Anda di halaman 1dari 6

https://jurnalinovasi.

org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

PARADIGMA PENGAJARAN DARI PEMBELAJARAN TCL (TEACHER


CENTER LEARNING) MENUJU SCL (STUDENT
CENTER LEARNING)

Oleh
I Wayan Berata, S.Pd

Abstrak
Permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia yang masih terkungkung
dengan pola lama justru menempatkan guru sebagai pusat dalam proses KBM di kelas (TCL).
Hal ini mengakibatkan proses belajar mengajar tidak berjalan efektif. Sebagai jawaban terhadap
permasalahan tersebut dalam Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 telah memberikan
jawaban di mana terdapat perubahan paradigma pendidikan dari proses pengajaran menjadi
pembelajaran. Dari TCL menuju SCL. Dari pembahasan tersebut, maka guru harus memiliki
wawasan tentang karakteristik pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ada beberapa model
pembbelajaran SCL (1) Small Group Discussion (SGD) (2) Role-Play and Simulation. (3)
Discovery Learning (4) Self-Directed Learning (5) Cooperative Learning (6) Contextual
Learning (CL) (7) Problem Based Learning (PBL) (8) Collaborative Learning (CbL) (9) Project
Based Learning (PBL). Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga
siswa akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu kualitas siswa. Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa
memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
Kepada para pendidik menjadikan model pembelajaran ini (Student Centered Learning) sebagai
salah satu alternatif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran di dalam kelas
menjadi efektip.

Kata kunci: Pengajaran, TCL (Teacher Center Learning) dan SCL (Student Center
Learning)

Pendahuluan Perubahan paradigma dalam proses


Permasalahan yang terjadi dalam dunia yang tadinya berpusat pada guru menjadi
pendidikan di Indonesia yang masih pembelajaran yang berpusat pada siswa
terkungkung dengan pola lama justru (student centered) diharapkan dapat
menempatkan guru sebagai pusat dalam mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
proses KBM di kelas. Pembelajaran di kelas dalam membangun pengetahuan, sikap, dan
masih dominan menggunakan metode perilaku. Dalam proses pembelajaran yang
ceramah dan tanya jawab sehingga kurang berpusat pada siswa, maka siswa
memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk
untuk berinteraksi langsung membangun sendiri pengetahuannya
mengemukakan pendapatnya. Proses sehingga mereka akan memperoleh
belajar mengajar yang dilakukan juga pemahaman yang mendalam dan pada
adalah satu arah, di mana guru yang lebih akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas
aktif dalam mengajar daripada peserta siswa.
didiknya. Peserta didik hanya Peran guru dalam pembelajaran
mendengarkan penjelasan guru yang berpusat pada siswa adalah sebagai
disampaikan dengan ceramah. Model fasilitator yang dalam hal ini, guru
pembelajaran tersebut dianggap kurang memfasilitasi proses pembelajaran di kelas.
mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan Fasilitator adalah orang yang memberikan
siswa. fasilitasi sehingga guru hanya memfasilitasi
siswanya dalam proses kegiatan belajar

JURNAL INOVASI | PARADIGMA PENGAJARAN DARI PEMBELAJARAN TCL


50
(TEACHER
https://jurnalinovasi.org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

mengajar.Pembelajaran yang inovatif flexsibel dalam mengakomodasi


dengan metode yang berpusat pada siswa perkembangan materi perkuliahan karena
memiliki keragaman model pembelajaran dosen harus intensif menyesuaikan materi
yang menuntut partisipasi aktif dari siswa. dengan perkembangan teknologi terbaru.
Di samping itu, Saat ini terdapat Kurang bijaksana jika perkembangan
beragam inovasi baru di dalam dunia teknologi jauh lebih cepat dibanding
pendidikan terutama pada proses dengan kemampuan dosen dalam
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut menyesuaikan materi perkuliahan dengan
adalah konstruktivisme. Suparman (1997) perkembangan tersebut, karena dapat
menjelaskan pemilihan pendekatan ini lebih dipastikan lulusan akan memiliki
dikarenakan agar pembelajaran membuat kompetensi yang kurang (penguasaan
siswa antusias terhadap persoalan yang ada pengetahuan /teknologi terbaru). Sehingga
sehingga mereka mau mencoba dengan latar belakang tersebut, maka pola
memecahkan persoalannya. pembelajaran konvensional atau paradigma
Maka dari permasalahan tersebut, Faculty teaching ke Student-Centered
artikel ini akan membahas tentang konsep Learning (SCL) sangat tepat untuk
pembelajaran berpusat pada siswa dan diimplementasikan pada proses
pembelajaran konstruktivis. Hal ini pembelajaran.
ditujukan agar dapat mengembangkan Komponen pembelajaran meliputi
keaktifan siswa dalam mengkonstruk input, proses, output, outcome, dan
pengetahuannya sendiri, sehingga dengan impact. Input terdiri dari siswa (dengan
pengetahuan yang dimilikinya peserta didik berbagai atribut yang melekat padanya),
bisa lebih memaknai pembelajaran karena kurikulum, dan fasilitas (dosen, gedung,
dihubungkan dengan konsepsi awal yang laboratorium, perpustakaan, dana). Proses
dimiliki siswa dan pengalaman yang pembelajaran melibatkan siswa, dosen, staf
peroleh siswa dari lingkungan pendukung, kurikulum, fasilitas, dan
kehidupannya sehari-hari. Adapun yang peluang. Output dapat diukur dari IPK,
dikaji dalam tulisan ini adalah 1) Proses proporsi lulusan, lama studi, dan waktu
pembelajaran yang berpusat pada siswa tunggu untuk memperoleh pekerjaan.
(SCL), 2) Model-model pembelajaran yang Outcome dicirikan oleh kriteria kompetensi
yang berpusat pada siswa (SCL). lulusan yang harus dikuasai dan
Pembahasan dilaksanakan olehnya; kriteria ini melekat
Proses Pembelajaran Student Centre pada tujuan pembelajaran dari masing-
Learning (SCL) masing program studi. Impact dapat diukur,
Model pembelajaran yang selama ini dilihat, atau digali dari komunitas, stake
dilakukan yaitu model pembelajaran holders, maupun alumni, beberapa waktu
konvensional (faculty teaching) atau yang setelah lulusan bekerja. Walaupun sulit
dikenal dengan Teacher Centre Learning diukur, dari output, outcome, dan impact
(TCL) seperti model kuliah mimbar, kental dapat diambil manfaatnya untuk perbaikan
dengan suasana instruksional dan dirasa mutu siswa baru, kurikulum, fasilitas, serta
kurang sesuai dengan dinamika proses pembelajaran itu sendiri.
perkembangan ilmu pengetahuan dan Proses pembelajaran harus mengacu
teknologi yang demikian pesat. Lebih dari pada tujuan pendidikan; sementara itu
itu kewajiban pendidikan dituntut untuk implementasi inovasi pendidikan harus
juga memasukkan nilai-nilai moral, budi mempertimbangkan tantangan (bukan
pekerti luhur, kreativitas, kemandirian dan hambatan) yang selalu muncul sebagai
kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan akibat dari upaya pencapaian tujuan
dalam sistem pembelajaran yang pendidikan. Menurut Wahyudin (2009),
konvensional, di mana kompetensi soft skill tujuan pendidikan adalah “….providing
tersebut sangat membantu lulusan untuk assistance to learners that enables them to
berhasil dalam dunia kerja. Sistem achieve levels of development (and
pembelajaran konvensional kurang efficiency) that they would not be able to

JURNAL INOVASI | I Wayan Berata, S.Pd 51


https://jurnalinovasi.org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

achieve by themselves”, dan tantangan Memperhatikan taksonomi tadi maka dosen


pendidikan adalah “…creating effective yang terlibat di dalam proses pembelajaran
learning environment and resources”. yang berorientasi SCL perlu memiliki
Sementara itu, pendidikan mempunyai kompetensi yang sesuai dengan proses yang
tujuan sosial, bukan semata-mata sedang berjalan. Di lain pihak, penanggung
pencapaian pengetahuan, ketrampilan, dan jawab institusi terdepan perlu
kemampuan tertentu yang bersifat memperhatikan seluruh aspek yang terkait
individual. dan terlibat dalam proses pembelajaran agar
Penjelasan selanjutnya dari Agustian seluruh kebijakan didasarkan untuk
(2002) strategi inovasi pendidikan secara menjamin terselenggaranya proses
integral meliputi pendekatan student- pembelajaran secara kondusif, efisien, dan
centered learning, problem-based, efektif. Didalam proses SCL bukan hanya
integrated curriculum, community oriented, kompetensi dosen yang harus meningkat,
elective program, dan systematic (SPICES). tetapi perubahan paradigma dan mindset
Dari 6 elemen tadi maka student-centered adalah merupakan hal utama. Berkaitan
learning, integrated curriculum, dan dengan perubahan mindset.
elective program merupakan elemen- Model-model Pembelajaran dalam SCL
elemen yang sangat penting dan Student-Centered Learning memiliki
pelaksanaannya memerlukan sumbangsih potensi untuk mendorong siswa belajar
dan keterlibatan dari semua pihak yang lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama
terkait di dalam proses pendidikan. belajarnya masing-masing, sesuai dengan
Pemahaman SCL merupakan strategi perkembangan usia peserta didik, irama
pembelajaran yang menempatkan siswa belajar siswa tersebut perlu dipandu agar
sebagai peserta didik (subyek) aktif dan terus dinamis dan mempunyai tingkat
mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai kompetensi yang tinggi. Terdapat beberapa
adult learner, bertanggung jawab model pembelajaran SCL yang dapat
sepenuhnya atas pembelajarannya, serta digunakan oleh pendidika di dalam
mampu belajar beyond the classroom. Para pembelajaran di kelas. Dijelaskan pula
siswa diharapkan memiliki dan menghayati terdapat beberapa model-model
karakteristik life-long learning yang pembelajaran SCL. Model-model
menguasai hard skills, soft skills, dan life- pembelajaran SCL tersebut sebagai berikut:
skills yang saling mendukung. Di sisi lain, Small Group Discussion (SGD)
para dosen beralih fungsi, dari pengajar Metode diskusi merupakan model
menjadi mitra pembelajaran maupun pembelajaran yang melibatkan antara
sebagai fasilitator (from mentor in the kelompok siswa dan kelompok siswa atau
center to guide on the side). Materi dan kelompok siswa dan pengajar untuk
model penyampaian pembelajaran dalam menganalisa, menggali atau
SCL secara lengkap meliputi 3 aspek, yaitu memperdebatkan topik atau permasalahan
(a) isi ilmu pengetahuan (IPTEK), (b) sikap tertentu.Dengan metode ini pengajar harus,
mental dan etika yang dikembangkan, dan (1) membuat rancangan bahan diskusi dan
(c) nilai-nilai yang diinternalisasikan aturan diskusi. (2) Menjadi moderator dan
kepada para siswa. Di dalam proses SCL sekaligus mengulas pada setiap akhir sesi
terdapat hubungan “tarik-menarik” antara diskusi. Sedangkan siswa (1) membentuk
learner support dan learner kelompok (5-10) siswa, (2) memilih bahan
control.Taksonomi intelligent tutoring diskusi, (3) mempresentasikan paper dan
systems meliputi hubungan fungsional mendiskusikannya di kelas.
dosen terhadap siswa (tutor, penasihat, Role-Play and Simulation
kritik, memberi bantuan, konsultan, agen) Metode ini berbentuk interaksi antara
dan aktivitas dosen (mengajar, dua atau lebih siswa tentang suatu topik
membimbing, memberi visualisasi, atau kegiatan dengan menampilkan simbol-
menjelaskan, memberi kritik, beradu simbol atau peralatan yang menggantikan
pendapat, dan bahkan menghambat). proses, kejadian, atau sistem yang

JURNAL INOVASI | I Wayan Berata, S.Pd 52


https://jurnalinovasi.org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

sebenarnya. Jadi dengan model ini siswa komunikasi sosialisasi karena koperatif
mempelajari sesuatu (sistem) dengan adalah miniatur dari hidup bermasyarakat,
menggunakan model. Dengan metode ini dan belajar menyadari kekurangan dan
pengajar harus, (1) merancang situasi atau kelebihan masing-masing.
kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, Jadi model pembelajaran koperatif
bisa berupa; bermain peran, model, dan adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
komputer, (2) Membahas kinerja siswa. berkelompok untuk bekerja sama saling
Sedangkan siswa (1) mempelajari dan membantu mengkontruksu konsep,
menjalankan suatu peran yang ditugaskan, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.
(2) mempraktekan atau mencoba berbagai Menurut teori dan pengalaman agar
model yang telah disiapkan (komputer, kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
prototife, dll). tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
Discovery Learning orang, siswa heterogen (kemampuan,
Metode ini berbentuk pemberian tugas gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
belajar atau penelitian kepada siswa dengan dan meminta tanggung jawab hasil
tujuan supaya siswa dapat mencari sendiri kelompok berupa laporan atau
jawabannya tampa bantuan pengajar. presentasi.Sintaks pembelajaran koperatif
Dengan metode ini pengajar harus, (1) adalah informasi, pengarahan-strategi,
menyediakan data atau metode untuk membentuk kelompok heterogen, kerja
menelusuri pengetahuan yang akan kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
dipelajari siswa, (2) memeriksa dan pelaporan.Dengan metode ini pengajar
memberikan ulasan terhadap hasil belajar harus, (1) merancang dan memonitor proses
siswa. Sedangkan siswa (1) mencari, belajar siswa, (2) menyiapkan kasus atau
mengumpulkan, dan menyusun informasi masalah untuk diselesaikan siswa secara
yang ada untuk mendeskripsikan suatu berkelompok. Sedangkan siswa (1)
pengetahuan yang baru, (2) membahas dan menyimpulkan masalah atau
Mempresentasikan secara verbal dan non- tugas yang diberikan secara berkelompok
verbal. (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.
Self-Directed Learning Contextual Learning (CL)
Metode ini berbentuk pemberian tugas Pembelajaran kontekstual adalah
belajar kepada siswa, seperti tugas pembelajaran yang dimulai dengan sajian
membaca dan membuat ringkasan. Dengan atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka,
metode ini pengajar harus, (1) memotivasi negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
dan memfasilitasi siswa, (2) memberikan kehidupan siswa (daily life modeling),
arahan, bimbingan dan umpan balik sehingga akan terasa manfaat dari materi
kemajuan belajar siswa. Sedangkan siswa yang akan disajikan, motivasi belajar
(1) merencanakan kegiatan belajar, muncul, dunia pikiran siswa menjadi
melaksanakan, dan menilai pengalaman konkret, dan suasana menjadi kondusif-
belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari nyaman dan menyenangkan. Prinsip
siswa sendiri. pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
Cooperative Learning siswa, siswa melakukan dan mengalami,
Pembelajaran koperatif sesuai dengan tidak hanya menonton dan mencatat, dan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang pengembangan kemampuan sosialisasi.
penuh ketergantungan dengan orang lain, Ada tujuh indikator pembelajarn
mempunyai tujuan dan tanggung jawab kontekstual sehingga bisa dibedakan
bersama, pembegian tugas, dan rasa dengan model lainnya, yaitu modeling
senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan (pemusatan perhatian, motivasi,
itu, belajar berkelompok secara koperatif, penyampaian kompetensi-tujuan,
siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
berbagi (sharing) pengetahuan, contoh), questioning (eksplorasi,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membimbing, menuntun, mengarahkan,
membantu dan berlatih beinteraksi mengembangkan, evaluasi, inkuiri,

JURNAL INOVASI | I Wayan Berata, S.Pd 53


https://jurnalinovasi.org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

generalisasi), learning community (seluruh Metode ini memungkinkan siswa untuk


siswa partisipatif dalam belajar kelompok mencari dan menemukan jawaban sebanyak
atau individual, minds-on, hands-on, mungkin, saling berinteraksi untuk
mencoba, mengerjakan), inquiry menggali semua kemungkinan yang
(identifikasi, investigasi, hipotesis, ada.Dengan metode ini pengajar harus, (1)
konjektur, generalisasi, menemukan), Merancang tugas yang bersifat open ended,
constructivism (membangun pemahaman (2) Sebagai fasilitator dan motivator.
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, Sedangkan siswa (1) Membuat rancangan
analisis-sintesis), reflection (reviu, proses dan bentuk penilaian berdasarkan
rangkuman, tindak lanjut), authentic konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja
assessment (penilaian selama proses dan sama dengan anggota kelompoknya dalam
sesudah pembelajaran, penilaian terhadap mengerjakan tugas.
setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian Project Based Learning (PJBL)
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya Metode pembelajaran ini adalah
dari berbagai aspek dengan berbagai cara). memberikan tugas-tugas proyek yang harus
Dengan metode ini pengajar tersebut, diselesaikan oleh siswa dengan mencari
maka (1) menyusun tugas untuk studi siswa sumber pustaka sendiri.Dengan metode ini
terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan pengajar harus, (1) merumuskan tugas dan
kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan melakukan proses pembimbingan dan
dengan situasi nyata atau kerja profesional. asesmen, (2) Sebagai fasilitator dan
Sedangkan siswa (1) Melakukan studi motivator. Sedangkan siswa (1)
lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang
mempelajari kesesuaian teori (2) membahas telah dirancang secara sistematis (2)
konsep atau teori yang berkaitan dengan menunjukkan kinerja dan
situasi nyata. mempertanggungjawabkan hasil kerja di
Problem Based Learning (PBL) forum.
Kehidupan adalah identik dengan Simpulan
menghadapi masalah. Model pembelajaran Pembelajaran student centered learning
ini melatih dan mengembangkan (SCL) adalah model pembelajaran yang
kemampuan untuk menyelesaikan masalah berfokus pada siswa sehingga peran
yang berorientasi pada masalah otentik dari pengajar hanya sebagai fasilitator dalam
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang proses belajar. Model pembelajaran student
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi centered learning (SCL), menjadikan siswa
yang tetap harus dipelihara adalah suasana mampu untuk menjadi peserta didik yang
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, aktif dan mandiri dalam proses belajarnya,
suasana nyaman dan menyenangkan agar yang bertanggung jawab dan memiliki
siswa dapat berpikir optimal.Indikator inisiatif untuk mengenali kebutuhan
model pembelajaran ini adalah belajarnya, yang menemukan sumber-
metakognitif, elaborasi (analisis), sumber informasi untuk dapat menjawab
interpretasi, induksi, identifikasi, pertanyaannya. Terdapat beberapa model
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, pada pembelajaran berpusat pada siswa
generalisasi, dan inkuiri.Dengan metode ini yaitu: 1) Small Group Discussion (SGD); 2)
pengajar harus, (1) Merangsang tugas Role-Play and Simulation; 3) Discovery
belajar dengan berbagai alternatif metode Learning; 4) Self-Directed Learning; 5)
penyelesaian masalah (2) Sebagai fasilitator Cooperative Learning; 6) Contextual
dan motivator. Sedangkan siswa (1) Belajar Learning (CL); 7) Problem Based Learning
dengan menggali atau mencari informasi (PBL); 8) Collaborative Learning (CbL); 9)
(inquiry), serta memamfaatkan informasi Project Based Learning (PjBL). Diharapkan
tersebut untuk memecahkan masalah kepada para pembaca khususnya guru bisa
faktual yang sedang dihadapi, (2) menjadikan model pembelajaran ini
Menganalisis strategi pemecahan masalah. (Student Centered Learning) sebagai salah
Collaborative Learning (CbL)

JURNAL INOVASI | I Wayan Berata, S.Pd 54


https://jurnalinovasi.org/ Vol 8 No 8 Bulan April 2022 E-ISSN : 2721-1037

satu alternatif dalam proses pembelajaran


agar pembelajaran menjadi efektip.
Daftar Pustaka
Ary Agustian. 2002. Emotional Spritual
Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
Ditdik SLTP. 2002. Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning, CTL).
Jakarta.:Depdiknas.
Erman, S.Ar., dkk. 2002. Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA-
FPMIPA.
Harsono. 2004. Kearifan dalam
transformasi pembelajaran: dari
teacher-centered ke student-centered
learning, Makalah Seminar
Implementasi nilai kearifan dalam
proses pembelajaran berorientasi
student-centered learning UGM.
Suparman. 1997. Desain Pembelajran
Instruksional. Pusat Antar
Universitas: DIKTI.
Wahyudin 2000. Ancangan Aplikasi
Peningkatan Proses Belajar
Mengajar. APTIK

JURNAL INOVASI | I Wayan Berata, S.Pd 55

Anda mungkin juga menyukai