Anda di halaman 1dari 12

KURANGNYA SARANA DAN PRASARANA BELAJAR DI MADRASAH

IBTIDAYAH MUHAMMADIYAH DESA AIR TERAS

Oleh :

Gita Lavenia

Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno

Abstrak

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kurangnya


pemanfaatan dan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah. Sarana dan
prasana di sekolah diperolah dari anggaran pemerintah untuk setiap sekolah dan
juga dari sumbangan, hadiah, maupun pembelian secara mandiri oleh sekolah
tersebut. Penggunaan sarana dan prasarana sangat penting untuk
keberlangsungan proses belajar mengajar dan untuk meningkatkan kualitas
belajar baik untuk siswa maupun guru. Sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Ini menunjukkan bahwa
peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang kualitas belajar
siswa. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting
di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya
proses pembelajaran di sekolah. Dalam mengelola sarana dan prasarana di
sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang
ada pada umumnya, yaitu mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh
sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan
prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran.

Kata kunci: Sarana, Prasarana, Pengelolaan, Perencanaan


Pendahuluan

Dalam pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena

dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang

penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara lansung maupun tidak

lansung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana

dan prasarana pendidikan adalah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu

sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang canggih.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang

atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan sebagai seorang personal pendidikan

kita dituntut untuk menguasai dan memahami administrasi sarana dan prasarana,

untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai

etika kerja sesama personel pendidikan, sehingga tercipta keserasian, kenyamanan

yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah

maupun warga masyarakat sekitarnya.

Pendidikan di indonesia itu sangat minim sekali terutama dalam sarana

dan prasarana , seperti hal nya sarana prasarana pendidikan di sekolah rusak di

berbagai di indonesia dan banyak memprihatinkan terutama di daerah terpencil .

Dalam hal ini fasilitas kegiatan belajar mengajar itu sungguh jauh dari tidak

layaknya pembelajaran.seperti halnya fasilitas yang tidak memadai yaitu gedung

kelas bocor,bangku sekolah rusak maupun tidak mencukupi.

Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat

dalam masalah minimnya pendidikan, di sebabkan karena keterbatasan fasilitas


sekolah dan pembelajaran yang tidak memadai. dalam memanajemen srana dan

prasarana pendidikan terdapat kekurangan dalam memanajemen yaitu kurangnya

sarana prsarana yang dibutuhkan peserta didik dalam proses belajar dan

pembelajaran.

Realitanya di daerah terpencil tidak memadai mengenai sarana prasarana

pedidikan, termasuk SDM nya sendiri sehingga memicu perkembangan

pendidikan,dalam hal ini banyak permasalahan timbul mengenai kurangnya sarana

dan prasaran seperti halnya fasilitas yang minim yaitu dalam permasalahan utama

di setiap pendidikan sekolah di indonesia,terutama di daerah terpencil yang jauh

dari perkotaan.dalam hal ini akan menimbulkan kurangnya kesenjangan mutu

pendidikan tersebut.Setiap pendidikan itu wajib memiliki sarana seperti

perabot,peralatan pendidikan,media pendidikan,buku dan sumber belajar tersebut

agar dapat menunjang proses pembelajaran yang teratur dan teroktimal.apabila

kelengkapan fasilitas di atas memadai dan di kelola dengan baik baik maka sarana

dan prasarana berjalan dengan optimal sebaik mungkin.


Tinjauan pustaka

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara


langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran. Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik
ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh tenaga pendidik yang
bersangkutan secara optimal. Barnawi (2012: 47-48), berpendapat bahwa
prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Oleh
karena itu sarana dan prasarana pendidikan adalah satu kesatuan pendukung
terlaksanakannya proses belajar dan mengajar dengan baik dan optimal.

Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan


pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam
membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang
dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan
pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang
proses belajar mengajar. Yamin menyebutkan beberapa hal yang perlu
dikembangkan dalam menunjang proses belajar mengajar: 1) perpustakaan, 2)
sarana penunjang kegiatan kurikulum, dan 3) prasarana dan sarana kegiatan
ekstrakurikuler dan mulok.

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting


dalam dunia pendidikan selain tenaga pendidik. Pendidikan tidak akan pernah
bisa berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Sarana dan prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya manajemen yang
dijalankan dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan berdaya untuk proses
pembelajaran.
Metode

Metode penelitian sarana prasarana adalah cara ilmiah untuk mendapatkan

data,dalam melakukan metode ini pastinya didasarkan beberapa syarat dan dalam

metode ini harusnya disusun dengan langkah-langkah yang sistematik supaya

memudahkan semua dalam melakukan peneltian,dalam artikel ini saya

mengumpulkan beberapa hal penting dalam mengembangkan penelitian mengenai

sarana dana prasarana administrasi pendidikan,penelitian ini menggunakan

analisis dari beberapa pendapat dan akan dkembangkan dengan data yang sudah 

ada .

Hasil

Sarana merupakan unsur terpenting di sekolah di mana mutu pendidikan

yang tinggi tidak mungkin dapat diwujudkan dengan sarana dan prasarana

seadanya. Menurut analisis ekonomi, bahkan investasi di bidang pendidikan akan

menunjang pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan membantu memecahkan

kesenjangan melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan sekaligus

akan meningkatkan taraf hidup setiap individu. Pendidikan sebagai

pengembangan human capital harus mempunyai perspektif yang tepat dalam

menentukan kebijakan dan pengalokasian anggaran pendidikan.

Pendekatan human capital bertujuan agar investasi dalam pengembangan sumber

daya manusia menghasilkan cadangan sumber daya manusia yang berkualitas

untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sarana dan Prasarana yang diperlukan

tersebut adalah:
1.      Gedung sekolah yang refresentatif, aman, nyaman, sehat, bersih dan indah.

2.      Halaman sekolah yang luas yang dilengkapi dengan penataan taman yang

indah dan asri.

3.      Lapangan olahraga dan perlengkapan pendukungnya.

4.      Ruang perpustakaan, lengkap dengan buku-bukunya.

5.      Ruang UKS, Ruang parkir, Gudang, WC dan kantin sekolah

Fasilitas  atau  benda-benda  pendidikan  dapat  ditinjau  dari  fungsi, jenis atau

sifatnya, yaitu:

1.      Ditinjau  dari  fungsinya  terhadap PBM,  prasarana  pendidikan berfungsi 

tidak  langsung  (kehadirannya  tidak  sangat menentukan).  Sedangkan  sarana 

pendidikan  berfungsi  langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap

PBM. 

2.      Ditinjau  dari  jenisnya,  fasilitas  pendidikan  dapat  dibedakan menjadi

fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.

3.      Ditinjau  dari  sifat  barangnya,  benda-benda  pendidikan  dapat dibedakan 

menjadi  barang  bergerak  dan  barang  tidak  bergerak, yang kesemuanya dapat

mendukung pelaksanaan tugas. 

     Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut: 

1. Ditinjau dari  fungsinya  terhadap Proses Belajar Mengajar  (PBM),

prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat

menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, 


halaman,  pagar,  tanaman,  gedung/bangunan  sekolah, jaringan  jalan, 

air,  listrik,  telepon,  serta  perabot/mobiler. Sedangkan  sarana 

pendidikan  berfungsi  langsung  (kehadirannya sangat  menentukan) 

terhadap  PBM,  seperti  alat  pelajaran,  alat peraga, alat praktek dan

media pendidikan. 

2. Ditinjau  dari  jenisnya,  fasilitas  pendidikan  dapat  dibedakan menjadi

fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.   Fasilitas  fisik  atau  fasilitas 

material  yaitu  segala  sesuatu  yang berwujud  benda  mati  atau 

dibendakan  yang  mempunyai  peran untuk  memudahkan  atau 

melancarkan  sesuatu  usaha,  seperti kendaraan,  mesin  tulis,  komputer, 

perabot,  alat  peraga,  model, media, dan sebagainya. Fasilitas  nonfisik 

yakni  sesuatu  yang  bukan  benda  mati,  atau kurang  dapat  disebut 

benda  atau  dibendakan,  yang  mempunyai peranan  untuk  memudahkan 

atau  melancarkan  sesuatu  usaha seperti manusia, jasa, uang. 

1. Ditinjau  dari  sifat  barangnya,  benda-benda  pendidikan  dapat

dibedakan  menjadi  barang  bergerak  dan  barang  tidak  bergerak, yang

kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.  

a. Barang  bergerak  atau  barang  berpindah/dipindahkan

dikelompokkan  menjadi  barang  habis-pakai  dan  barang  tak habis

pakai.

b. Barang  habis-pakai  ialah  barang  yang  susut  volumenya pada

waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang 

tersebut  dapat  susut  terus  sampai  habis  atau  tidak berfungsi  lagi, 
seperti  kapur  tukis,  tinta,  kertas,  spidol, penghapus,  sapu  dan 

sebagainya.  (Keputusan  Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971

tanggal 13 April 1971). 

2. Barang  tak-habis-pakai  ialah  barang-barang  yang  dapat dipakai 

berulang  kali  serta  tidak  susut  volumenya  semasa digunakan  dalam 

jangka  waktu  yang  relatif  lama,  tetapi tetap memerlukan  perawatan 

agar  selalu  siap-pakai  untuk pelaksanaan  tugas,  seperti  mesin  tulis, 

komputer,  mesin stensil,  kendaraan,  perabot,  media  pendidikan  dan

sebagainya. 

a. Barang  tidak  bergerak  ialah  barang  yang  tidak  berpindah-

pindah  letaknya  atau  tidak  bisa  dipidahkan,  seperti  tanah,

bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya.

Sedangkan  jenis-jenis  prasarana  pendidikan  di  sekolah  bisa diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu:  

1.      Prasarana  pendidikan  yang  secara  langsung  digunakan untuk  proses 

belajar  mengajar,  seperti  ruang  teori,  ruang perpustakaan,  ruang  praktek 

keterampilan,  dan  ruang laboratorium. 

2.      Prasarana  sekolah  yang  keberadaannya  tidak  digunakan untuk  proses 

belajar  mengajar,  tetapi  secara  langsung  sangat menunjang  terjadinya proses

belajar mengajar. Beberapa contoh tentang  prasarana  sekolah  jenis  terakhir 

tersebut  di  antaranya adalah  ruang  kantor,  kantin  sekolah,  tanah  dan  jalan 
menuju sekolah,  kamar  kecil,  ruang  usaha  kesehatan  sekolah,  ruang guru,

ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Pembahasan

Kurangnya sarana dan prasarana di setiap sekolah menjadi masalah


yang sangat penting. Kurangnya sarana dan prasarana ini membuat
pembelajaran di sekolah berjalan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan
yang diinginkan. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah, sekolah,
lembaga pendidikan, maupun orangtua peserta didik.

Menurut saya kondisi pendidikan di Indonesia saat ini memang masih


belum merata, terutama pada daerah-daerah seperti desa yang terpencil,
terpelosok maupun daerah yang identik dengan perekonomian yang rendah.
Mayoritas penduduk yang tinggal di daerah ini mempunyai pola pikir yang
masih minim mengenai pendidikan, transportasi, komunikasi, dll. Sehingga
bagi penduduk yang tinggal di daerah ini merasa bahwasannya pendidikan
merupakan suatu hal yang mewah, karena pendidikan identik dengan mahalnya
biaya yang dikeluarkan. Selain itu, minimnya sarana dan prasarana juga
menjadi salah satu faktor tidak meratanya pendidikan di daerah. Hal ini bisa
terjadi karena kemiskinan menjadi salah satu penyebab tidak meratanya
pendidikan di Indonesia dan faktor deskriminasi yang mempengaruhi
ketidakmerataan pendidikan.

- Upaya yang pemerintah


Menurut saya pemerintah harus meningkatkan anggaran dana
pendidikan dan juga bisa menanggung biaya pendidikan bagi
warga yang kurang mampu, baik untuk sekolah negeri maupun
swasta. Pemerintah harus memperhatikan sarana dan prasarana
yang ada di daerah masing-masing apakah ada kekurangan
atau kerusakan. Pemerintah juga harus memperluas dan
memeratakan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu, adapun strategi yang dapat
dilakukan, yaitu pemantapan prioritas pendidikan dasar
sembilan tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang
strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di
wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu
untuk anak yang memiliki kelainan, serta meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam menunjang pendidikan yang
berkualitas.

- Upaya Sekolah dan Orangtua


Upaya yang bisa dilakukan yaitu seperti sekolah pandai-pandai
mengolah dana dan juga harus meminta dana kepada
pemerintah sesuai dengan keadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan di sekolah tersebut. Jika ada kekurangan, guru juga
meningkatkan kreativitasnya untuk mengajar dengan alat
seadanya. Untuk orangtua mungkin bisa memberikan
sumbangan-sumbangan yang dapat membantu proses belajar
mengajar di sekolah dengan membayar spp dan komite dengan
tepat waktu.

- Upaya lembaga pendidikan


Menurut saya lembaga pendidikan disetiap daerah harus
mendata sekolah-sekolah yang ada disektitar untuk mengetahui
sarana dan prasarana yang kurang dan perlu ditambah atau
diperbaiki lagi.

Kondisi nyata saat ini, pada umumnya pemerintah


hanya mengoptimalkan pendidikan yang ada di kota dan
mengabaikan pendidikan yang berada di daerah terpencil.
Sehingga di daerah terpencil menimbulkan masalah kurangnya
sarana dan prasarana dalam hal pendidikan, contohnya tenaga
pengajar yang menumpuk di daerah perkotaan sedangkan di
daerah terpencil minim akan tenaga pengajar. Upaya- upaya
tersebut jika dilakukan dengan baik dan sesegera mungkin
pasti pemerataan sarana dan prasarana di sekolah akan
terpenuh.

Simpulan
Kurangnya sarana dan prasrana di sekolah menyebabkan terhalangnya
keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah. Untuk itu perlu upaya-upaya
yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana di sekolah.
Upaya tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah, sekolah, lembaga-lembaga
pendidikan maupun dari orangtua peserta didik.

Daftar rujukan

Aedi, N. (2019). Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah (Edisi Ke 2).

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anggraeni, A. (2020). Menegaskan Manusia Sebagai Objek dan Subjek Ilmu

Pendidikan. Jurnal PPKn & Hukum, 15(1), 64.

Anggranei, F. N. (2020). Realitas Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi.

SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION : Economic, Accounting,

Management and Business, 3(4), 331–340.

https://doi.org/10.37481/sjr.v3i4.229 Arifin. (2017). Upaya Diri Menjadi

Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Bafadal, I. (2003). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Baksir, N., & Sudarsono, J. (2019). Konsep dan Karakteristik Manajemen

Kurikulum. In Manajemen Kurikulum (pp. 17–29). Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Barnawi, & Arifin, M. (2017). Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Buchari, A. (2018). Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Ilmiah

Iqra’, 12(2), 106. https://doi.org/10.30984/jii.v12i2.897 .


Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Penerbit Gava

Media. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Nomor 22. Peraturan Menteri

Nomor 22, Vol. 3, pp. 1–35.

Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. (2021). SK Kadis No 1363 Tahun

2021 tentang Penyelenggaraan PTM Terbatas pada masa Pandemi Covid-

19. Jakarta. Elihami. (2019). Implementasi Kurikulum. Yogyakarta:

Deepublish.

Engzell, P., Frey, A., & Verhagen, M. D. (2021). Learning loss due to school

closures during the COVID-19 pandemic. Proceedings of the National

Academy of Sciences of the United States of America, 118(17).

https://doi.org/10.1073/PNAS.2022376118

Anda mungkin juga menyukai