Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal,
chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint fisik yaitu
dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan
tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali dapat
dihindari dengan persiapan anak yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf terhadap anak,
dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat perlu
mempertimbangkan perkembangan anak, status mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau
orang lain dan keamannnya.
Alasan mengapa perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena
tenaga kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian tersebut
dapat dilaksanakan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga yang bersangkutan,
mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan
dukungan fisik bagi pasien.
2.5 Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint pada bayi dan anak
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-
17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun.
Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17 tahun.
Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia
<17 tahun.
Selama restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi:
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan Range of Motion eksstremitas
Vital Sign
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis
Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-2
jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat tersebut
dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau integritas
kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat
untuk anak yang direstrain adalah:
Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodik
Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan restrain
mekanik
Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
Tawarkan makanan, minuman dan bantuan untuk eliminasi, beri anak dot.
Diskusikan kriteria pelepasan restrain
Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di minta
Hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan
Pertahankan harga diri anak
Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu
Dokumentasikan penggunaan restrain
Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher sampai pergelangan
kaki pasien anak untuk menstabilkan tubuh anak serta menahan gerakan tubuh anak. Pedi-wrap
mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 2.2 Alat Restrain Pedi-wrap
Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya tidak
mengganggu proses perawatan.
Gambar 2.5 Alat Restrain Tongue Blades
Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat (dengan bantuan orang lain)
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan
Pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan
bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk
menahan gerakan pasien anak dengan cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun
kaki pasien anak.
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua pasien
Pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama dengan pengendalian
fisik dengan bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh
orang tua pasien anak. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua lebih disukai
anak apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan tim medis, sebab anak lebih merasa
aman apabila dekat dengan orang tuanya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam mengatasi tingkah laku anak yang sangat beragam, seorang tenaga medis
memerlukan teknik tertentu dalam melakukan perawatan, salah satunya adalah
dengan penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint).
Teknik pengendalian fisik (restraint) hanya boleh digunakan pada anak yang tidak dapat
menjadi kooperatif, teknik ini tidak boleh digunakan pada anak yang kooperatif atau anak yang
memiliki potensi menjadi kooperatif. Teknik pengendalian fisik memiliki beberapa jenis, yaitu
teknik pengendalian dengan menggunakan bantuan alat dan teknik pengendalian tanpa
menggunakan bantuan alat. Teknik pengendalian dengan menggunakan alat merupakan teknik
pengendalian yang dalam proses pengendaliannya menggunakan alat bantu.
Sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat merupakan teknik pengendalian
fisik dengan bantuan orang lain, teknik ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni teknik
pengendalian dengan menggunakan bantuan tim medis dan teknik pengendalian dengan
menggunakan bantuan orang tua.
Dalam praktiknya, teknik pengendalian fisik (restraint) tidak selalu dapat diterapkan pada
setiap anak, sebab teknik ini memiliki resiko yang dapat membahayakan pasien anak hingga
dapat menyebabkan kematian pada anak. Penggunaan teknik ini menyebabkan terjadinya
berbagai berdebatan di kalangan masyarakat karena cara penerapannya yang dianggap kasar.
Oleh karena itu, tekhnik pengendalian fisik yang baik tidak boleh berdampak buruk terhadap
keadaan tubuh pasien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekhnik pengendalian fisik memiliki beberapa cara
perawatan yang berbeda, tetapi tekhnik restraint yang paling baik adalah teknik pengendalian
tanpa penggunaan bantuan alat, sebab dengan menggunakan alat, anak akan cenderung merasa
depresi karena tubuh anak hanya ditahan oleh alat bantu, dan tidak dapat merasakan sentuhan
dari orang lain, terutama orang terdekat pasien anak yaitu orang tua maupun keluarga dekat
pasien anak,sedangkan teknik pengendalian tanpa menggunakan alat akan cenderung membuat
pasien anak merasa lebih nyaman dan aman.
Seorang perawat yang baik harus dapat membuat pilihan yang bijaksana dalam
menangani pasien anak, terutama yang tidak kooperatif. Pilihan tekhnik pendekatan perawatan
yang baik akan memberikan hasil yang baik dan maksimal dalam proses perawatan,
teknik restraint hanya boleh digunakan apabila teknik pendekatan yang lain sudah digunakan
dan tidak berhasil.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak,
serta dapat mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas penggunaan tindakan fisik (restrain)
pada bayi dan anak serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang
penggunaan tindakan fisik (restrain) pada bayi dan anak.
3.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang penggunaan tindakan fisik (restrain) pada
bayi dan anak, serta dapat lebih mengetahui macam-macam Restraint pada bayi dan anak.