Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ARTIKEL

MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN KEJURUAN

MODEL PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING

Disusun Oleh :

1. HANIF EKA RAHMANSYAH (NIM 15518241005)

2. ARIF NUR ROKHMAN (NIM 15518241025)

3. TRI HANDAYANI (NIM 15518244002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
MODEL PENDEKATAN STUDENT CENTRE LEARNING

A. Model Pendekatan Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning

Pendekatan Teacher Centered Learning merupakan model


pembelajaran yang menjadikan pendidik sebagai titik pusat proses belajar. Hal
tersebut berbeda dengan model pembelajaran Student Centered Learning
(SCL).

Pendekatan Student Centered Learning (SCL) merupakan model


pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar.
Model SCL adalah transisi dari model pembelajaran sebelumnya yang
menempatkan guru sebagai titik pusat dalam proses belajar. Perkembangan
zaman dan perubahan tuntutan dunia pendidikan melatarbelakangi
terbentuknya model SCL. Model SCL menekankan pada kegiatan
pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik. Oleh karena itu model SCL
mengutamakan keaktifan dari peserta didik, sedangkan pendidik berperan
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Meskipun model SCL
menempatkan peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran,
pendidik juga harus turut berperan aktif dalam mengarahkan dan mendampingi
peserta didik. Hal tersebut dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh oleh
peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran

B. Perbedaan Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning

Berikut ini merupakan perbedaan antara model pembelajaran TCL dan SCL:
Tabel di atas menunjukkan perbedaan yang mencolok antara model TCL
dengan SCL. Model TCL lebih menekankan pendidik sebagai pusat proses
pembelajaran dan sumber materi paling utama. Hal tersebut menyebabkan peserta
didik menjadi pasif dan kurang kreatif. Selain itu, peserta didik juga hanya akan
memperoleh pengetahuan sebatas yang diajarkan oleh pendidik saja.

Apabila model TCL menjadikan pendidik sebagai pusat proses pembelajaran,


maka model SCL memiliki prinsip yang berkebalikan. Model SCL menjadikan peserta
didik sebagai pusat proses pembelajaran. Suasana belajar pada model SCL didesain
lebih interaktif dan variatif. Model SCL lebih mungkin meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan peserta didik secara efektif dikarenakan peserta didik dan
pendidik dilibatkan secara penuh dalam proses pembelajaran.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teacher Centered Learning dan Student Centered


Learning

Kelebihan TCL:

Sejumlah informasi dapat diberikan dalam waktu yang singkat.


Informasi dapat diberikan ke sejumlah besar peserta didik dalam satu
waktu.

Pendidik mengendalikan sepenuhnya organisasi, bahan ajar, dan irama


dalam proses pembelajaran.

TCL merupakan mimbar utama bagi pendidik dengan kualifikasi pakar.

Apabila proses pembelajaran dilakukan dengan baik, maka akan


menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi peserta didik

Kekurangan TCL:

Pendidik mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, sehingga tidak ada


partisipasi dari peserta didik.

Komunikasi yang diciptakan hanya satu arah sehingga peserta didik


tidak bisa mengemukakan pendapatnya secara aktif.

Tidak kondusif terjadinya critical thinking.

Pembelajaran yang terjadi bersifat pasif dan monoton.

Suasana belajar tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan


mandiri.

Kelebihan SCL:

Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi


miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan yang luas
untuk berpartisipasi secara aktif.

Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan


pembelajaran.

Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga akan


terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan antar
peserta didik.
Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik. Hal
tersebut dikarenakan sesuatu yang dialami dan disampaikan peserta
didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.

Model SCL akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam proses
pembelajaran.

Mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan.

Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata.

Mendorong terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan berpikir


kritis.

Mengenalkan berbagai macam gaya belajar.

Model SCL memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pendidik.

Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi assessment.

Kekurangan SCL:

Model SCL sulit diimplementasikan pada kelas besar.

Memerlukan waktu yang lebih banyak dalam proses pembelajaran dan


mempelajari suatu pengetahuan maupun informasi.

Tidak efektif untuk semua jenis kurikulum.

Tidak cocok untuk peserta yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan
demokratis. Hal tersebut seringkali menimbulkan kesenjangan antara
peserta didik yang terbiasa aktif dan demokratis dengan peserta didik
yang pasif dan tidak demokratis.

D. Model Student Centered Learning

1) Small Group Discussion

Small group discussion merupakan salah metode pembelajaran


dengan cara diskusi pada kelompok kecil. Diskusi ini melibatkan peserta
didik secara aktif. Pelaksanaan small group discussion yaitu dengan
meminta peserta didik membuat kelompok kecil yang terdiri dari 3-5
orang. Peserta didik diminta untuk mendiskusikan suatu materi yang
didapatkan oleh peserta didik dalam kelompok tersebut maupun materi
yang diberikan oleh pendidik.

2) Role-Play & Simulation

Role-play & simulation merupakan metode pembelajaran dengan


menciptakan kegiatan yang mirip dengan kenyataan. Misalnya saja
peserta didik diajarkan sistem CNC melalui kegiatan simulasi dengan
media komputer. Hal ini akan memberikan kesiapan yang lebih matang
pada peserta didik sebelum menghadapi suatu sistem maupun alat secara
nyata.

3) Discovery Learning (DL)

Discovery Learning merupakan metode belajar dengan


memanfaatkan informasi yang tersedia dari pendidik maupun peserta
didik. Model ini dimanfaatkan untuk membangun pengetahuan peserta
didik dengan cara belajar mandiri melalui bahan/ informasi yang sudah
tersedia.

Pelaksanaan metode ini misalnya saja peserta didik diberikan


suatu bahan/ informasi oleh pendidik. Selanjutnya peserta didik diminta
untuk mempelajarinya secara mandiri. Setelah mempelajari secara
mandiri peserta didik diminta untuk membuat resume mengenai materi
yang dipelajari.

4) Self-Directed Learning (SDL)

SDL merupakan metode belajar yang dilakukan atas inisiatif


individu peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
pengalaman belajar yang telah dijalani dilakukan oleh peserta didik yang
bersangkutan. Pendidik dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator. Tugas
dari pendidik yaitu memberikan arahan, bimbingan, dan konfirmasi
terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik.

Pelaksanaan metode ini misalnya pendidik memberikan sebuah


topik pembelajaran. Selanjutnya peserta didik akan mencari informasi dan
materi mengenai topik yang diberikan secara mandiri. Setelah itu peserta
didik akan mempelajari dan menyampaikan di kelas. Peran dari pendidik
yaitu mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk memperoleh
informasi dan materi yang sesuai. Selain itu, pendidik juga berkewajiban
untuk mengonfirmasi kebenaran dari materi/ informasi yang didapat dan
disampaikan oleh peserta didik.

5) Cooperative Learning (CL)

CL merupakan metode yang memadukan model pembelajaran


TCL dan SCL. CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang
oleh pendidik untuk memcahkan suatu masalah/ kasus maupun
mengerjakan suatu tugas. Metode CL ini sangat terstruktur dikarenakan
pembentukan kelompok, pembagian materi yang dibahas,
langkah-langkah diskusi, dan produk akhir yang harus dihasilkan
ditentukan oleh pendidik.

Pelaksanaan metode CL misalnya saja pendidik membagi peserta


didik dalam beberapa kelompok diskusi. Komposisi suatu kelompok
terdiri dari peserta didik dengan kemampuan yang beragam agar
menciptakan pemerataan. Selanjutnya pendidik membagi bahan diskusi
untuk masing-masing kelompok dan meminta peserta didik
mendiskusikan dan mencari pemecahannya.

6) Collaborative Learning (CbL)

CbL merupakan metode belajar yang menitikberatkan pada


kerjasama antar peserta didik. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari
pendidik dan bersifat open ended. Pembentukan kelompok didasarkan
pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja kelompok, dan hasil akhir dari kegiatan diskusi ditentukan
melalui konsensus bersama antar anggota kelompok.

Penerapan metode CbL dalam proses pembelajaran yaitu pendidik


hanya memberikan topik-topik yang akan menjadi bahan diskusi.
Selanjutnya peserta didik diberikan kebebasan untuk menentukan
kelompok dan bagaimana prosedur diskusi akan dilaksanakan melalui
kesepakatan bersama antar anggota kelompok. Metode ini tidak
terstruktur dikarenakan pendidik tidak mengambil peran penuh dalam
suatu kegiatan diskusi.

7) Contextual Instruction (CI)

CI merupakan metode belajar dengan cara mengaitkan isi mata


pelajaran/ mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, CI juga memotivasi peserta didik untuk membuat
keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja profesional atau
manajerial, dan entrepreneur.

Pelaksanaan metode belajar ini misalnya saja pada mata kuliah/


mata pelajaran kewirausahaan. Peserta didik akan mempelajari
konsep-konsep kewirausahaan di dalam kelas. Selanjutnya peserta didik
diminta untuk melakukan observasi pada suatu jenis usaha. Setelah itu
peserta didik diminta untuk mengaitkan konsep yang telah dipelajari
dengan informasi yang didapatkan melalui kegiatan observasi.

8) Project Based Learning (PjBL)

PjBL merupakan metode belajar yang sistematik. Metode ini


memiliki ciri dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan dilakukan
melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang panjang dan
terstruktur terhadap persoalan yang otentik (proyek) dan kompleks, dalam
bentuk tugas dan mutu produk. Tujuan dari metode belajar berbasis
proyek ini sangat cocok diterapkan pada pendidikan kejuruan maupun
pendidikan vokasi.

Pelaksanaan metode ini yaitu dengan memberikan suatu


permasalahan kepada peserta didik. Permasalahan tersebut misalnya
pendidik diberikan suatu permasalahan untuk membuat sitem
pengendalian ketinggian air. Melalui masalah tersebut peserta didik akan
mulai melakukan proses pencarian dan penggalian informasi mengenai
sistem kendali ketinggian air. Hasil akhir dari metode ini yaitu pembuatan
suatu proyek.

9) Problem Based Learning and Inquiry (PBL)

PBL merupakan metode belajar berbasis masalah. Peserta didik


harus mampu melakukan pemecahan masalah dengan mencari informasi/
penggalian berkaitan dengan masalah tersebut.

Proses pelaksanaan metode belajar ini yaitu pendidik memberikan


masalah yang faktual kepada peserta didik. Tugas tersebut harus
dirancang sedemikian rupa agar nantinya peserta didik dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Peserta didik harus melakukan pencarian
dan penggalian informasi secara mendalam untuk dapat memecahkan
pemasalahan tersebut.

Misalnya saja peserta didik diberikan permasalahan tentang hal-hal


yang membuat lampu di jalan raya dapat bekerja secara otomatis. Melalui
masalah tersebut peserta didik akan mencari berbagai informasi yang
berkaitan dengan hal tersebut. Setelah memperoleh berbagai informasi
peserta didik akan belajar mengolah informasi untuk memecahkan
masalah. Kegiatan pencarian informasi tersebut akan membuat peserta
didik mempelajari mengenai sensor-sensor yang mungkin digunakan
dalam sistem kendali lampu otomatis di jalan raya maupun mengenai
sumber tenaga yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. (2015). Student Centered Learning. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai