Anda di halaman 1dari 12

Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No.

1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM)


PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL
PADA GURU IPS DI KOTA TOMOHON

Manuel Estevanus Korompis, Paulus Robert Tuerah


Universitas Negeri Manado
vidikorompis@gmail.com, paulustuerah@unima.ac.id

Abstrak
Tujuan dari pengabdian ini adalah: (1) Merancang pembelajaran IPS berbasis
Metode pembelajaran Kontekstual; (2 )Penggunaan Metode Kontekstual sebagai media dalam
pembelajaran IPS, dan; (3) Peningkatan kompetensi guru IPS di Tomohon dalam
pembelajaran menggunakan Metode Kontekstual. Metode yang digunakan dalam pengabdian
ini adalah metode perencanaan dan pelaksanaan pengembangan pembelajaran berbasis
kontekstual, berlangsung di Kota Tomohon, hasil yang didapatkan adalah bahwa; (1) adanya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan para guru tentang pengembangan metode
pembelajaran kontekstual walaupun awalnya ditemukan bahwa masih sedikit guru IPS yang
mengimplementasikannya; (2) Tersedianya media metode pembelajran kontekstual

Kata Kunci: Kontekstual, Tomohon, Pengembangan

PENDAHULUAN untuk meningkatkan daya saing lulusan serta


Analisi Situasi
produk-produk akademik dan layanan
Masih rendahnya mutu lulusan
lainnya, yang antara lain dicapai melalui
mengharuskan lembaga pendidikan di tuntut
peningkatan mutu Pendidikan [2].
untuk meningkatkan mutu lulusan dan
Banyak guru yang masih belum
layanan lembaga pendidikan karena semakin
memahami berbagai model pembelajaran
ketatnya persaingan dalam lapangan kerja.
yang merupakan strategi dalam
Salah satu implikasi globalisasi dalam
menyampaikan materi berbagai bidang ilmu
pendidikan yaitu adanya deregulasi yang
pengetahuan di dalam mengkonstruk
memungkinkan peluang lembaga pendidikan
pengetahuan siswa. Guru yang professional
asing membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh
dituntut untuk mampu mengembangkan
karena itu persaingan antar lembaga
pendekatan model pembelajaran, baik teoritik
penyelenggara pendidikan dan pasar kerja
maupun praktek, yang meliputi aspek-espek,
akan semakin berat. Mengantisipasi
konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model
perubahan-perubahan yang begitu cepat serta
pembelajaran yang tepat merupakan
tantangan yang semakin besar dan kompleks,
persyaratan untuk membantu siswa dalam
tiada jalan lain bagi lembaga pendidikan
rangka meningkatkkan mutu pembelajaran.
kecuali hanya mengupayakan segala cara

63
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

Guru merupakan aktor penting yang persyaratan untuk membantu siswa dalam
besar pengaruhya terhadap proses dan hasil rangka meningkatkkan mutu pembelajaran
belajar, bahkan sangat menentukan berhasil Rendahnya penguasaan model
tidaknya peserta didik dalam belajar. Tugas pembelajaran oleh seorang guru akan
guru tidak hanya menyampaikan informasi mempengaruhi keberhasilan peserta didik
kepada peserta didik, tetapi harus dilatih dalam pembelajaran. Seorang guru
sebagai fasilitator yang bertugas dalam diharapkan mempunyai kemampuan untuk
memberikan kemudahan belajar (facilitate of memilih model pembelajaran yang tepat
learning) kepada seluruh peserta didik, agar sesuai dengan karakteristik anak dan
mereka dapat belajar dalam suasana yang karakteristik matapelajaran. Seperti ditulis
menyenangkan, gembira, penuh semangat, dalam Hanafia yaitu [3]:
tidak cemas, dan terbuka Tidak ada model pembelajaran yang
Rendahnya kemampuan guru dalam paling efektif untuk semua mata pelajaran
mengemas dan melaksanakan proses belajar atau untuk semua materi. Di dalam Pemilihan
mengajar menjadi penyebab rendahnya model pembelajaran untuk diterapkan guru di
kualitas proses pembelajaran di sekolah. Salah dalam kelas mempertimbangkan beberapa
satu faktor keberhasilan pembelajaran sangat hal: 1) tujuan pembelajaran, 2) sifat materi
tergantung dari kemampuan seorang pengajar pelajaran, 3) ketersediaan fasilitas, 4) kondisi
atau guru dalam melaksanakan atau peserta didik, 5) alokasi waktu yang tersedia.
mengemas proses pembelajaran sehingga Rendahnya frekwensi guru dalam
menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan apa penggunaan model pembelajaran kooperatif
yang diinginkan pada tujuan pendidikan. learning. Seharusnya guru lebih banyak
Banyak guru yang masih belum menggunakan model pembelajaran kooperatif
memahami berbagai model pembelajaran yaitu rangkaian kegiatan belajar yang
yang merupakan strategi dalam dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
menyampaikan materi berbagai bidang ilmu kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pengetahuan di dalam mengkonstruk pembelajaran yang telah dirumuskan. Sanjaya
pengetahuan siswa. Guru yang professional mengemukakan bahwa ada 4 unsur yang
dituntut untuk mampu mengembangkan penting dalam model kooperatif yaitu: 1) ada
pendekatan model pembelajaran, baik teoritik peserta dalam kelompok, 2) adanya aturan
maupun praktek, yang meliputi aspek-espek, kelompok, 3) adanya upaya belajar setiap
konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model anggota kelompok, 4) adanya tujuan yang
pembelajaran yang tepat merupakan harus dicapai [4].

64
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

Banyak guru matapelajaran IPS masih agar siswa memahami bahwa IPS adalah ilmu
jarang atau belum optimal dalam yang terkait dengan kehidupan manusia
menggunakan model pembelajaran sehari-hari.
Contextual Teaching Learning (CTL). Salah satu jenis pembelajaran untuk
Pembelajaran CTL merupakan salah satu menumbuhkan kesadaran terhadap
model yang saat ini sering digunakan dalam matematika sebagai ilmu yang terkait dengan
proses kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kehidupan sehari-hari dan diperkirakan dapat
CTL merupakan model yang menekankan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pada hubungan antara materi yang diajarkan siswa adalah dengan pendekatan kontekstual
dengan keadaan kehidupan nyata siswa [4]. atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran IPS khususnya di Pendekatan CTL (Contextual Teaching and
beberapa sekolah di Tomohon selama ini Learning) yakni sebuah sistem belajar yang
kurang menarik diajarkan pada siswa. Hal didasarkan pada filosofi bahwa seorang
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor pembelajar akan mau dan mampu menyerap
diantaranya: (1) materi pelajaran IPS banyak materi pelajaran jika mereka mampu
berisi konsep abstrak yang sulit dipahami menyerap makna pelajaran tersebut.
siswa. (2) Penyampaian materi IPS dengan Pendekatan CTL pada pembelajaran akan
metode ceramah nampaknya kurang optimal membantu siswa dalam membuat hubungan-
dalam meningkatkan aktivitas, minat dan hubungan antara materi pelajaran dengan
motivasi belajar siswa. (3) Pembelajaran kehidupan nyata sehingga siswa akan
masih kurang mengaitkan IPS dengan mendapatkan makna dari apa yang
kehidupan sehari-hari siswa. Kondisi tersebut dipelajarinya dan dapat mengembangkan
menyebabkan kebosanan, perhatian, minat kemampuan berpikir yang pada akhirnya
dan motivasi siswa dalam pembelajaran menumbuh-kembangkan karakter siswa.
menjadi rendah. Pembelajaran yang Pendekatan kontekstual melibatkan tujuh
berorientasi berpusat pada guru akan komponen utama pembelajaran, yaitu
membatasi perkembangan kemampuan konstruktivisme, bertanya, menemukan,
berpikir siswa. Rendahnya aktivitas, minat masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan
dan motivasi belajar siswa disebabkan adanya penilaian otentik [5].
anggapan bahwa IPS merupakan ilmu yang Mengimplementasikan pendekatan
memiliki sifat abstrak dan terlalu monoton. kontekstual dalam kegiatan pembelajaran
Untuk itu guru perlu melakukan pembelajaran berarti mengimplementasikan ketujuh
IPS melalui kegiatan yang kreatif dan inovatif komponen utama tersebut dalam kegiatan

65
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

pembelajaran. Dengan demikian, menyusun 1. Merancang pembelajaran IPS


rencana pembelajaran dengan pendekatan berbasis Metode pembelajaran
kontekstual berarti merancang kegiatan Kontekstual
pembelajaran yang mengakomodasi 7 2. Penggunaan Metode Kontekstual
komponen utama pembelajaran kontekstual sebagai media dalam
tersebut. Rencana pembelajaran yang pembelajaran IPS, dan
demikian selanjutnya kita sebut rencana 3. Peningkatan kompetensi guru IPS
pembelajaran berbasis kontekstual. Dalam di Tomohon dalam pembelajaran
pembelajaran kontekstual, rencana menggunakan Metode
pembelajaran lebih diartikan sebagai rencana Kontekstual.
kegiatan guru, yang berupa skenario
pembelajaran tahap demi tahap mengenai hal- SOLUSI YANG DITAWARKAN
hal yang akan dilakukakan guru IPS di 1. Pertama, dalam merancang
Tomohon bersama siswa terkait topik yang pembelajaran dengan metode
akan dipelajari siswa demi mencapai Kontekstual.
kompetensi dasar yang telah ditentukan. 2. Pembimbingan dalam
mengumpulkan data sesuai
PERMASALAHAN MITRA rumusan masalah dalam
1. Kurangnya pemahaman, mengembangkan metode
penguasaan, dan terampil dalam kontekstual.
merancang metode pembelajaran 3. pelatihan dalam menggunakan
kontekstual. metode konsteksual. Kegiatan
2. Kurangnya pemahaman guru IPS pelatihan ini meliputi penjelasan
di Tomohon dalam membuat mengenai penggunaan metode ini.
instrumen penelitian. 4. Keempat, pelatihan dalam
3. Kurangnaya pemahaman guru IPS menganalisis dan
di Tomohon dalam Penggunaan menginterpretasi data penelitian.
metode kontekstual dalam 5. Kelima, pelatihan dalam membuat
pembelajaran. artikel ilmiah. Luaran yang
diharapkan adalah para guru
TARGET DAN LUARAN memahami dan bisa membuat

Luaran dan Target Capaian artikel ilmiah ilmiah.

Rencana Luaran

66
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

METODE PELAKSANAAN fenomena sosial tertentu,…. hasilnya


Metode Pelaksanaan dicantumkan dalam table-tabel frekwensi”.
Dalam rangka pengumpulan data maka Luaran yang diharapkan dapat terwujud dari
dilakukan kontak langsung (face to face) kegiatan ini adalah: (1) Merancang
dengan responden agar dapat mengamati pembelajaran IPS berbasis Metode
prilaku, pendapat, sikap dan pembelajaran Kontekstual (2) Penggunaan
pendayagunaannya berdasarkan pandangan Metode Kontekstual sebagai media dalam
subjek peneliti. Dengan demikian penelitian pembelajaran IPS, dan (3) Peningkatan
yang bersikap deskriptif lebih mementingkan kompetensi guru IPS di Tomohon dalam
proses dari pada hasil, membatasi studi focus, pembelajaran menggunakan Metode
memilih seperangkat criteria untuk Kontekstual.
memeriksa keabsahan data. Sasaran Metode yang dilakukan dalam mengatasi
penelitian diarahkan kepada usaha permasalah-permasalahan guru tersebut
menemukan teori-teori dasar, responden adalah dengan memberikan pelatihan atau
dapat menilai kembali data dan informasi training, bimbingan, dan pendampingan
yang diberikan apakah perlu direvisi atau kepada para guru. Pelatihan dilakukan dengan
untuk melengkapi data atau informasi baru. melakukan pertemuan secara langsung
melalui tatap muka (face to face) dengan para
Dalam ini bertujuan untuk melihat gambaran guru.
persentase guru IPS di kota Tomohon yang Kegiatan pelatihan, bimbingan, dan
menggunakan pendekatan metode pendampingan dilakukan melalui 3 langkah:
pembelajaran kontekstual, dan bagaimana 1. Pertama, pelatihan, pembimbingan,
mutu pembelajaran kontekstual dari sekolah- dan pendampingan dalam merancang
sekolah tersebut mulai dari perencanaan, pembelajaran dengan metode
pelaksanaan, dan penilaian proses Kontekstual. Luaran yang diinginkan
pembelajaran. Dalam menggambarkan adalah para guru memahami,
fenomena digunakan frekwensi penggunaan menguasai, dan terampil dalam
pembelajaran kontekstual hasilnya merancang metode ini.
dicantumkan dalam tabel-tabel frekwensi. 2. Kedua, pelatihan, pembimbingan, dan
Singarimbun dan Effendi menuliskan: pendampingan dalam mengumpulkan
”Penelitian deskriptif biasanya untuk data sesuai rumusan masalah dalam
mengetahui frekwensi terjadinya suatu aspek mengembangkan metode kontekstual.
Luaran yang diinginkan dari kegiatan

67
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

ini adalah para guru memahami, kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
menguasai, dan terampil dalam dan masyarakat. Pendekatan kontekstual
membuat instrumen penelitian. mempunyai 7 komponen utama yang secara
3. Ketiga, pelatihan dalam menggunakan singkat akan diuraikan sebagai berikut.
metode konsteksual. Kegiatan Komponen pertama adalah konstruktivisme
pelatihan ini meliputi penjelasan (constructivism). Menurut pandangan
mengenai penggunaan metode ini. konstruktivisme, pengetahuan tidak diberikan
4. Keempat, pelatihan dalam secara instan kepada siswa, melainkan harus
menganalisis dan menginterpretasi dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui
data penelitian. Luaran yang keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan
diinginkan dari kegiatan ini adalah pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran,
para guru memahami, dan bisa siswa membangun pengetahuannya setahap
menganalisis hasil output dalam demi setahap, melalui langkah-langkah
penggunaan metode kontekstual serta pembelajaran yang dirancang dengan baik
menginterpretasikkanya untuk bisa oleh guru.
membuktikan hipotesis apa yang Komponen kedua adalah penemuan (inquiry).
diterima sehingga bisa diambil Penemuan merupakan bagian inti dari
kesimpulan dari hasil output itu. kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
5. Kelima, pelatihan dalam membuat Pengetahuan dan keterampilan yang
artikel ilmiah. Luaran yang diharapkan diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
adalah para guru memahami dan bisa proses mengingat atau menghafal, melainkan
membuat artikel ilmiah ilmiah. diperoleh siswa melalui proses penemuan
HASIL DAN PEMBAHASAN terbimbing. Pembelajaran dirancang
Gambaran Iptek sedemikian sehingga memberikan
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching kesempatan kepada siswa untuk menemukan
and Learning/CTL) konsep atau pengetahuannya dengan
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching bimbingan guru. Komponen ketiga adalah
and Learning/CTL) adalah konsep belajar masyarakat belajar (learning community).
yang membantu guru mengaitkan antara Berdasarkan konsep ini, siswa dapat
materi yang diajarkannya dengan situasi mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik
dunia nyata siswa dan mendorong siswa melalui interaksi sosial. Melalui interaksi
membuat hubungan antara pengetahuan yang sosial, seperti diskusi kelompok, pengetahuan
dimilikinya dengan penerapannya dalam

68
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

siswa akan dimantapkan melalui proses Komponen keenam adalah refleksi


diskusi. (reflection). Refleksi adalah cara berpikir
Komponen keempat adalah bertanya mengenai apa yang baru dipelajari. Refleksi
(questioning). Bertanya merupakan salah satu merupakan respon siswa terhadap kejadian,
proses bagi siswa untuk mengkonstruksi aktivitas, atau pengetahuan yang telah
konsep atau pengetahuan. Bagi siswa, dipelajari atau dikuasai siswa. Guru
bertanya merupakan bagian penting dalam mengimplementasikan komponen ini dengan
pembelajaran berbasis inquiry, yakni cara mereview (merangkum) bersama siswa
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa mengenai materi pembelajaran yang telah
yang sudah diketahui, dan mengarahkan dipelajari, juga mengenai apa yang telah
perhatian pada aspek yang belum diketahui. dipahami maupun yang belum dipahami
Guru hendaknya merancang suatu pertanyaan siswa. Komponen terakhir, ketujuh, adalah
berkualitas yang dapat merangsang penilaian yang sebenarnya (authentic
kreativitas siswa dalam upaya membangun assesment), yakni proses pengumpulan
pengetahuannya. Sebaliknya, siswa harus berbagai data yang dapat memberikan
diberikan kesempatan secara bebas untuk gambaran perkembangan belajar siswa. Data
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang ini diambil selama kegiatan pembelajaran
akan memungkinkan mereka lebih dapat berlangsung, tidak hanya ketika pembelajaran
memahami konsep dengan baik. selesai.
Komponen kelima adalah pemodelan
(modeling). Menurut konsep ini, Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
pembelajaran matematika memerlukan model Dalam pembelajaran kontekstual, rencana
yang dapat ditiru. Sebagai misal, guru pembelajaran (RP) diartikan sebagai rencana
berperan sebagai model yang memberikan kegiatan guru yang berisi skenario
contoh cara mengoperasikan sesuatu, pembelajaran tahap demi tahap mengenai hal-
menyelesaikan masalah dengan metode hal yang akan dilakukakan guru bersama
tertentu, dan sebagainya. Dalam siswa terkait topik atau pokok bahasan yang
pembelajaran, siswa juga dapat berperan akan dipelajari demi mencapai kompetensi
sebagai model yang memberikan contoh standar yang telah ditentukan. Dalam ini,
kepada teman sekelasnya, yakni ketika siswa rencana pembelajaran tidak diartikan sebagai
berusaha memaparkan ide atau hasil laporan yang harus disusun dan dilaporkan
diskusinya kepada teman sekelas. kepada kepala sekolah atau pihak lain,
melainkan sebagai rencana “individual” guru

69
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

yang memuat langkah-langkah pembelajaran mengintegrasikan keterampilan kecakapan


yang akan dilaksanakan di kelas. Rencana hidup (life skill) dalam rangkaian
pembelajaran dapat difungsikan sebagai pembelajaran.
pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang Berikut ini akan disajikan contoh format
harus dipersiapkan, mengenai media apa yang rencana pembelajaran berbasis kontekstual
akan digunakan, strategi pembelajaran yang beserta penjelasan seperlunya mengenai
dipilih, sistem penilaian yang akan ditentukan, bagian-bagiannya. Tentu saja, ini merupakan
dan hal-hal teknis lainnya salah satu alternatif format rencana
Mengingat rencana pembelajaran lebih pembelajaran yang dapat diacu guru, yang
bersifat sebagai rencana “individual” guru, tetap terbuka untuk diubah, dilengkapi, atau
tentu tidak ada format. Memang, secara umum disesuaikan dengan kebutuhan. Secara umum
tidak terdapat perbedaan mendasar mengenai rencana pembelajaran terdiri atas bagian-
format rencana pembelajaran berbasis bagian berikut.
kontekstual dengan format rencana 1. Identitas
pembelajaran yang selama ini dikenal. Hal Identitas biasanya memuat nama mata
yang membedakan keduanya adalah pelajaran, satuan pendidikan,
mengenai substansi atau penekanannya. Pada kelas/semester, dan alokasi waktu.
pembelajaran yang secara umum dikenal, 2. Standar kompetensi dan kopetensi
rencana pembelajaran menekankan pada standar
deskripsi tujuan yang akan dicapai, sedangkan Bagian ini memuat standar
pada pembelajaran kontekstual lebih kompetensi dan kompetensi dasar
menekankan pada skenario pembelajarannya. yang harus dicapai siswa melalui
Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa kegiatan pembelajaran yang
pendekatan kontekstual mempunyai 7 dilaksanakan.
komponen utama, maka menyusun rencana 3. Indikator
pembelajaran berbasis kontekstual berarti 4. Bagian ini memuat indikator-
merancang kegiatan pembelajaran yang indikator, yakni karakteristik, ciri-ciri,
mengakomodasi 7 komponen utama perbuatan, atau respon siswa
pendekatan kontekstual tersebut.. Ketujuh berkaitan dengan kompetensi dasar.
komponen pendekatan kontekstual harus 4. Materi pokok
tersirat pada rencana pembelajaran yang Bagian ini berisi materi pokok yang
disusun. Selain itu, dalam rencana dipilih sebagai sarana bagi siswa untuk
pembelajaran juga dirancang bagaimana mencapai kompetensi dasar yang telah

70
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

ditetapkan. Pada bagian ini dapat pula materi pelajaran dengan dunia nyata,
disertai uraian singkat materi pokok. menyampaikan standar kompetensi
5. Media pembelajaran. dan kompetensi standar yang harus
Bagian ini menjelaskan mengenai dicapai siswa melalui kegiatan
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dan langkahlangkah
pembelajaran yang akan menunjang kegiatan pembelajaran yang akan
pencapaian standar kompetensi atau diikuti siswa. Pada bagian ini pula
kompetensi dasar yang ditentukan. dilakukan pembahasan pekerjaan
6. Pendekatan atau metode rumah dan apersepsi, yakni
pembelajaran mengaitkan materi pelajaran yang
Bagian ini memuat jenis pendekatan akan dipelajari siswa dengan materi
atau metode yang dipilih atau pelajaran
digunakan Pada kegiatan pokok diuraikan
7. Kegiatan pembelajaran Pada mengenai langkah-langkah
bagian ini diuraikan mengenai pembelajaran yang merupakan
langkah-langkah kegiatan tahapan bagi siswa untuk
pembelajaran, yang mengakomodasi 7 mengkonstruksi konsep atau
komponen pendekatan kontekstual pengetahuan. Pada bagian ini
dan pengintegrasian life skill dalam tercermin implementasi ketujuh
kegiatan pembelajaran. Secara umum, komponen utama pendekatan
kegiatan pembelajaran terdiri atas 3 kontekstual dan pengintegrasian life
tahap, yakni kegiatan pendahuluan, skill. Sedangkan pada bagian penutup
kegiatan pokok, dan kegiatan penutup. diuraikan mengenai bimbingan guru
Kegiatan pendahuluan merupakan kepada siswa untuk mereview
kegiatan yang dimaksudkan untuk (merangkum) materi atau topik yang
mengkondisikan siswa agar siap telah dipelajari, pemberian tugas, dan
secara mental untuk mengikuti penginformasian mengenai topik atau
kegiatan pembelajaran. Yang materi pelajaran pada pertemuan
termasuk dalam kegiatan ini adalah berikutnya.
memotivasi siswa untuk mengikuti 8. Penilaian
kegiatan pembelajaran, seperti Pada bagian ini diuraikan mengenai
memberikan contoh manfaat topik jenis dan bentuk instrumen yang
yang akan dipelajari, mengaitkan digunakan untuk mengukur

71
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

ketercapaian indikator yang telah yang dilakukan dalam implementasi program


ditentukan. adalah sebagai berikut:
1. Pertama, pelatihan, pembimbingan,

HASIL KEGIATAN dan pendampingan dalam merancang

Perencanaan pembelajaran dengan metode

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap Kontekstual. Luaran yang diinginkan

perencanaan adalah sebagai berikut. adalah para guru memahami,

(1) Pemberitahuan pada sekolah mitra menguasai, dan terampil dalam

yang akan dijadikan lokasi pengabdian merancang metode ini.

dan Dinas Pendidikan terkait. 2. Kedua, pelatihan, pembimbingan, dan

Pelaksanaan tahap ini didahului pendampingan dalam mengumpulkan

dengan mengirim surat data sesuai rumusan masalah dalam

pemberitahuan kepada pihak sekolah mengembangkan metode kontekstual.

dan dinas pendidikan terkait. Setelah Luaran yang diinginkan dari kegiatan

itu dilakukan koordinasi untuk ini adalah para guru memahami,

membahas teknis pelaksanaan menguasai, dan terampil dalam

kegiatan. membuat instrumen penelitian.

(2) Sosialisasi program pengabdian 3. Ketiga, pelatihan dalam menggunakan

Sosialisasi dengan melakukan metode konsteksual. Kegiatan

koordinasi dan menyampaikan pelatihan ini meliputi penjelasan

pemberitahuan secara tertulis kepada mengenai penggunaan metode ini.

sekolah-sekolah SMP/MTs yang 4. Keempat, pelatihan dalam

terdapat di Kota Tomohon. menganalisis dan menginterpretasi

(3) Penyusunan program pelatihan data penelitian. Luaran yang

Berdasarkan hasil identifikasi, hasil diinginkan dari kegiatan ini adalah

analisis permasalahan yang ada, hasil para guru memahami, dan bisa

analisis kebutuhan, dan hasil analisis menganalisis hasil output dalam

potensi sekolah, selanjutnya disusun penggunaan metode kontekstual serta

program pelatihan. menginterpretasikkanya untuk bisa

Pelaksanaan membuktikan hipotesis apa yang

Tindakan dalam kegiatan ini berupa diterima sehingga bisa diambil

implementasi Program. Kegiatan-kegiatan kesimpulan dari hasil output itu.

72
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

5. Kelima, pelatihan dalam membuat untuk dipahami oleh peserta didik, juga tidak
artikel ilmiah. Luaran yang diharapkan dapat mencapai penguasaan penuh atas bahan
adalah para guru memahami dan bisa pembelajaran yang disampaikan
membuat artikel ilmiah ilmiah. KESIMPULAN
1. Adanya peningkatan pengetahuan
Dari hasil Pendampingan dari kegiatan diatas dan keterampilan para guru
ternyata masih sedikit guru yang
tentang pengembangan metode
melaksanakannya. Rata-rata guru melakukan
pembelajaran kontekstual
kegiatan ceramah, siswa membaca atau
walaupun awalnya ditemukan
merangkum materi dari buku paket.
bahwa masih sedikit guru IPS yang
Kebanyakan proses pembelajaran yang
mengimplementasikannya
dilakukan guru tidak sesuai dengan skenario
yang ada di RPP (rencana pelaksanaan 2. Tersedianya media metode
pembelajaran). Setelah pelatihan dan pembelajaran kontekstual.
pembimbingan metode Kontekstual yang
dibuat guru ternyata hampir semua guru di DAFTAR PUSTAKA
Kota Tomohon hasil dari copy paste dari guru [1] Irawati, S. (2005). Manajemen
IPS lain, dan tidak pernah dimodifikasi atau Keuangan. Bandung: Penerbit Pustaka.
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan [2] E. Mulyasa dan Purwadhi, Panduan
kemampuan siswa dari sekolah tersebut. Penulisan Karya Ilmiah, (Bandung:
Akibat dari kondisi ini maka proses Universitas Islam Nusantara, 2008),
pembelajaran di sekolah tersebut menjadi hal .162
monoton, dimana guru aktif mentransfer ilmu [3] Hanafiah, Konsep Dasar Penelitian
sedangkan siswa pasif hanya menerima Tindakan Kelas dan Model-Model
informasi dari guru mata pelajaran IPS. Guru Pembelajaran, (Bandung: Fakultas
lebih banyak menggunakan komunikasi Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas
verbal dan sangat kurang memanfaatkan alat Islam Nusantara, 2010), hal. 41
atau media pembelajaran IPS. [4] W. Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Kemampuan siswa menyerap suatu bidang (Berorientasi Standar Proses
ilmu banyak bergantung pada kemampuannya Pendidikan) (Jakarta: Kencana
untuk memahami ucapan guru. Sebaliknya Prenada Media Group, 2008), hal.
guru tidak sanggup menyatakan buah pikiran 196Depdiknas. (2007). Panduan
dengan jelas sehingga ia mengalami kesulitan Pengembangan Pembelajaran IPA

73
Jurnal ABDIMAS, Vol. 13, No. 1, April 2020
ISSN: 1979-0953 │ e-ISSN: 2598-6066

Terpadu. Jakarta: Puskur, Balitbang


Depdiknas

74

Anda mungkin juga menyukai