Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahnya
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Pelayanan Pasien dengan Alat
pengikat (restraint) Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia ini dapat selesai disusun.
Panduan ini merupakan panduan penulisan bagi semua pihak yang terkait dalam malaksanakan
Panduan Rencana Asuhan. Dalam Panduan Pelayanan Pasien dengan Alat pengikat (restraint) ini
diuraikan tentang perngertian dan tatalaksana dalam melaksankan Panduan Rencana Asuhan
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua
pihk yang membantu dalam menyelesaikan Pelayanan Pasien dengan Alat pengikat (restraint)
Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia

Wassalamua’laikum Wr.Wb

Yogyakarta, 23 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………… i


SK PEMBERLAKUAN ……………………………………… ii
PEDOMAN ……………………………………… iii
Daftar Isi ……………………………………… 1
BAB I Definisi ……………………………………… 1
A. Pendahuluan ……………………………………… 1
B. Pengertian ……………………………………… 2
C. Tujuan ………………………………………. 3
BAB II RUANG LINGKUP ………………………………………. 4
BAB III TATALAKSANA ……………………………………… 4
A. Indikasi ………………………………………. 4
B. Tatalaksana ……………………………………… 6
BAB IV DOKUMENTASI ………………………………………. 7
BAB V PENUTUP

ii
BAB I
DEFINISI

A. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah organisasi yang berkiprah dalam bidang jasa pelayanan kesehatan
perorangan. Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah sakit didukung
oleh banyak jenis keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi maupun non profesi.
Dalam menjalankan kegiatannya rumah sakit menyadari bahwa pelayanan yang diberikan
kepada pasien dalam bentuk bermacam macam asuhan yang merupakan bagian dari suatu
sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional di bidang pelayanan
kesehatan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan rumah sakit dapat menerapkan model
pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan, menyelaraskan kebutuhan
asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya
adalah meningkatnya mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang kerumah sakit harus dijamin aksesnya untuk mendapatkan
pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas pelayanan yang didapat, serta
mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari berbagai asuhan dari
para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga dapatlah diharapkan hasil pelayanan
yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien, yang akhirnya bermuara pada
kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.

B. PENGERTIAN
Restraint adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien. Prinsip dari tindakan restraint ini adalah melindungi
klien dari cedera fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restraint dapat
menyebabkan klien merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah
perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus apakah sesuai dengan
indikasi terapi dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi
yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam

1
proses restraint sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang
cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restraint yang aman dan lingkungan
restrain harus bebas dari benda-benda. Restraint (dalam psikiatrik) merupakan tindakan
menggunakan tali untuk mengekang dan membatasi gerakan ekstrimitas individu yang
berperilaku diluar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu. Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki
dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan
intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.

C. TUJUAN
Pelayanan pasien untuk penggunaan alat penghalang (restrain) merupakan hal yang
berisiko atau pelayanan yang berisiko tinggi agar pelayanan pasien di Rumah Sakit
Universitas Islam Indonesia tepat dan efektif dalam mengurangi risiko terkait.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini menjelaskan tentang pelayanan pasien dengan alat pengikat restraint meliputi :
a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian diri.
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat,
makan dan minum.

3
BAB III
TATALAKSANA

A. Indikasi
Indikasi penggunaan restraint antara lain :
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau
orang.
2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat di rumah sakit.
3. Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency (segera) yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup
4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman.
5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif
tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari
ancaman.

B. Tata Laksana
a. Yang berwenang membuat keputusan mengenai penggunaan restrain adalah.
1) Pengaplikasian restrain dilakukan berdasarkan instruksi dari DPJP.
2) Jika DPJP tidak hadir saat dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab
didelegasikan pada dokter jaga. Dokter yang menerima delegasi nantinya akan
mengkonsulkan pasien kepada DPJP via telepon.
b. Pengaplikasian restrain harus berdasarkan penilaian kebutuhan pasien, kondisi medis
serta riwayat penyakit dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan.
c. Restrain digunakan sebagai cara/ alternatif terakhir jika metode restriktif lainnya
tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau orang
d. Instruksi penggunaan restrain tidak boleh digunakan instruksi pro re nata ( jika
perlu )
1) Setiap episode penggunaan restrain harus dinilai dan dievaluasi serta berdasarkan
instruksi

4
2) Jika pasien sudah terbebas dari penggunaan restraint dan kemudian menunjukkan
perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh re-aplikasi restraint,
diperlukan instruksi baru untuk melakukan re-aplikasi.
3) Staf tidak boleh memberhentikan penggunaan restraint dan kemudian me-
reaplikasikannya kembali di bawah instruksi DPJP.
e. Pengecualian :
1) Penggunaan side rails yang diindikasikan harus tercatat di rekam medis pasien.
2) Pada pasien dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri penggunaan
restraint untuk mencegah cedera/bahaya pada diri.
3) Perilaku yang berbahaya dibuat berdasarkan penilaian oleh DPJP.
f. Penggunaan restrain yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif/
membahayakan harus dievaluasi.
g. Batasan evaluasi di atas tidak berlaku untuk manajemen perilaku non destruktif.
h. Aplikasi restrain pada pasien dengan perilaku destruktif :
1) Dievaluasi langsung 1 jam setelah instruksi restrain oleh dokter yang bertugas
atau perawat jaga dan dicatat dalam rekam medis. Evaluasi meliputi :
a) Temuan terbaru mengenai kondisi pasien.
b) Respon pasien terhadap restrain.
c) Hasil evaluasi pasien.
d) Perlu tidaknya untuk menghentikan/melanjutkan tindakan.
i. Penggunaan restraint harus dipantau    secara     berkala     dan    jika     kondisi
membahayakan sudah teratasi segera hentikan penggunaan.
j. Prosedur observasi sebelum dan setelah aplikasi restrain
1) Singkirkan semua benda yang berpotensi membahayakan.
2) Inspeksi keamanan tempat tidur, tempat duduk dan peralatan yang akan
digunakan selama proses
3) Jelaskan alasan penggunaan restrain
4) Observasi pasien setelah aplikasi restrain
5) Penuhi kebutuhan pasien seperti : makan, minum, mandi dan toileting
6) Lakukan pemantauan secara berkala meliputi : tanda vital, posisi tubuh pasien,
keamanan restrain dan kenyamanan pasien

5
7) Catat dan laporkan perubahan perilaku pasien.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Status Rawat Inap pasien


2. CPPT : Catatan Perkembangan Pasien Terintergrasi Semua proses pencatatan
perkembangan pasien didokumentasikan dalam lembar Catatan berkembangan Pasien
Terintegrasi dalam rekam medis pasien.

6
BAB V
PENUTUP

Demikian panduan rencana asuhan yang terintegrasi ini dibuat, panduan ini dibuat sebagai
panduan dalam pelaksanaan pemberian asuhan pasien yanng terintegrasi di diberbagai unit
pelayanan.

Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia,

dr. Widodo Wirawan, MPH


Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai