Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH

HALAMAN 249

1. Wayang digunakan dalam proses Islamisasi di Jawa dengan


menggabungkan nilai-nilai dalam ajaran Islam ke dalam seni
pertunjukan wayang. Proses Islamisasi antara budaya lama dengan
budaya Islam dilakukan dengan negosiasi damai atau tidak
menggunakan unsur kekerasan.
2. Dalam proses perkembanganya, para mubaligh islam menyampaikan
agama islam dg cara sederhana. Agar tidak ada kesan bahwa agama
islam adalah agama yang baru dan sulit untuk di pahami. Untuk itu,
sering terjadi dalam penyampaian ajaran islam para mubaligh
memadukan ajaran antara ajaran lama dg ajaran islam selama ajaran
tersebut tidak mungubah kaidah. Dari sinilah terjadi proses
akulturasi antara islam dg budaya local yaitu, perpaduan dua budaya
atau lebih yang membentuk satu budaya baru.
3. Hasil – Hasil Akulturasi Islam :

Seni Bangunan

Seni arsitektur Islam yang menunjukkan akulturasi dengan budaya pra-


Islam antara lain makam dan masjid. Keduanya menunjukkan bentuk-
bentuk akulturasi dengan kebudayaan setempat sebelumnya, yaitu
kebudayaan prasejarah dan Hindu-Buddha. Bentuk seni arsitektur yang
lain, seperti keraton, benteng, dan pemandian sejauh ini tidak banyak
menunjukkan akulturasi dengan seni arsitektur budaya setempat.

Seni Budaya

Pengaruh Islam tampak dalam tiga bentuk kesenian dapat dilihat dalam
wujud seni budaya seperti seni tari. Terdapat seni tari di Indonesia yang
mendapat pengaruh dari Islam.

Tari Debus diyakini sebagai kesenian asli masyarakat Banten yang


berkembang sejak masa-masa awal Islam, yaitu semasa pemerintahan
Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus menjadi salah satu
sarana penyebaran agama Islam. Pertunjukan Debus ini diawali dengan
nyanyian atau pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al Quran serta salam
(salawat) kepada Nabi Muhammad. Dewasa ini Debus sebagai seni beladiri
banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Tari Seudati yang berasal dari provinsi Aceh adalah contoh lainnya. Tari ini
adalah contoh pengaruh Islam dalam bidang seni, dimana Seudati sendiri
berasal dari kata ‘syahadat’ yang berarti saksi atau bersaksi atau utusan
Allah. Dalam tari Seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang
isinya berupa salawat terhadap Nabi. Nama lainnya adalah Saman yang
berarti delapan karena permainan ini pada awalnya dilakukan oleh delapan
pemain.

Tari Zapin adalah contoh tari lainnya yang mendapat pengaruh Islam.
Tepatnya dari Arab, Persia, dan India sejak abad ke- 13. Tarian tradisional
ini bersifat edukatif dan menghibur, digunakan sebagai media dakwah
islamiyah melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan. Musik
pengiringnya terdiri atas dua alat yang utama, yaitu alat musik petik
gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut dengan
marwas.

Seni Sastra

Seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra
yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra
Islam. Wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/
aksara yang dipergunakan, yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab
Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang
berkembang pada jaman Hindu.

Bentuk-bentuk karya sastra tersebut diantaranya:

 Hikayat

Hikayat merupakan kisah perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh


terkenal yang hidup pada masa itu, seperti hikayat Hang Tuah, hikayat
Panji Semirang, hikayat Bayan Budiman, dan lainnya. Karya ini merupakan
pengaruh dari budaya Persia.

 Babad

Babad merupakan suatu karya sastra yang hidup dalam masyarakat


tradisional dan lingkungan kebudayaan Jawa. Babad termasuk dalam jenis
historigrafi tradisional dengan ciri utama bercampurnya unsur sejarah dan
dongeng. Sebagai contoh dari babad, antara lain babad Tanah Jawi, babad
Diponegoro, babad Cirebon.

 Suluk
Suuk merupakan kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf. Contoh suluk,
antara lain suluk Sukarsa yang berisi tentang Ki Sukarsa yang mencari
ilmu sejati untuk mendapatkan kesempurnaan hidup suluk Wujil berisi
tentang kumpulan nasihat Sunan Bonang kepada Wujil, seorang bertubuh
kerdil bekas abdi dalem (punggawa) Majapahit

Sistem Kalender

Sistem kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya Islam. Pada


masa Hindu-Buddha digunakan sistem kalender dengan tahun Saka. Pada
masa Islam digunakan sistem kalender atau penanggalan baru dengan
sistem Hijriyah.

Kalender Hijriyah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan


bulan Dzulhijjah. Perhitungan satu tahun dalam Islam adalah duabelas kali
siklus bulan yang berjumlah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Itulah
sebabnya kalender dalam Islam 11 hari lebih pendek jika dibandingkan
dengan kalender Masehi dan kalender-kalender lainnya yang didasarkan
pada pergerakan matahari (solar kalender). Hal ini pula yang
mengakibatkan sistem kalender Islam tidak selalu datang pada musim yang
sama.

Tradisi dan Upacara

Terdapat tradisi dan upacara yang merupakan perpaduan antara unsur-


unsur lokal, Hindu-Buddha dan Islam yang mengalami proses sinkretisasi.

 Tradisi Ziarah

Tradisi Ziarah adalah kebiasaan masyarakat Islam untuk mengunjungi


tempat-tempat keramat berupa makam raja atau orang-orang penting pada
hari-hari tertentu yang dimakamkan di halaman masjid. Ritual tersebut
serupa dengan ritual yang dilakukan pada bangunan candi yang dianggap
keramat. Demikian pula dengan makam raja-raja atau sultan, oleh
masyarakat dianggap sebagai orang keramat yang memiliki kekuatan
magis.

Dengan demikian, adanya kebiasaan sebagian masyarakat Islam yang


padda waktu-waktu tertentu berziarah ke makam raja-raja atau orang-
orang sakti yang dianggap keramat dan masjid yang dianggap keramat
sesuai dengan kebiasaan masyarakat pada zaman Hindu-Buddha
mengunjungi candi untuk memuja raja yang telah meninggal. Praktik
tersebut membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat yang berkembang
pada masa Islam masih berhubungan dengan kepercayaan masyarakat
masa Hindu-Buddha dan masa praaksara.

 Upacara

Upacara-upacara keagamaan sebagai wujud akulturasi dengan agama


Islam yang sampai saat ini masih terus dilaksanakan adalah peringatan
Maulid Nabi, Isra Mikraj, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Upacara Grebeg Maulid di beberapa daerah biasanya disertai dengan
membersihkan benda-benda keramat, seperti keris, tombak atau benda
lainnya. Perayaan Grebek Besar dan Grebek Maulud dilakukan di Demak,
Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Banten dan Aceh.
Sumber (www.kelaspintar.id)

DAVIER / 21 / X-AKL

Anda mungkin juga menyukai