Anda di halaman 1dari 4

Fisiologi Pendidikan Indonesia

T1-4 Ruang Kolaborasi-

Nama Kelompok : 1. Annisa Itsnain Nurusyifa (24530026)


2. Diantri Nurjati Isworo (24530053)
3. Eny setyowati (24530062)
4. Lu`lu`ul Azkiya (24530125)
5. Naili Mardiyah (24530152)
6. Afif adhi nugroho (24530008)

Pertanyaan:

1. Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaan?
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’
yang belum memerdekakan peserta didik?
3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu
dan memerdekakan peserta didik?

Jawaban:

1. Menurut kami beberapa praktik yang mungkin dianggap membatasi kemerdekaan peserta
didik mencakup beberapa hal:
a. Sistem Pendidikan yang Terlalu Standar: Sistem pendidikan yang terlalu terpusat pada
ujian standar dan kurikulum nasional dapat membatasi kreativitas dan kebebasan peserta
didik. Seringkali, fokus yang terlalu besar pada tes dan pengukuran dapat menyebabkan
guru dan siswa lebih mementingkan pencapaian tes daripada pengembangan
keterampilan dan minat unik setiap siswa.
b. Metode Pengajaran Tradisional: Metode pengajaran yang bersifat otoriter, di mana
guru mendominasi dan siswa harus pasif dalam menerima informasi, dapat menghambat
kreativitas dan partisipasi aktif. Peserta didik sering kali lebih termotivasi dan berpikir
kritis ketika mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan mengemukakan ide
mereka sendiri.
c. Kurangnya Ruang untuk Inovasi dan Kreativitas: Sistem pendidikan yang terlalu
terfokus pada pelajaran akademis dan kurikulum yang ketat mungkin mengurangi
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan kreatif dan inovatif. Terlalu
banyak tekanan untuk mencapai hasil akademis tertentu dapat membatasi eksplorasi
siswa dalam bidang di luar kurikulum inti.
d. Keterbatasan dalam Pilihan Pelajaran: Beberapa sistem pendidikan memiliki batasan
pada pilihan pelajaran atau program ekstrakurikuler yang dapat diakses oleh siswa.
Keterbatasan ini mungkin membatasi kesempatan siswa untuk mengeksplorasi minat
mereka dan mengembangkan bakat unik.
e. Evaluasi yang Tidak Menyeluruh: Fokus evaluasi yang terlalu berat pada tes tertulis
atau ujian standar dapat mengabaikan jenis kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan
emosional, sosial, atau kinestetik. Hal ini dapat membuat siswa yang memiliki potensi
besar dalam area lain merasa terabaikan atau kurang dihargai.
2. Kurikulum merdeka dapat menjadi jalan agar pendidikan terbebas dari belenggu atau yang
akan memerdekakan peserta didik dalam belajar. Alasan argumen tersebut ialah karena
kurikulum merdeka diberikan berbagai kebebasan bagi peserta didik dalam mengontruksi
pemahamanya terhadap materi dengan di pandu, dibimbing dan di bantu oleh pendidik. akan
tetapi tentu tidak ada kurikulum yang sempurna. kurikulum merdeka juga memilii
kelemahan-kelemahan tertentu. oleh sebab itu, sebagai calon guru harus memaksimalkan hal-
hal yang diberikan atau difasilitasi oleh Pemerintah dengan berdasarkan latar belakang
peserta didik. salah satu caranya adalah dengan pemilihan model dan media pembelajaran
yang menarik untuk digunakan tetapi tetap memperhatikan latar belatar peserta didik.
3. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melepas belenggu dalam
pendidikan dan memberikan kebebasan serta keterlibatan yang lebih besar kepada peserta
didik. Berikut adalah beberapa model pembelajaran yang dapat diadopsi:

a. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning - PBL): PBL melibatkan


siswa dalam proyek atau tugas nyata yang membutuhkan pemecahan masalah, kolaborasi,
dan kreativitas. Siswa belajar sambil mengerjakan proyek, yang memberikan kesempatan
untuk mengembangkan keterampilan praktis dan kritis.
b. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning - PBL): PBL menekankan
penyelesaian masalah dunia nyata sebagai cara untuk memotivasi dan mengajar siswa.
Siswa dihadapkan pada masalah yang kompleks dan diberi tanggung jawab untuk
menemukan solusinya melalui penelitian dan diskusi.
c. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning): Model ini mendorong siswa
untuk bekerja bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kolaborasi
memungkinkan pertukaran ide, keterlibatan aktif, dan pengembangan keterampilan
sosial.
d. Pembelajaran Diferensiasi (Differentiated Instruction): Diferensiasi memungkinkan
guru untuk menyesuaikan metode pengajaran dan materi agar sesuai dengan gaya belajar
dan tingkat keterampilan siswa yang berbeda. Ini memungkinkan setiap siswa
mendapatkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
e. Pembelajaran Mandiri (Self-Directed Learning): Model ini memberikan siswa kontrol
lebih besar atas proses pembelajaran mereka sendiri. Siswa diajak untuk mengambil
inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka
sendiri.
f. Pembelajaran Aktif (Active Learning): Pendekatan ini menekankan keterlibatan fisik
dan mental siswa selama proses pembelajaran. Metode aktif melibatkan siswa dalam
diskusi, permainan peran, eksperimen, atau kegiatan fisik lainnya.
g. Pembelajaran Berbasis Keterampilan (Skill-Based Learning): Fokus pada
pengembangan keterampilan kritis seperti pemecahan masalah, berpikir kritis,
komunikasi, dan kolaborasi. Model ini memastikan bahwa siswa tidak hanya memahami
konten akademis tetapi juga mengembangkan keterampilan yang diperlukan di dunia
nyata.
h. Pembelajaran Online atau Blended Learning: Penggunaan teknologi dapat
memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk belajar kapan saja, di mana saja. Model
pembelajaran ini dapat mencakup penggunaan platform daring, video pembelajaran, dan
sumber daya digital lainnya.
Jadi, kesimpulannya pemilihan model pembelajaran harus memperhitungkan kebutuhan
dan karakteristik siswa, serta tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kombinasi model
pembelajaran yang beragam juga dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih
kaya dan mendalam. Bebarapa model yang telah disebutkan diharapkan dapat memberikan
kebebasan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka, melampaui
pembelajaran tradisional yang terfokus pada hafalan dan pengujian.

Anda mungkin juga menyukai