Anda di halaman 1dari 5

1.

Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaaan?
Jawab :

Pertanyaan mengenai praktik pendidikan yang "membelenggu" kemerdekaan peserta didik


dapat dipahami sebagai upaya untuk menyoroti beberapa isu atau praktik yang mungkin
menghambat pengembangan potensi dan kreativitas peserta didik. Perbandingan antara
perjalanan pendidikan nasional sebelum dan setelah kemerdekaan dapat memberikan
pemahaman lebih lanjut mengenai perubahan atau kesinambungan dalam hal ini. Namun,
perlu diingat bahwa ini adalah analisis umum dan dapat bervariasi tergantung pada konteks
dan pengalaman individu.

Sebelum Kemerdekaan:

1. Sistem Pendidikan Kolonial:


 Pendidikan di bawah pemerintahan kolonial sering kali didesain untuk
menciptakan tenaga kerja terlatih yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah
kolonial.
 Kurikulum dan metode pengajaran cenderung memihak pada kepentingan
penjajah, dan peserta didik mungkin memiliki sedikit kebebasan untuk
mengeksplorasi minat atau bakat pribadi mereka.
2. Ketidaksetaraan dalam Akses Pendidikan:
 Sebelum kemerdekaan, akses ke pendidikan terbatas, terutama bagi kelompok-
kelompok masyarakat yang tidak mendapat prioritas dari pemerintahan kolonial.
 Sebelum kemerdekaan tingkat ilmu pengetahuan yang didapat sangat terbatas
hanya berupa cara membaca, menulis, dan menghitung.
Sesudah Kemerdekaan:
1. Sentralisasi Pendidikan:
 Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan mengalami sentralisasi di tangan
pemerintah pusat. Keputusan mengenai kurikulum dan kebijakan pendidikan
sering kali dibuat secara sentral, dapat membatasi fleksibilitas di tingkat lokal.
2. Ujian Nasional dan Standarisasi:
 Pengenalan Ujian Nasional (UN) dan penekanan pada standar nasional dapat
menciptakan tekanan pada guru dan peserta didik untuk fokus pada materi yang
akan diuji, sering kali di luar konteks lokal atau minat pribadi.
3. Kurikulum yang Terlalu Terstruktur:
 Kurikulum yang terlalu terstruktur dan rigid dapat membatasi ruang bagi
pendekatan pembelajaran yang kreatif atau berbasis proyek, yang mungkin lebih
sesuai untuk pengembangan keterampilan kritis dan kreativitas.
4. Ketidaksetaraan dalam Akses Pendidikan:
 Meskipun upaya telah dilakukan untuk meningkatkan akses pendidikan,
ketidaksetaraan masih ada, terutama di daerah-daerah terpencil atau masyarakat
dengan tingkat ekonomi rendah.
 Alat dan media pembelajaran yang tidak setara contohnya pada sekolah yang
terletak di daeah 3T(Terpencil, Tertinggal, dan Terluar).
 Tidak meratanya persebaran tenaga pendidik terutama pada daerah yang aksesnya
jauh.
5. Pembelajaran Berorientasi pada Ujian:
 Beban kerja yang tinggi terkait dengan ujian dan persiapan ujian dapat mengarah
pada pendekatan pembelajaran yang lebih terfokus pada "belajar untuk ujian"
daripada pengembangan pemahaman konsep.
6. Proses pembelajaran hanya terpusat pada guru
 Guru hanya bepihak pada satu siswa, sedangkan guru diminta untuk berpihak
kepada seluruh siswa dan memahami kondisi siswa.
 Kurangnya inovasi guru dalam pembelajaran.
7. Guru yang belum bisa menjadi contoh yang baik (Ing Ngarsa sung Thulada)
 Guru yang masih memiliki prilaku contoh tidak baik sehingga tidak bisa digugu
dan ditiru sedangkan guru adalah panutan siswa.

Penting untuk dicatat bahwa pandangan mengenai sejauh mana praktik-praktik ini
"membelenggu" kemerdekaan peserta didik dapat bervariasi. Beberapa dari praktik ini
mungkin telah mengalami perubahan seiring waktu atau dapat diatasi melalui reformasi
pendidikan. Evaluasi lebih lanjut dan diskusi mendalam dengan para pendidik, peserta didik,
dan pemangku kepentingan lainnya dapat memberikan wawasan yang lebih baik mengenai
tantangan dan peluang dalam sistem pendidikan Indonesia

2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’ yang
belum memerdekakan peserta didik?

Jawab :

Terdapat berbagai model pendidikan saat ini yang dikembangkan atau diadopsi di berbagai
wilayah, dan beberapa di antaranya dirancang untuk melepaskan 'belenggu' atau pembatasan
yang mungkin membatasi kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Beberapa model tersebut
mencoba untuk merespons tantangan dan perubahan dalam kebutuhan pendidikan,
memberikan lebih banyak kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
mereka. Beberapa contoh model pendidikan yang dapat membebaskan peserta didik dari
pembatasan tradisional melibatkan:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning):


 Model ini memberikan peserta didik proyek nyata untuk dipecahkan, biasanya
melibatkan kerja tim dan pemecahan masalah. Ini mempromosikan pembelajaran
aktif, kolaboratif, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata.
2. Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student-Centered Learning):
 Fokus pada kebutuhan dan minat individu peserta didik. Model ini memberikan
lebih banyak kebebasan kepada siswa untuk mengelola pembelajaran mereka
sendiri, memilih topik, dan cara belajar yang sesuai dengan gaya mereka.
3. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning):
 Mengedepankan kerjasama antarpeserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ini dapat membuka peluang bagi siswa untuk saling belajar,
berbagi ide, dan mengembangkan keterampilan sosial.
4. Pembelajaran Fleksibel dan Pendidikan Jarak Jauh:
 Model-model ini memungkinkan peserta didik untuk mengakses materi pelajaran
secara fleksibel, sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar mereka. Ini dapat
melepaskan 'belenggu' jadwal kelas tradisional.
5. Pendidikan Berbasis Keterampilan (Skill-Based Education):
 Meningkatkan fokus pada pengembangan keterampilan kritis seperti pemecahan
masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, yang mempersiapkan peserta
didik untuk kebutuhan dunia pekerjaan yang terus berubah.
6. Pembelajaran Berorientasi pada Pengalaman (Experiential Learning):
 Memberikan pengalaman langsung sebagai bagian integral dari pembelajaran. Ini
bisa melibatkan magang, kunjungan lapangan, atau proyek praktis untuk
memperkaya pemahaman konsep.
7. Model Pendidikan Holistik:
 Menekankan pengembangan seluruh aspek peserta didik, termasuk aspek fisik,
emosional, sosial, dan spiritual. Pendidikan holistik berupaya untuk
membebaskan peserta didik dari keterbatasan kurikulum yang hanya berfokus
pada aspek kognitif.

Meskipun model-model ini menunjukkan potensi untuk melepaskan 'belenggu' dalam


pendidikan, implementasinya dapat bervariasi tergantung pada konteks, dukungan sistem,
dan keterlibatan pihak-pihak terkait. Pendidikan yang membebaskan peserta didik seringkali
melibatkan pendekatan yang menyeluruh dan perubahan budaya di tingkat sekolah dan
sistem pendidikan

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik?

Jawab :
Sebagai alternatif dalam merancang pendidikan yang dapat membebaskan peserta didik dari
kendala tradisional, saya ingin menyoroti Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student-
Centered Learning):

Pembelajaran Berpusat pada Siswa:

 Deskripsi:
 Model ini menempatkan peserta didik sebagai fokus utama pembelajaran. Siswa
memiliki peran yang aktif dalam menentukan arah pembelajaran, memilih topik
yang menarik bagi mereka, dan mengelola cara mereka belajar.
 Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing, memberikan dukungan dan
sumber daya yang diperlukan untuk mendukung eksplorasi dan perkembangan
peserta didik.
 Kelebihan dan Manfaat:
 Mendorong Kemandirian: Siswa belajar untuk mengatur waktu dan tanggung
jawab mereka sendiri.
 Menghargai Keragaman: Mengakui dan menghargai perbedaan individual
dalam gaya belajar dan minat.
 Merangsang Kreativitas: Memberikan ruang bagi kreativitas dan inovasi, karena
siswa dapat mengeksplorasi topik yang mereka temui menarik.
 Meningkatkan Pemahaman Mendalam: Berfokus pada pemahaman yang lebih
dalam dan penerapan konsep, bukan sekadar menghafal.
 Penggagas Teori:
 Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, berkontribusi pada gagasan tentang
pembelajaran berpusat pada siswa. Ia menekankan pentingnya kemandirian siswa
dan kebebasan dalam proses pembelajaran.

Implementasi Praktis:

 Proyek Pembelajaran Pribadi: Siswa dapat memilih topik atau proyek yang menarik
bagi mereka, melibatkan penyelidikan, penelitian, dan presentasi hasil kepada kelas.
 Portofolio Pembelajaran: Mendorong siswa untuk membuat portofolio yang
mencerminkan perjalanan belajar mereka, termasuk pencapaian, refleksi pribadi, dan
hasil karya.

Pembelajaran berpusat pada siswa menciptakan lingkungan di mana peserta didik merasa
dihargai dan terlibat secara mendalam dalam proses pembelajaran mereka. Ini membantu
mengatasi kendala dari pendekatan tradisional dan membuka peluang bagi perkembangan
holistik peserta didik. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap model pendidikan
memerlukan adaptasi dan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan unik dari setiap konteks dan
kelompok siswa
.

Anda mungkin juga menyukai