Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

KUANTITATIF

“PENGARUH SARANA DAN PRASARANA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA


KELAS V SDI TAGA LAGA BURU”

ANGELINA NITA

NIM: 202027051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES
ENDE,2022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kelancaran dalam
proses pembelajaran, dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan sarana dan prasarana
dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas maupun kreativitas dalam penggunaannya oleh
guru maupun oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas
yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Dalam
perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga pendidikan baik formal maupun non formal
berusaha untuk memberikan dan melengkapi fasilitas yang ada di lembaganya untuk memenuhi
kebutuhan semua warga sekolah baik itu guru, staf-staf, peserta didik dan orang tua murid. Dalam
upaya melengkapi fasilitas yang ada sebuah lembaga pendidikan dikatakan maju apabila ketersediaan
sarana dan prasarananya memadai berkaitan dengan proses belajar peserta didik. Proses belajar
mengajar dapat meningkat dengan didukung adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Begitu pun juga bagi SDI Taga Laga Buru yang merupakan suatu lembaga pendidikan yang berada di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Desa Golo
Nderu, Sarana dan prasarana pendidikan sangat diutamakan dalam menentukan prestasi dan motivasi
belajar siswa.

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Hal ini merupakan
faktor yang harus diperhatikan oleh sebuah lembaga pendidikan, khususnya SDI Taga Laga Buru
karena mempengaruhi kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah. Adanya sarana dan prasarana
banyak membantu kelangsungan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana sangat diperlukan
untuk menunjang proses belajar mengajar, agar siswa lebih berminat dan mudah menerima penjelasan
dari guru. Apabila sarana dan prasarana yang disediakan kurang, maka dapat mempengaruhi minat
siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Jika siswa memiliki minat dalam mengikuti proses
belajar mengajar maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang paling pokok di lembaga pendidikan, ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta
didik. Dalam proses belajar mengajar Peserta didik juga harus mencapai kecakapan yang dinyatakan
dengan prestasi belajar berdasarkan hasil tes. Efektivitas belajar yang dicapai individu merupakan
gabungan dari faktor yang mempengaruhi proses belajar baik faktor dari dalam diri peserta didik
(faktor internal) dan faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal). Sarana merupakan peralatan
dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya
proses belajar mengajar. Seperti : gedung, kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran.
Adapun prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan
atau pengajaran. Seperti : halaman, taman, kebun, jalan menuju sekolah, jaringan internet, kondisi
tanah yang tidak rata. Tetapi apabila digunakan secara langsung seperti taman sekolah untuk
pengajaran biologi, halaman sekolah untuk lapangan olahraga maka itu termasuk prasarana
pendidikan.

Pengertian belajar secara psikologis adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Gagne (1984), belajar merupakan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Mengacu pada latar belakang diatas, maka peneliti mengambil penelitian dengan judul
“Pengaruh Sarana Dan Prasarana Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDI Taga Laga Buru”

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Letak sekolah yang berada jauh dari kampung


2. Kondisi jalan yang rusak menuju ke sekolah
3. Gedung sekolah yang sudah tua/rusak
4. Fasilitas ruangan kelas yang kurang memadai
5. Kurangnya persediaan air untuk kebutuhan sekolah
6. Halaman sekolah yang tidak rapi
7. Kondisi tanah yang tidak rata
8. Jaringan internet yang tidak bagus
9. Letak sekolah yang berada diatas bukit

1.3. BATASAN MASALAH

1. Letak sekolah yang berada jauh dari kampung


2. Kondisi jalan yang rusak menuju kesekolah
3. Gedung sekolah yang sudah tua atau rusak
4. Fasilitas ruangan kelas yang kurang memadai
1.4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan sekolah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar?
2. Bagaimanakah pengaruh sarana pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sarana dan prasarana pembelajaran apa saja yang diperlukan sekolah untuk
mendukung proses belajar mengajar.
2. Untuk menganalisis sejauh mana pengaruh sarana pembelajaran terhadap motivasi belajar
siswa.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan acuan dalam pelaksanaan
pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan pada tahun yang akan datang.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan disiplin, minat belajar, merasa aman, nyaman dan senang
dalam mengikuti pembelajaran.
3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya
pengaruh pemanfaatan sarana dan prasarana terhadap minat belajar siswa, serta dapat
dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya yang lebih relevan dengan permasalahan
penelitian ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Menurut perumusan
tim penyusun pedoman pembakuan media pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
maka yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:

1) Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibedakan, yang
mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha.
2) Fasilitas ruang yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai
akibat bekerjanya nilai uang. Misalnya seperti alat pelajaran alat peraga dan media
pendidikan. Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat digunakan secara langsung oleh
guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar yang termasuk dalam yang termasuk
dalam dalam alat pembelajaran yaitu buku tulis gambar-gambar alat-alat tulis menulis
ataupun alat-alat praktek.
3) Alat peraga mempunyai arti yang lebih luas. alat peraga adalah semua alat pembantu
pendidikan dan pengajaran dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang paling konkret
sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian kepada siswa.

Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak
langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah,
lapangan olah raga, uang, Kondisi jalan menuju sekolah, lingkungan sekitar sekolah, dan sebagainya.
Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti:
ruang teori, perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.
b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi
secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya seperti: ruang
kantor, Kantin Sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan
sekolah, ruang guru, ruang Kepala Sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Suksesnya pembelajaran di sekolah didukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana pendidikan
yang ada di sekolah tersebut perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses
pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan
prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana
merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah karena keberadaannya akan sangat mendukung
terhadap suksesnya proses pembelajaran di di sekolah.. disebutkan dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional bahwa setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

2.1.1 Sarana dan Prasarana pembelajaran yang diperlukan sekolah untuk mendukung proses
belajar mengajar

Sarana merupakan unsur terpenting di sekolah di mana mutu pendidikan yang tinggi tidak
mungkin dapat diwujudkan dengan sarana dan prasarana seadanya. Menurut analisis ekonomi,
bahkan investasi di bidang pendidikan akan menunjang pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan
membantu memecahkan kesenjangan melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
sekaligus akan meningkatkan taraf hidup setiap individu. Pendidikan sebagai
pengembangan human Capital harus mempunyai perspektif yang tepat dalam menentukan
kebijakan dan pengalokasian anggaran pendidikan. Pendekatan human Capital bertujuan agar
investasi dalam pengembangan sumber daya manusia menghasilkan cadangan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sarana dan Prasarana yang
diperlukan tersebut adalah:
1.      Gedung sekolah yang representatif, aman, nyaman, sehat, bersih dan indah.
2.      Halaman sekolah yang luas yang dilengkapi dengan penataan taman yang indah dan
asri.
3.      Lapangan olahraga dan perlengkapan pendukungnya.
4.      Ruang perpustakaan, lengkap dengan buku-bukunya.
5.      Ruang UKS, Ruang parkir, Gudang, WC dan kantin sekolah

Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya, yaitu:
1) Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung
(kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi
langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap KBM.
2) Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan
fasilitas non fisik.
3) Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang
bergerak dan barang tidak bergerak, yang ke semuanya dapat mendukung pelaksanaan
tugas.

Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Ditinjau dari fungsinya terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM), prasarana pendidikan
berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana
pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan,
air, listrik, telepon, serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung
(kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat
praktik dan media pendidikan.
Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas
non fisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda
mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu
usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan
sebagainya. Fasilitas non fisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat
disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau
melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang.
Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang
bergerak dan barang tidak bergerak, yang ke semuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.
a. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang
habis-pakai dan barang tak habis pakai.
1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu
dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut
terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis, tinta,
kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).
2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali
serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang
relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap-pakai untuk
pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan,
perabot, media pendidikan dan sebagainya.
b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak
bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya.

Sedangkan jenis-jenis prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua


macam, yaitu:

1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar


mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
keterampilan, dan ruang laboratorium.
2.   Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses
belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir
tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan
menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru,
ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

2.1.2 Pengaruh Sarana dan Prasarana Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa

Sarana merupakan unsur terpenting di sekolah di mana mutu pendidikan yang tinggi tidak
mungkin dapat diwujudkan dengan sarana dan prasarana seadanya. Menurut analisis ekonomi,
bahkan investasi di bidang pendidikan akan menunjang pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan
membantu memecahkan kesenjangan melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
sekaligus akan meningkatkan taraf hidup setiap individu. Pendidikan sebagai pengembangan
human Capital harus mempunyai perspektif yang tepat dalam menentukan kebijakan dan
pengalokasian anggaran pendidikan. Pendekatan human Capital bertujuan agar investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia menghasilkan cadangan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Dalam suatu proses belajar mengajar, sarana dan prasarana belajar merupakan salah satu
penunjang suatu proses belajar mengajar. Seorang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
memerlukan adanya dorongan tertentu agar kegiatan belajarnya dapat menghasilkan prestasi
belajar yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa yang maksimal, tentunya perlu diperhatikan berbagai faktor yang membangkitkan para
siswa untuk belajar dengan efektif. Hal tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang,
yaitu faktor sarana dan prasarana belajar dan dapat memanfaatkannya dengan tepat dan seoptimal
mungkin.

Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal, siswa banyak terpengaruh oleh motif-motif
yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari dalam dirinya, atau mungkin dapat
terpengaruh secara bersamaan sesuai dengan situasi yang berkembang.

Dengan demikian, motivasi sangatlah penting baik motivasi yang berasal dari dalam diri
(intrinsik) maupun motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), karena kedua-duanya
dapat menjadi pendorong untuk belajar dan agar proses belajar mengajar dan berjalan
dengan lancar, aktifitas dalam belajarnya memberikan kepuasan/ganjaran di akhir kegiatan
belajarnya serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Optimalnya sarana dan prasarana disekolah, akan menjadi motivasi ekstrinsik dari siswa.
Motivasi tersebut akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang termotivasi
akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dengan demikian prestasi
belajar siswa akan meningkat seiring termotivasinya siswa tersebut. Oleh karena itu, kelengkapan
sarana dan prasaran akan berpengaruh besar terhadap motivasi siswa dan prestasi belajar siswa.

2.2. KERANGKA BERPIKIR

Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas atau perlengkapan dasar yang
secara langsung dan tidak langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi
tercapainya tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja kursi, alat-
alat media pengajaran, ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang
laboratorium dan sebagainya.

Masalah pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan faktor yang penting terhadap
proses belajar mengajar. Untuk itu fungsi dan peranan sekolah, guru, siswa dan personel sekolah
memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan ini agar benar-benar menentukan keberhasilan proses
belajar yang efektif.

Sedangkan motivasi belajar siswa adalah dorongan atau kemauan yang muncul dalam diri
siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya dengan giat sehingga mendapat kepuasan/ganjaran di
akhir kegiatan belajarnya dan agar kualitas hasil belajar siswa juga memungkinkannya dapat
diwujudkan serta tercapai tujuannya yaitu memiliki prestasi tinggi di sekolah, memiliki
pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dapat dibanggakan.

Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar. Motivasi menurut
blogsky tanda kurung Prasetya dkk, 1985 merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses
meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Biges dalam Dimyati dkk, 1994 menyatakan bahwa pada
dasarnya peserta didik memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Macam-macam motivasi
tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu:

3) Motivasi instrumental
1. Motivasi sosial
2. Motivasi berprestasi
3. Motivasi intrinsik

Motivasi instrumental berarti bahwa peserta didik pelajar karena didorong oleh adanya Hadiah atau
menghindari hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa peserta didik belajar untuk penyelenggaraan
tugas dalam hal ini keterlibatan peserta didik para tugas menonjol. Motivasi berprestasi berarti bahwa
peserta didik belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya. Motivasi
intrinsik berarti bahwa peserta didik belajar karena keinginannya sendiri. Motivasi yang tinggi dapat
menggiatkan aktivitas belajar peserta didik titik motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku
peserta didik antara lain:

1) Adanya kualitas keterlibatan peserta didik dalam belajar yang sangat tinggi
2) Adanya perasaan dan keterlibatan efektif peserta didik yang tinggi dalam belajar
3) Adanya upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa
memiliki motivasi belajar tinggi

Dari uraian diatas, maka digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Pengaruh Sarana Pengaruh Prasarana

(X1) (X2)
Motivasi Belajar Siswa
(Y)

2.3. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian
bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Untuk menguji
kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh positif antara pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan dengan
Motivasi belajar siswa.

Ha : Terdapat pengaruh positif antara pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan dengan
Motivasi belajar siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif. Data yang
diperoleh disajikan ke dalam bentuk deskripsi analisis untuk mengetahui pengaruh sarana dan
prasarana terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pada sebuah
sekolah yaitu di SDI Taga Laga Buru lebih khususnya di Kelas V.
3.2. POPULASI DAN SAMPEL

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek/objek yang mempunyai karakteristik
dan kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, diamati, dianalisis, dan kemudian
ditarik kesimpulan.

Tabel 1. Keadaan Populasi

NO KELAS Jumlah Jumlah Jumlah


Laki-laki Perempuan Keseluruhan Sampel
1 V 12 18 30 orang 30 orang
TOTAL 30 orang 30 orang

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua murid kelas V SDI Taga Laga Buru Kecamatan Kota
Komba Kabupaten Manggarai Timur. Adapun teknik sampel yang digunakan adalah teknik porposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya
adalah karena kelas V sudah mampu membaca dan memahami teks bacaan dan penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sarana dan prasarana sekolah terhadap peningkatan motivasi
belajar murid di kelas V, maka semua murid kelas V jadi sampelnya.

Tabel 2. Keadaan Sampel

NO KELAS Jumlah Jumlah Jumlah


Laki-laki Perempuan Keseluruhan Sampel
1 V 12 18 30 orang 30 orang
TOTAL 30 orang 30 orang
3.3. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuisioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2014, hlm. 92) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian
adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi
yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan
skala Likert. Sugiyono (2014, hlm. 134) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk
mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
fenomena sosial”.

3.4. UJI VALIDITAS DAN REHABILITAS

3.4.1 Uji Validitas

Analisis validitas yaitu analisis untuk mengukur valid atau tidaknya suatu data. Suatu pengukur
dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus di ukur alat itu. Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan variabel data yang diteliti secara tepat.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang tentang variabel yang dimaksud. Metode yang sering digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen (moment Product correlation,
pearson correlation) antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut
sebagai inter item-total correlation. Ketentuan validitas instrumen sahih apabila hasil r hitung > r
tabel.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Sedangkan reliabilitas adalah suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang
berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi dalam berbagai waktu hasil yang diukur
tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan
pengukuran. Metode yang digunakan untuk melakukan uji reliabilitas adalah Alpha Cronbach diukur
berdasarkan Alpha Cronbach 0 sampai 1. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila hasil Alpha
Cronbach > 0,60. Jadi pengujian reliabilitas instrumen dalam suatu penelitian dilakukan karena
keterandalan instrumen berkaitan dengan keajekan dan taraf kepercayaan terhadap instrumen
penelitian tersebut.

Jika skala itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan reng yang sama, maka ukuran kemantapan
Alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Nilai Alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel.

2) Nilai Alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel.

3) Nilai Alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel.

4) Nilai Alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel.

5) Nilai Alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel.

3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.5.1. Observasi

Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang diteliti dalam penelitian ini
menempuh 2 cara yaitu:
1) Pengamatan langsung: pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti,
dengan cara pengamatannya turun langsung kelapangan tempat dia teliti.
2) Pengamatan tidak langsung: pengamatan yang dilakukan terhadap suatu objek melalui perantara
suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan. Dengan cara
mendapatkan data dari internet maupun data-data dari pemerintah yang berkaitan dengan
pengaruh sarana prasarana terhadap motivasi belajar murid untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.

3.5.2. Wawancara

Proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan data informasi dengan menggunakan cara tanya
jawab bisa sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman. Pada hakikatnya
wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Menurut Yunus (2010) agar wawancara efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui,
yaitu:

1. Mengenalkan diri

2. Menjelaskan maksud kedatangan

3. Menjelaskan materi wawancara

4. Mengajukan pertanyaan

3.5.3. Angket (Kuisioner)

Angket (Kuisioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Seperti yang
dikemukakan Bundu (2012:41), “bahwa angket hampir sama dengan wawancara terstruktur, hanya
saja angket tidak perlu saling berhadapan (face to face) antara penilai (guru) dengan yang di nilai
(murid).” Dalam angket (kuesioner) ini peneliti mempersiapkan pertanyaan /pernyataan yang disusun
secara sistematis berkaitan dengan sarana dan prasarana sekolah dan motivasi belajar murid. Angket
(Kuisioner) yang digunakan dalam penelitian ini sifatnya tertutup karena pilihan jawaban atas setiap
pertanyaan pada angket penelitian telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu
pilihan jawaban yang ada.

Dalam angket ini peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis
berkaitan dengan sarana prasarana dan motivasi belajar. Angket kemudian disebarkan kepada
responden untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada
murid untuk diisi kemudian dijadikan data dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh sarana dan
prasarana terhadap motivasi belajar murid.

Skorsing angket pertama tentang sarana dan prasarana:

Jawaban angket:

a. Skor 5
b. Skor 4
c. Skor 3
d. Skor 2
e. Skor 1

Skorsing angket kedua tentang motivasi belajar:

Jawaban angket:

a. Skor 5

b. Skor 4
c. Skor 3
d. Skor 2
e. Skor 1

3.6. ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif, yaitu suatu teknik untuk
mengungkapkan dan memaparkan pendapat dari responden berdasarkan jawaban dari instrumen
penelitian yang telah diajukan oleh peneliti.
Dari data yang telah terkumpul kemudian dilakukan analisis data secara deskriptif yaitu dengan cara
memaparkan secara objektif dan sistematis situasi yang ada di lapangan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana memengaruhi prestasi
belajar siswa. Apabila sarana dan prasarana dapat terpenuhi secara optimal, maka hasil pembelajaran
atau prestasi siswa akan optimal pula. Begitu pula sebaliknya. Hal itu terbukti dengan termotivasinya
siswa untuk lebih giat belajar dengan optimalnya sarana dan prasarana disekolah tersebut.

Untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar disekolah diperlukan sarana belajar yang kondusif,
lingkungan sehat dan asri, dan didukung penataan yang indah sangat membantu dalam meningkatkan
kegiatan pembelajaran. Sebelum diadakan penataan dan pengaturan kebutuhan, diperlukan
perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan serta penempatan barang, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan pada penempatan diantaranya adalah mudah dijangkau (ada kendaraan umum), jauh ari
keramaian, jauh dari tempat berbahaya, lingkungan yang aman dan kondusif. Penataan sarana dan
prasarana pendidikan meliputi penataan barang bergerak, barang tidak bergerak, barang bergerak
habis pakai, dan barang bergerak tidak habis pakai.

DAFTAR PUSTAKA
Suwardi dan Daryanto, Manajemen Peserta Didik, Yogyakarta: Gava Media,2017, Cet. 1, Hal. 81-82.

Daryanto dan Farid Muhamad, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Yogyakarta: Gava
Media, 2013, Cet. 1, Hal. 103-108.

Anda mungkin juga menyukai