Praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar dapat
mencakup beberapa aspek yang terkait dengan sejarah pendidikan nasional sebelum dan
sesudah kemerdekaan. Dalam konteks Indonesia, perjalanan pendidikan nasional sebelum
dan sesudah kemerdekaan telah mengalami berbagai perubahan, namun tetap menghadapi
tantangan yang menghambat kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Berikut beberapa
aspek yang dapat menjadi pembatas kemerdekaan peserta didik dalam belajar:
1. Kurikulum yang Tidak Menginspirasi: Kurikulum yang terlalu kaku dan terlalu berfokus
pada hafalan tanpa memberikan ruang bagi kreativitas dan inovasi dapat membatasi
kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Kurikulum yang tidak memberikan inspirasi dan
kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat individu juga dapat membatasi
eksplorasi belajar peserta didik.
2. Metode Pengajaran yang Tradisional: Penggunaan metode pengajaran yang tradisional dan
terpusat pada guru, di mana peserta didik lebih banyak menjadi objek daripada subjek
pembelajaran, dapat menghambat kemerdekaan belajar. Metode ini tidak mendorong peserta
didik untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan
di abad ke-21.
3. Evaluasi yang Fokus pada Angka dan Tes: Sistem evaluasi yang terlalu menekankan pada
angka dan ujian standar dapat membatasi kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Hal ini
dapat mengarah pada kecenderungan peserta didik untuk memprioritaskan memenuhi target
nilai daripada memahami konsep secara mendalam.
4. Ketidaksetaraan Akses Pendidikan: Ketidaksetaraan akses pendidikan, baik dalam hal
infrastruktur maupun aksesibilitas geografis, dapat menjadi hambatan bagi kemerdekaan
belajar peserta didik. Peserta didik yang tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan
berkualitas akan sulit untuk meraih kemerdekaan belajar secara optimal.
5. Keterbatasan Sumber Daya: Kurangnya sumber daya seperti buku teks yang memadai,
fasilitas laboratorium, akses internet, dan tenaga pengajar yang berkualitas dapat membatasi
kemerdekaan peserta didik dalam mendapatkan informasi dan mengembangkan pemahaman
yang luas.
6. Batasan Ideologi dan Politik: Adanya batasan atau tekanan ideologis dan politik dalam
sistem pendidikan dapat mempengaruhi kebebasan akademik peserta didik dan guru. Hal ini
dapat membatasi diskusi dan eksplorasi ide-ide kontroversial atau kritis terhadap pemerintah
atau kebijakan tertentu.
Dalam mengatasi pembatasan ini, penting untuk mempromosikan pendidikan yang lebih
inklusif, inovatif, dan berpusat pada peserta didik. Kurikulum harus dirancang untuk
mengembangkan keterampilan abad ke-21, metode pengajaran yang memotivasi dan
mendorong partisipasi aktif peserta didik, serta sistem evaluasi yang memperhitungkan
beragam aspek perkembangan individu. Selain itu, akses pendidikan yang merata,
pemberdayaan guru, dan ketersediaan sumber daya yang memadai juga harus diutamakan
untuk memastikan kemerdekaan belajar yang lebih besar bagi peserta didik.
Tentu, banyak model pendidikan saat ini yang mencoba untuk melampaui pendekatan
tradisional dan memberikan kebebasan dan kemandirian lebih besar kepada peserta didik.
Beberapa model ini bertujuan untuk melepaskan belenggu dan membebaskan peserta didik
dari batasan-batasan yang mungkin ada dalam sistem pendidikan konvensional. Berikut
adalah beberapa model pendidikan yang berupaya mencapai hal ini:
Setiap model pendidikan memiliki kelebihan dan tantangannya sendiri. Penting untuk terus
mengembangkan dan menyempurnakan model-model ini agar dapat membebaskan peserta
didik dari belenggu sistem tradisional, mempromosikan kreativitas, dan mempersiapkan
mereka untuk menghadapi tantangan masa depan.
Sebagai model pendidikan yang dapat membantu melepaskan belenggu dan mendorong
kemerdekaan peserta didik, saya dapat menawarkan berbagai strategi dan prinsip pendidikan
yang berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual, kreativitas, pemikiran kritis, dan
otonomi. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu mencapai tujuan
tersebut:
Melalui penerapan pendekatan ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi
mereka secara optimal, membangun kemandirian, dan memiliki keterampilan yang relevan
untuk menghadapi dunia yang terus berubah