infuse pump
5. Menjelaskan penentuan dosis obat dengan menggunakan syringe pump dan
infuse pump.

B. PSIKOMOTOR & AFEKTIF ( TERINTEGRASI)

Kegiatan Tugas Fasilitator Pencapaian Penilaian


Mahasiswa
Hard skill Soft skill
PBL Fasilitator Mahasiswa - Kemampuan - Disiplin
mengarahkan melakukan sintesis analisis - Etika
mahasiswa untuk analisis kasus - Partisipasi
menganalisis terhadap - Kemampuan - Aktif
trigger case sesuai trigger case dalam - Komunikatif
dengan modul yang memahami
praktikum yang ditunjukkan konsep dan
menjadi acuan bagi dengan mampu aplikasi SOP
mahasiswa menjelaskan keperawatan
pengkajian - Kemampuan
fokus yang dalam critical
harus point SOP
dilakukan keperawatan
untuk masalah - Kemampuan
sesuai trigger mengaplikasikan
case, SOP
menentukan keperawatan
masalah dalam asuhan
keperawatan keperawatan
dan intervensi pasien dengan

40
keperawatan obat emergency
yang tepat yang
menggunakan
syringe pump
dan infuse pump
Fasilitator Mahasiswa
mendemonstrasikan mampu
keterampilan melakukan
(syringe pump dan redemonstrasi
infuse pump) yang terkait
akan dipelajari ketrampilan
yang telah
ditunjukkan
fasilitator
PBP* Fasilitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
penilaian terhadap pengkajian
hasil pengkajian pada pasien
dengan obat
emergency
yang
menggunakan
syringe pump
dan infuse
pump
Failitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
penilaian terhadap analisis data
hasil analisis data dan menyusun
dan penentuan intervensi
intervensi keperawatan
keperawatan pada pasien
dengan Obat
Emergency
yang
menggunakan
syringe pump
dan infuse
pump
Fasilitator Mahasiswa
melakukan mampu
observasi dan melakukan
pendampingan tindakan
terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan. (baik mandiri
maupun
kolaboratif)
dalam

41
manajemen
pada pasien
dengan obat-
obat
emergency,
menyusun
materi edukasi
dan pemberian
edukasi.

KOMPETENSI 3.1 :

syringe pump

1. DEFINISI
Syringe pump adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian
medikasi intravena dengan dosis yang sangat kecil dalam jangka waktu yang lama
dan berkelanjutan.

2. TUJUAN
- Untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan klien.
- Untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu pemberian yang
lama.

3. PERSIAPAN ALAT
1. Syringe pump
2. Standart infus
3. Spuit sesuai kebutuhan (20 cc/ 50 cc) dan medikasi klien.
4. Perfusor, Extentiom tube
5. Three way
6. Needle

4. PROSEDUR KERJA
1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Cuci tangan
3. Siapkan spuit dan medikasi klien.
4. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan akses
intravena.
5. Nyalakan syringe pump.
6. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam cc/jam.
7. Tekan start untuk memulai pemberian medikasi.
8. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara
dan lampu yang menyala merah. Alarm sign  hampir habis, terisi udara,
occlusion (clot/tube tertekuk), low batt, penempatan syringe tidak tepat
9. Tekan PURGE untuk pemberian sekali sewaktu
10. Cuci tangan

42
11. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan Observasi Nadi,
Tekanan darah, Perfusi perifer, urine output

CATATAN :
1. Observasi pasien selama pemberian
2. Catat tindakan yang sudah dilakukan

Rumus perhitungan dosis :


Konversikan dosis gamma ( 1 γ = 1 mcg = 1/1000 mg ) atau nanogram (1 ng =
1/1000000 mg)

Dosis (....) x BB x 60 = cc / jam


Sediaan (... .)/cc

43
KOMPETENSI 3.2

Infuse Pump
1. DEFINISI
Infuse pump adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberia cairan pada
klien.

2. TUJUAN
- Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan klien.
- Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan karena ketidakstabilan
tetesan cairan infus.

3. PERSIAPAN ALAT
1. Infuse pump dan tiang penyangga
2. Cairan infus
3. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse pump

4. PROSEDUR KERJA
1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Siapkan cairan infus dan infuse set dan gantungkan di tiang penyangga infuse
pump.
3. Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse pump, pastikan tidak ada
udara pada selang.
4. Pasang drip sensor pada tempat tetesan infus set.
5. Nyalakan infuse pump.
6. Atur infus set pada infuse pump sesuai infuse set yang digunakan.
7. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada klien tiap jam.
8. Tekan start untuk memulai pemberian cairan.
9. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara
dan lampu yang menyala merah pada tulisan air, occlusion, flow err, empty, door,
completion.
10. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.

5. CATATAN

44
1. Observasi respon pasien selama pemberian infus
2. Pencatatan dan pelaporan setelah tindakan

45
TRIGGER CASE

Seorang laki-laki dirawat di ruang ICU dengan penurunan kesadaran, Tensi 90/60 mmHg,
Nadi: 98 x/m, RR bedside monitor 28 x/m, suhu 37,5 C. BB: 50 kg. Pada saat ini pasien
direncanakan untuk mendapatkan dopamine 5 mcg.

Pertanyaan:

1. Lengkapi data pada kasus diatas

2. Buatlah asuhan keperawatan sesuai data tambahan

3. Hitung kebutuhan pemberian dopamine pada pasin bila diberikan dengan syringe pump,
infuse pump dan pemberian manual melalui hitung tetesan

Jawaban:

46
47
48
49
50
PROSEDUR TINDAKAN

Syringe Pump
No Kegiatan Dikerjakan Tidak
Dikerjakan
1. Perkenalkan diri dan identifikasi identitas pasien
2. Pertahankan Universal Precaution
3. Tindakan Pembebatan
A. Persiapan Alat
1. Syringe pump
2. Standart infus
3. Spuit sesuai kebutuhan (20 cc/ 50 cc) dan medikasi
klien.
4. Perfusor, Extentiom tube
5. Three way
6. Needle

B. Prosedur Kerja
1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Cuci tangan
3. Siapkan spuit dan medikasi klien.
4. Pasangkan spuit pada syringe pump dan
hubungkan spuit dengan akses intravena.
5. Nyalakan syringe pump.
6. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam
cc/jam (hitung)
7. Tekan start untuk memulai pemberian medikasi.
8. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan
memberikan peringatan dengan suara dan lampu
yang menyala merah. Alarm sign  hampir
habis, terisi udara, occlusion (clot/tube
tertekuk), low batt, penempatan syringe tidak
tepat
9. Tekan PURGE untuk pemberian sekali sewaktu
10. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan
Observasi Nadi, Tekanan darah, Perfusi perifer,
urine output

CATATAN :
1. Observasi pasien selama pemberian
2. Catat tindakan yang sudah dilakukan

4. Akhiri tindakan, rapikan klien dan lepas sarung tangan


serta cuci tangan
5. Dokumentasikan pada setiap aspek yang diperoleh baik
secara subyektif maupun obyektif.

51
PROSEDUR TINDAKAN
Infuse Pump
No Kegiatan Dikerjakan Tidak
Dikerjakan
1. Perkenalkan diri dan identifikasi identitas pasien
2. Pertahankan Universal Precaution
3. Tindakan Pembebatan
B. Persiapan Alat
1. Infuse pump dan tiang penyangga
2. Cairan infus
3. Infus set sesuai dengan kebutuhan alat infuse
pump

C. Prosedur Kerja
1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Siapkan cairan infus dan infuse set dan
gantungkan di tiang penyangga infuse pump.
3. Pasangkan bagian selang pada infus set pada
infuse pump, pastikan tidak ada udara pada selang.
4. Pasang drip sensor pada tempat tetesan infus set.
5. Nyalakan infuse pump.
6. Atur infus set pada infuse pump sesuai infuse set
yang digunakan.
7. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada
klien tiap jam.
8. Tekan start untuk memulai pemberian cairan.
9. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan
memberikan peringatan dengan suara dan lampu
yang menyala merah pada tulisan air, occlusion,
flow err, empty, door, completion.
10. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.

CATATAN
1. Observasi respon pasien selama pemberian infus
2. Pencatatan dan pelaporan setelah tindakan

4. Akhiri tindakan, rapikan klien dan lepas sarung tangan


serta cuci tangan
5. Dokumentasikan pada setiap aspek yang diperoleh baik
secara subyektif maupun obyektif.

52
DAFTAR PENCAPAIAN

No. Kegiatan Kesempatan ke

1 2 3 4 5

Catatan :

 Berikan angka (1-4) sesuai dengan level kompetensi yang dicapai mahasiswa pada
setiap kesempatan
 Daftar tilik ini dapat dipergunakan selama dilaboratorium maupun selama PBP
 Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan tindakan ( baik PBL
maupun PBP)
MAHASISWA DINYATAKAN *: REKOMENDASI :

*dinyatakan dengan terampil, kurang terampil atau belum terampil

NILAI :
PJMA FASILITATOR

( ) ( )

TANDA TANGAN DAN NAMA LENGKAP

53

Anda mungkin juga menyukai