Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

RESTRAIN

OLEH :

INTANIA NOVRIDHATAMI NIM 04021381821011


FEVI APRIANA NIM 04021381821022
ADI SETIAWAN NIM 04021381821023
DESI RATNA SARI NIM 04021381821028

DOSEN PEMBIMBING :
Herliawati, S.Kp, M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Jiwa. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Penyelesaian makalah ini saya memperoleh dukungan, bimbingan, serta


pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Herliawati, S.Kp, M.Kes, yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini
2. Teman-teman seperjuangan yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum. Wr. Wb.

Indralaya, Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 6
2.2 Indikasi Penggunaan Restrain ............................................................................. 6
2.3 Kontraindikasi Pengunaan Restrain .................................................................... 7
2.4 Jenis-jenis Restrain ............................................................................................. 8
2.5 Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien........................................................ 10
2.6 Prinsip Tindakan ............................................................................................... 10
2.7 Hal-hal yang harus diperhatikan ....................................................................... 11
2.8 Prosedure Penatalaksanaan Restrain ................................................................. 11
2.9 Teknik Restrain Pada Emergency Psikiatrik ..................................................... 12
2.10 Peranan Pemerintah Dalam Menangani ODGJ ................................................. 15
BAB III ............................................................................................................................. 17
SOP PEMASANGAN RESTRAIN .................................................................................. 17
BAB IV ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan


intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan
bagian dari restraint fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan
tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan
dan kenyamanan klien.

Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein


seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan
orang tua atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan
seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status
mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan keamannnya.

Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang


disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan
kematian pasien dengan gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan
restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti menigkatnya
suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya
positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary edema, atau pneumonitis
yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari restrain?


2. Apa Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint?
3. Apa saja Jenis-jenis Restrain?
4. Apa Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien?
5. Bagaimana Prosedur Penatalaksanaan Restrain?
6. Bagaimana Teknik Restrain Pada Emergency Psikiatrik?
7. Bagaimana Peranan Pemerintah Dalam Menangani ODGJ?

4
1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian restrain


2. Mahasiswa dapat mengetahui Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam
penggunaan Restraint
3. Mahasiswa dapat mengetahui Jenis-jenis Restrain
4. Mahasiswa dapat mengetahui Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien
5. Mahasiswa dapat mengetahui Prosedure Penatalaksanaan Restrain
6. Mahasiswa dapat mengetahui Teknik Restrain Pada Emergency Psikiatrik
7. Mahasiswa dapat mengetahui Peranan Pemerintah Dalam Menangani ODGJ

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk


tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas
individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan
fisik dan psikologis individu (Stuart, 2001).
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi penggunaan manset
untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan
pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku
klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun
modifikasi lingkungan (Riyadi & Purwanto, 2009).
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan
intervensi verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan
bagian dari restraint fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan
tersendiri untuk membatasi ruang gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan
dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint diperlukan atau tidak. Restrain
seringkali dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan
keluarga atau staf terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan
seperti alat infus. Perawat perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status
mental, ancaman potensial pada diri sendiri atau orang lain dan keamannnya.

2.2 Indikasi Penggunaan Restrain

Penggunaan teknik pengendalian fisik (restrain) dapat diterapkan dalam


keadaan: Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa
menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien agresif atau aktif
dan pasien yang memiliki retardasi mental. Ketika keamanan pasien atau orang
lain yang terlibat dalam perawatan dapat terancam tanpa pengendalian fisik
(restraint). Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika pasien dalam pengaruh
obat sedasi.

6
Adapun dari indikasi tindakan restrain adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
b. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
c. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
d. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri.
e. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien
untuk istirahat, makan dan minum.

2.3 Kontraindikasi Pengunaan Restrain

Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan


dalam keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien
untuk melaksanakan prosedur kegiatan. Pasien kooperatif. Pasien memiliki
komplikasi kondisi fisik. Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) pada
pasien dalam penatalaksanaanya harus memenuhi syarat-syarat yaitu sebagai
berikut: Penjelasan kepada pasien pasien mengapa pengendalian fisik (restraint)
dibutuhkan dalam perawatan, dengan harapan memberikan kesempatan kepada
pasien untuk memahami bahwa perawatan yang akan diberikan sesuai prosedur
dan aman bagi pasien maupun keluarga yang bersangkutan. Memiliki izin verbal
maupun izin tertulis dari psikiater yang menjelaskan jenis teknik pengendalian
fisik yang boleh digunakan kepada pasien pasien dan pentingnya
teknik pengendalian fisik yang dapat digunakan terhadap pasien berdasarkan
indikasi-indikasi yang muncul. Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang
tua pasien pasien maupun pihak keluarga pasien yang bersangkutan mengapa
pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian
berdasarkan pedoman rumah sakit dari pasien yang pernahmenjalankan
pengendalian fisik (restraint) untuk memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut
telah diaplikasikan secara benar, serta memastikan integritas kulit dan status
neurovaskular pasien tetap dalam keadaan baik.

Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga


kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian
tersebut dapat dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun

7
keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien,
mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik bagi pasien.

2.4 Jenis-jenis Restrain

1. Sheet and ties


Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak
bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan
menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.
2. Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat
tidur sehingga pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke
bagian bawah tempat tidur, menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur.
Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan pasien pada posisi
horizontal yang diinginkan.
3. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak
pasien. Cara penggunaannya adalah pasien ditidurkan dalam posisi terlentang
di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat
dengan menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan
menggunakan papoose board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk
mencegah pasien berontak dan menolak perawatan. Tujuan utama dari
penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien pasien tidak terluka
saat mendapatkan perawatan.
4. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu
ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut dengan
bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.
Lengan kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut
ditarik ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah
sisi tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan tubuh
pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci

8
dibawah tubuh pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik
kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.
5. Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk
mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur,
atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restraint yang ada di
pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki
sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali stockinette
tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai dengan tubuh
pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang tidak
semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas harus
sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau
gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu
ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai
pasien.
6. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih kepala atau
wajah. Kadang-kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir
atau agar pasien tidak menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentuk restraint
siku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas kain muslin yang cukup
panjang untuk mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke pergelangan
tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat dimasukkannya depresor
lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan dengan plester
atau pin.
7. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk menstabilkan tubuh pasien serta
menahan gerakan tubuh pasien. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi
ukuran sesuai dengan kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut
dan rahang pasien

9
2.5 Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien

Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang


disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan
kematian pasien dengan gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan
restraint adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti menigkatnya
suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya
positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary edema, atau pneumonitis
yang dapat menyebabkan kematian pada pasien. Secara umum dampak yang dapat
ditimbulkan akibat penggunaan restrain adalah sebagai berikut :

1) Dampak fisik
a. Atrofi otot
b. Hilangnya / berkurangnya densitas tulang
c. Ulkus decubitus
d. Infeksi nosocomial
e. Strangulasi
f. Penurunan fungsional tubuh
g. Stress kardiak
h. Inkontinensia
2) Dampak psikologis
a. Depresi
b. Penurunan fungsi kognitif
c. Isolasi emosional
d. Kebingungan (confusion) dan agitasi

2.6 Prinsip Tindakan

Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik
dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien
merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan
tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus pakah sesuai dengan
indikasi terapi, dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila
intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan

10
mencederai klien dalam proses restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan
jumlah tenaga perawat yang cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan
perilaku klien. Perlu juga dibuat perencanaan pendekatan dengan klien,
penggunaan restrain yang aman dan lingkungan restrain harus bebas dari benda-
benda berbahaya.

2.7 Hal-hal yang harus diperhatikan

 Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order


dokter.
 Sesegera mungkin (< 1 jam) setelah melakukan restrain/seklusi, perawat
melaporkan pada dokter untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara
verbal maupun tertulis.
 Intervensi restrain/seklusi dibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18
tahun. 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
 Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk klien > 18 tahun, 2 jam I untuk anak-anak,
dan usia 9-17 tahun.
 Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun,
dan 4 jam untuk usia < 17 tahun.
 Selama restrain/seklusi klien diobservasi tiap 10-15 menit, fokus observasi :
1. Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restraint/seklusi
2. Nutirisi dan hidrasi
3. Sirkulasi dan range of motion ekstrimitas
4. Vital sign
5. Hygiene dan eliminasi
6. Status fisik dan psikologis
7. Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restraint dan seklusi

2.8 Prosedure Penatalaksanaan Restrain

a. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien berkurang karena pengekangan.
b. Siapkan jumlah staf yang cukup (sekitar 4 sampai 5 orang) dengan alat
pengekangan yang aman dan nyaman.

11
c. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
d. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
e. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
f. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis,
ikatan tidak terjangkau oleh klien.
g. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.
h. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna, temperatur,
sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian
setiap 2 jam; Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-tanda vital
setiap 2 jam)
i. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan diri.
j. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
k. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula.
l. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien.

2.9 Teknik Restrain Pada Emergency Psikiatrik

Teknik berikut ialah restrain yang dilakukan pada klien yang datang pertama
kali, dan setelah dilakukan pengkajian triase masuk kedalam Emergency
Psikiatrik
1. Alat dan Persiapan
a. Tali
b. Jaket/Baju Restrain (Jika yang digunakan ialah teknik restrain jaket)
c. Bantalan untuk tulang yang menonjol (Jika yang digunakan ialah teknik
restrain lengan dan siku)

2. Restrain Mumi

12
a) Lebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk
mengikat klien. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman
dan paling menjamin.
b) Jelaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat.
c) Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan pasien
yang diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa takut,
ketidakberdayaan, dan hilangnya kendali klien.
d) Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan diikat di
satu sisi dan lengan lain diikat diatas kepala pasien.
e) Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran darah klien
tidak tertekan/terhambat.
f) Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan dan
untuk menurunkan kemungkinan tersedak.
g) Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan
kenyamanan.
h) Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara
berkomunikasi.
i) Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan
interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan
lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak
dianjurkan membiarkan klien hanya dengan satu ikatan.

Contoh gambar restrain :

Gambar 1. Teknik Restrain

13
Gambar 2. Cara penyimpulan Tali restrain

3. Restrain Jaket
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
b. Sepanjang pinggang, jaket tanpa lengan dengan penutup punggung yang
diikat dengan tali pengikat.
c. Pengikat panjang pada dasar jaket mengamankan klien dari tempat tidur,
kursi antara lain tempat tidur.

Gambar 3. Restrain Jaket


4. Restrain Lengan dan Kaki
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
b. Handuk dilipat, dipeniti mengitari ekstremitas
c. Balutan kasa atau katun, diberi bantalan dengan benar

5. Restrain Siku

14
a. Ulangi prosedur, a, b, dan c sama dengan yang diatas.
b. Segi empat muslin dengan kantong vertical untuk menampng depressor
lidah untuk memberikan kekakuan vertical dan fleksibilitas horizontal;
ikatan mengencangkan alat mengitari lengan
c. Roller handuk diameter besar yang diberi bantalan
d. Wadah plastik tubuler dengan puncak dan dasar yang dibuang dan
bantalan yang sesuai untuk kenyamanan dan keamanan.

2.10 Peranan Pemerintah Dalam Menangani ODGJ

a. Mencapai masyarakat Indonesia yang bebas dari tindakan pemasungan


terhadap orang dengan gangguan jiwa, melalui:
1. Terselenggaranya perlindungan HAM bagi orang dengan gangguan jiwa.
Tercapainya.
2. Peningkatan pengetahuan dari seluruh pemangku kepentingan di bidang
kesehatan jiwa.
3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan jiwa yang bekualitas di setiap
tingkat layananmasyarakat.
4. Tersedianya skema pembiayaan yang memadai untuk semua bentuk
upaya kesehatan jiwa di tingkat pusat maupun daerah.
5. Tercapainya kerjasama dan koordinasi lintas sektor di bidang upaya
kesehatan jiwa.
6. Terselenggaranya sistem monitoring dan evaluasi di bidang upaya
kesehatan jiwa
b. Penangulangan Pemasungan
1. menyediakan fasilitas rehabilitasi ODGJ serta
2. menyediakan anggaran dalam penanganan ODGJ
3. menyediakan obat-obatan yang diperlukan dalam pencegahan
kekambuhan bagi ODGJ.
4. meningkatkan upaya promotif bagi masyarakat dalam hal kesehatan jiwa
agar masyarakat mengetahui masalah kesehatan jiwa, dilakukannya

15
berbagai upaya untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan jiwa,
menghargai dan melindungi ODGJ, serta memberdayakan ODGJ.

16
BAB III
SOP PEMASANGAN RESTRAIN

SOP PELAYANAN RESTRAIN

PENGERTIAN Pelayanan menggunakan alat pengikat pada pasien gelisah, agresif ataupun non
kooperatif
TUJUAN Memberikan panduan kepada dokter, dokter gigi, staf keperawatan suatu teknik
pengikatan secara mekanik pada klien yang bertujuan untuk melindungi atau menghindari
menciderai diri, orang lain dan lingkungan
ALAT a. Tali
b. Jaket/Baju Restrain (Jika yang digunakan ialah teknik restrain jaket)
c. Bantalan untuk tulang yang menonjol (Jika yang digunakan ialah teknik restrain
lengan dan siku)

PROSEDUR Preinteraksi

1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien instruksi restrain/


terapi psikofarmakoterapi
2. Siapkan Tim
3. Siapkan alat-alat
4. Siapkan lingkungan yang aman
5. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
6. Siapkan medikasi bila perlu sesuai advise dokter
- Diazepam Injeksi 1 ampul (IM/IV)
- CPZ Injeksi 1 ampul (IM)
- Tab CPZ 100 mg
- Tab Zofredal (Risperidone) 2 mg

Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan dan lakukan kontrak (Prosedur, tujuan, lamanya di restrain kepada klien
dan keluarga bila perlu kontrak sepihak.)

Tahap Kerja

1. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan perilakunya


2. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan
pengikatan.
3. Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan pengikatan. (Jangan
tawar menawar dengan pasien)
4. Jangan membiarkan pasien berfikir tentang keraguan kita untuk melakukan

17
pengikatan.
5. Staf yang akan melakukan pengikatan harus sudah berada di tempat
(susunan tim 5-6 orang) :
- Empat orang menahan masing-masing anggota gerak
- Satu orang mengawasi kepala
- Satu orang melakukan prosedur pengikatan
- Tiap anggota gerak 1 ikatan
- Ikatan pada posisi sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran IV
- Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi

6. Monitor tanda-tanda vital tiap 60 menit


7. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat staf
8. Observasi gejala Ekstra Piramidal Sindrome (EPS) dalam 24 jam pertama, bila
EPS terapi Diphenhydramin 50mg (IM/IV).

Terminasi

1. Evaluasi perasaan klien


2. Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3. Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya
(restrain akan dilepas apabila, mis: pasien berjanji tidak memukul orang lagi)

Dokumentasi

Catat hasil kegiatan dan respon pasien dalam catatan keperawatan.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual


untuk membatasi mobilitas fisik klien. Alat tersebut meliputi penggunaan manset
untuk pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan
pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku
klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun
modifikasi lingkungan (Riyadi & Purwanto, 2009).
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik
dan memberikan lingkungan yang nyaman. Kemungkinan mencederai klien dalam
proses restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang
cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.

4.2 Saran

Untuk mempelajari sesuatu tidaklah cukup hanya dengan melihat saja,


penyaji menyarankan kepada semuanya agar lebih banyak membaca guna
memahami tentang konsep dasar dari makalah ini. Semoga apa yang di sampaikan
dalam makalah memberi manfaat untuk kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku saku.
Edisi 3. Jakarta : EGC

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (2000). Synopsis of Psychiatry. New
York : Williams and Wilkins

Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.

Riyadi, S dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.

20

Anda mungkin juga menyukai