Anda di halaman 1dari 14

Definisi

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal,
chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint fisik yaitu
dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan
tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali dapat
dihindari dengan persiapan anak yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf terhadap anak,
dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat perlu
mempertimbangkan perkembangan anak, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau
orang lain dan keamannnya.

2.2 Tujuan Penggunaan Restraint


Untuk memastikan keselamatan dan kenyaman anak
Memfasilitasi pemeriksaan
Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik

2.3 Indikasi Penggunaan Restrain


Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat siterapkan dalam keadaan:
Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa menjadi kooperatif karena
suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang
memiliki retardasi mental.
Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapatterancam tanpa
pengendalian fisik (restraint).
Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat sedasi.

2.4 Kontraindikasi Pengunaan Restrain


Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan dalam keadaan
yaitu:
Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien untuk melaksanakan prosedur
kegiatan.
Pasien anak kooperatif.
Pasien anak memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental
Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) pada anak dalam penatalaksanaanya
harus memenuhi syarat-syarat yaitu sebagai berikut:
Penjelasan kepada pasien anak mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkandalam
perawatan, dengan harapan memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami bahwa
perawatan yang akan diberikan sesuai prosedur dan aman badi pasien maupun keluarga yang
bersangkutan.
Memiliki izin verbal maupun izin tertulis dari psikiater yang menjelaskan jenis
teknik pengendalian fisik yang boleh digunakan kepada pasien anak dan pentingnya
teknik pengendalian fisik yang dapat digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi
yang muncul.
Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien anak maupun pihak keluarga pasien
yang bersangkutan mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan.
Adanya penilaian berdasarkan pedoman rumah sakit dari pasien yang pernahmenjalankan
pengendalian fisik (restraint) untuk memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah
diaplikasikan secara benar, serta memastikan integritas kulit dan status neurovaskular pasien
tetap dalam keadaan baik.

Alasan mengapa perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena
tenaga kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian tersebut
dapat dilaksanakan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga yang bersangkutan,
mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan
dukungan fisik bagi pasien.

2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-
17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun.
Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17 tahun.
Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia
<17 tahun.
Selama restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan Range of Motion eksstremitas
Vital Sign
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis
Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain

Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-2
jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat tersebut
dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas
kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat
untuk anak yang direstrain adalah:
Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodik
Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan restrain
mekanik
Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi, beri anak dot.
Diskusikan kriteria pelepasan restrain
Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta
Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan
Pertahankan harga diri anak
Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu
Dokumentasikan penggunaan restrain

2.6 Jenis-jenis Restrain pada Bayi dan Anak


2.6.1 Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat
Pengendalian fisik dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan
menggunakan bantuan alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu
nmenahan gerakan rahang dan mulut pasien.
Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
Sheet and ties
Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak dengan cara
melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat atau
mengikatnya dengan tali.
Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada anak dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga
anak tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian bawah tempat tidur, menjaga
anak tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan anak pada
posisi horizontal yang diinginkan.
Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak anak saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah anak ditidurkan dalam posisi terlentang
di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki anak diikat dengan
menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat
diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah anak berontak dan menolak perawatan.
Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien anak tidak
terluka saat mendapatkan perawatan.
Gambar 2.1 Alat Restrain Sheet and ties
Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ke tengah.
Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut
yang berlawanan.
Lengan kanan bayi lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke tengah
melintasi bahu kanan anak dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan sisi kiri selimut dikencangkan
melintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat
dan ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.
Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu atau
lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk memfasilitasi penyembuhan.
Beberapa alat restraint yang da di pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan
tangan atau kaki sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali stockinette
tipis.
Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh anak. Harus
dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan.
Pengamatan ekstremitas harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan
atau gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat tidur, karena
jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas yang sering disertai sentakan
tiba-tiba yang dapat menciderai anak.
Restraint siku
Adalah tindakan mencegah anak menekuk siku atau meraih kepala atau wajah. Kadang-
kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar anak tidak menggaruk pada
kulit yang terganggu. Bentuk restraint siku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas kain
muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke pergelangan
tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor lidah. Restraint di
lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan plester atau pin.

Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai pergelangan
kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap
mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2.2 Alat Restrain Pedi-wrap

Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang pasien


Molt Mouth Prop
Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling penting dalam melakukan
perawatan gigi. Alat ini biasanya digunakan dalam anestesi umum untuk mencegah supaya mulut
tidak tertutup saat perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam penanganan pasien
yang tidak bisa membuka mulut dalam jangka waktu lama karena suatu keterbatasan.
Penggunaan molt mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien saat pasien
membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi temporomandibular. Sebagai tambahan,
dokter gigi harus memindahkan molt mouth prop dari mulut pasien setiap sepuluh hingga lima
belas menit agar rahang dan mulut pasien dapat beristirahat.
Gambar 2.3 Alat Restrain Molt Mouth Prop

Molt Mouth Gags


Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menahan
mulut pasien.
Gambar 2.4 Alat Restrain Molt Mouth Gags

Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya tidak
mengganggu proses perawatan.
Gambar 2.5 Alat Restrain Tongue Blades

Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan
bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk
menahan gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun
kaki pasien anak.
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama dengan pengendalian
fisik dengan bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh
orang tua pasien anak. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua lebih disukai
anak apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan tim medis, sebab anak lebih merasa
aman apabila dekat dengan orang tuanya.

2.7 Resiko Penggunaan Restraint pada Bayi dan Anak


Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien anak yang disebabkan oleh
penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan kematian pasien dengan gangguan
psikologi yang disebabkan penggunaan restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik
(restrain) dilakukan, pasien anak mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti
menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya
positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary edema, atau pneumonitis yang dapat
menyebabkan kematian pada anak.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam mengatasi tingkah laku anak yang sangat beragam, seorang tenaga medis
memerlukan teknik tertentu dalam melakukan perawatan, salah satunya adalah
dengan penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint).
Teknik pengendalian fisik (restraint) hanya boleh digunakan pada anak yang tidak dapat
menjadi kooperatif, teknik ini tidak boleh digunakan pada anak yang kooperatif atau anak yang
memiliki potensi menjadi kooperatif. Teknik pengendalian fisik memiliki beberapa jenis, yaitu
teknik pengendalian dengan menggunakan bantuan alat dan teknik pengendalian tanpa
menggunakan bantuan alat. Teknik pengendalian dengan menggunakan alat merupakan teknik
pengendalian yang dalam proses pengendaliannya menggunakan alat bantu.
Sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat merupakan teknik pengendalian
fisik dengan bantuan orang lain, teknik ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni teknik
pengendalian dengan menggunakan bantuan tim medis dan teknik pengendalian dengan
menggunakan bantuan orang tua.
Dalam praktiknya, teknik pengendalian fisik (restraint) tidak selalu dapat diterapkan pada
setiap anak, sebab teknik ini memiliki resiko yang dapat membahayakan pasien anak hingga
dapat menyebabkan kematian pada anak. Penggunaan teknik ini menyebabkan terjadinya
berbagai berdebatan di kalangan masyarakat karena cara penerapannya yang dianggap kasar.
Oleh karena itu, tekhnik pengendalian fisik yang baik tidak boleh berdampak buruk terhadap
keadaan tubuh pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik pengendalian fisik memiliki beberapa cara
perawatan yang berbeda, tetapi tekhnik restraint yang paling baik adalah teknik pengendalian
tanpa penggunaan bantuan alat, sebab dengan menggunakan alat, anak akan cenderung merasa
depresi karena tubuh anak hanya ditahan oleh alat bantu, dan tidak dapat merasakan sentuhan
dari orang lain, terutama orang terdekat pasien anak yaitu orang tua maupun keluarga dekat
pasien anak,sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat akan cenderung membuat
pasien anak merasa lebih nyaman dan aman.
Seorang perawat yang baik harus dapat membuat pilihan yang bijaksana dalam
menangani pasien anak, terutama yang tidak kooperatif. Pilihan tekhnik pendekatan perawatan
yang baik akan memberikan hasil yang baik dan maksimal dalam proses perawatan,
teknik restraint hanya boleh digunakan apabila teknik pendekatan yang lain sudah digunakan
dan tidak berhasil.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak,
serta dapat mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik (restrain)
pada bayi dan anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang
penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.
3.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada
bayi dan anak, serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai