Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

BAB 1i
BAB ii1
BAB 1v
BAB v
Della Erica
Muhammad Rafli
Raka anugrah

Dosen Pembimbing : Eka Lutfiyatun, M.Pd


A. Transformasi Wahyu dan Implikasinya terhadap Corak Keberagaman

Dalam ajaran Islam, wahyu Allah selain berbentuk tanda-tanda (ayat) yang nirbahasa, juga
bermanifestasi dalam bentuk tanda-tanda (ayat) yang difirmankan. Untuk memudahkan pemahaman,
kita bedakan antara istilah wahyu (dengan "w" kecil) dan Wahyu (dengan “W" besar).

 Wahyu dengan w kecil menyaran pada tanda-tanda, instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan
ketentuan Tuhan yang nirbahasa, dan mewujud dalam alam semesta dan isinya, termasuk dinamika
social budaya yang terjadi di dalamnya.

 Wahyu dengan W besar menyaran pada tanda-tanda ,instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan
ketentuan Tuhan yang difirmankan melalui utusan-Nya (malaikat) dan diakses secara khusus oleh
orang-orang pilihan yang disebut sebagai nabi atau rasul.

BAB 1i
BAB ii1
BAB 1v
BAB v
Dalam sejarah peradaban islam ditemukan beberapa Dalam bidang filsafat, Islam pernah memiliki tokoh-tokoh
contoh perbedaan pemahaman dan ekspresi yang begitu briliam dalam melahirkan ide-ide filosfisnya,
keberislaman, terutama setelah nabi Muhammad diantranya :
meninggal dunia, tepatnya pada masa khalifah Usman  aliran Peripatetik
dan Ali. Pada masa pertengahan atau Islam klasik  aliran iluminasionis (Isyraqiyyah)
ditemukan beragam kelompok atau mazhab, seperti  aliran teosofi transenden atau al- Hikmah al-
Mutaaliyyah (979- 1050/1571-160).
 kelompok Islam aliran kalam (Khawarij, Maturidyah,
Mu’tazilah, Asyariyah, Qadiriyah, Jabariyah, Syiah
dan Sunni).
 Mazhab Fiqh (Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i).

BAB 1i
BAB ii1
BAB 1v
BAB v
Fazhlurrahman bahkan mengatakan bahwa Islam Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian
Indonesia merupakan corak Islam masa depan. Pada dan ketepatan dalam ekspresi beragama ditentukan oleh
masa Wali Songo, Islam di Indonesia memiliki dua konteks budaya, geografis, dan historis. Perbedaan-
model di atas. Kelompok formalis lebih mengutamakan perbedaan ekspresi tersebut semakin memperkaya corak
aspek fikih dan politik kenegaraan, sedangkan kelompok dan model keberagamaan di internal umat Islam itu sendiri.
esensialis memprioritaskan aspek nilai dan kultur dalam Beragamnya corak serta model keberagamaan umat Islam
berdakwah. ini semakin memperkaya khazanah budaya Islam.

Tuntutan, modernitas dan globalisasi menuntut model


pemahaman agama yang saintifiks yang secara serius
memperlihatkan berbagai pendekatan, Pendekatan
Islam monodisiplin tidak Iagi memadai untuk menjawab
tantangan zaman yang dihadapi umat Islam di berbagai
tempat. Uraian di atas menunjukkan bahwa ekspresi
tentang Islam tidak bisa tunggal. Hal itu dikarenakan
Islam tidak lahir di ruang hampa sejarah.

BAB 1i
BAB ii1
BAB 1v
BAB v
lampiran
BAB 1 BAB 1i
B. Argumen tentang Urgensi Pribumi
kata dasar dari “urgen” Islam
yang berarti sesuatu yang kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa
jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang kehilangan kemurnian dari Islam itu sendiri.
terutama atau unsur yang penting (Abdurrahman Tujuan gagasan pribumisasi Islam adalah agar
Saleh dan Muhbib Abdul Wahab,2004: 89) terjadinya dialog Islam dan kebudayaan sehingga
keduanya dapat saling menerima dan memberi.
Pribumisasi Islam adalah suatu pemahaman
islam yang mempertimbangkan kebutuhan – Islam pribumi yang telah dicetuskan Gus Dur ini
kebutuhan lokal di dalam merumuskan hukum - sesungguhnya mengambil semangat yang telah
hukum negara (Abdurrahman Wahid ,1980) diajarkan oleh Wali Songo dalam dakwahnya
kewilayah Nusantara sekitar abad 15 dan 16 M di
Dalam ‘Pribumisasi Islam’ tergambar bagaimana pulau Jawa.
Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Dalam hal ini, WaliSongo telah berhasil
Tuhan yang diakomodasikan ke dalam memasukkan nilai - nilai lokal dalam Islam yang
khas keindonesiaan.

BAB ii1
BAB 1v
BAB v
lampiran
BAB 1 BAB 1i BAB ii1
C. Deskripsi Pribumisasi Islam Sebagai Upaya Membumikan Islam di
Belakangan ini muncul tawaran hermeneutikaIndonesia
Keagamaan
agar dapat dilakukan proses kontekstualisasi atau  Kedua "pembacaan eidetik", yaitu pengkajian
pribumisasi Islam di Indonesia khususnya dan di secara mendalam teks-teks sucitersebut
seluruh penjuru dunia umumnya.Hermeneutika dengan menerapkan prinsip kajian teks secara
merupakan cabang filsafat yang mempelajari komprehensif.
tentang interpretasi makna (menafsirkan atau  ketiga adalah "pembacaan praksis" .yaitu
menerjemahkan) upaya mentransedenkan gagasan, nilai, dan
prinsip yang terdapat dalam teks suci untuk
Tawaran hermeneutika ini meliputi tiga metode kemudian diproyeksikan dalam konteks
pembacaan terhadap teks-teks keagamaan (baca waktu, geografis, dan sosial- budaya saat ini.
Al-Quran dan al-Hadits).
 Pertama adalah "pembacaan historis", yaitu
upaya untuk merekonstruksi konteks psiko-
sosior historis yang melingkupi turunnya Al-
Quran dan munculnya sunah sehingga
diperoleh gambaran yang utuh tentang situasi
yang melatarbelakangi sebuah wacana
BAB 1v
BAB v
lampiran
BAB 1 BAB 1i BAB ii1
"Pribumi Islam” menjadikan agama dan budaya “Pribumisasi Islam” memberikan peluang bagi
tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud keanekaragaman interpretasi dalam kehidupan
dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda.
mengambil bentuknya yang otentik dari agama, Dengan demikian, Islam tidak lagi
serta berusaha mempertemukan jembatan yang dipandang secara tunggal, melainkan majemuk. Tidak
selama ini memisahkan antara agama dan lagi ada anggapan bahwa Islam yang di Timur-Tengah
budaya. Dengan demikian tidak ada lagi sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam
pertentangan antara agama dan budaya. sebagai agama mengalami historisitas yang terus
berlanjut.
“Pribumisasi Islam” dipahami menjadi sebuah
kebutuhan praksis (berupa keterampilan pada konsepsi “Pribumisasi Islam” sepertinya akan sangat
proses komunikasi/ dakwah/ tabligh antar membantu bagi berkembangnya pemahaman Islam yang
budaya), sekaligus sebagai kebutuhan pantas untuk diterapkan dalam konteks Indonesia
paradigmatik pemikiran (berupa kontekstualisasi maupun keindonesiaan itu sendiri. Dari situ, membangun
paham keislaman untuk historisitas ruang dan masyarakat yang religius juga kultural akan lebih mudah
waktu yang berbeda, di mana syariah didialogkan terwujud, tanpa kehilangan kebinekaannya, tetap
dengan berbagai konteks yang melingkupinya). harmonis, toleran dan menganut pluralisme yang dewasa

BAB 1v
BAB v
lampiran

Berdasarkan, makalah yang dibuat dapat disimpulkan bahwa :

1. Pribumisasi Islam menyaran pada transformasi nilai - nilai Islam universal dalam wadah budaya,
geografis, dan ruang waktu tertentu. Melalui pribumisasi, Islam diharapkan dapat hadir dalam dinamika
kehidupan kekinian dan menjawab berbagai problematika social budaya yang berkembang dalam
sebuah ruang, waktu dan geografis.

2. Dari penelusuran hingga penulisan makalah ini, penulis menyimpulkan bahwa perbedaan bukanlah
sebagai polemik untuk membumikan Islam, berbagai cara membumikan Islam di Indonesia berupaya
agar bangkitnya muslim menjadi kaum yang kuat dan meneriman adanya perbedaan sebagai suatu
kesamaan. Pemaksaan bukan cara yang di ajarakan oleh Islam, melainkan menghormati adalah cara
yang benar

3. Sejarah membuktikan bahwa tidaklah mudah membumikan Islam di Indonesia, meniru ke belakang
bukan cara untuk menjadi satu, melainkan berpikir kedepan untuk mencari solusi dari masa lalu untuk
menjadi satu keberagaman yang rumpun
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai