Anda di halaman 1dari 2

T1-7.

Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Kesimpulan penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’


Dalam kesimpulan, Ki Hadjar Dewantara menunjukkan tekadnya untuk menyebarkan
semangat pendidikan sebagai salah satu langkah penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia
dari penjajahan. Pendidikan pada masa kolonial dianggapnya terbatas dan hanya mendukung
kepentingan penjajah dalam perdagangan. Oleh karena itu, Ki Hadjar Dewantara mengusulkan
pendidikan yang didasarkan pada kebudayaan nasional, yang mampu mencerdaskan dan
menghindarkan bangsa dari kebodohan. Menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan
yang berfokus pada kebudayaan nasional memiliki peran kunci dalam membentuk generasi
penerus yang bebas, mandiri, dan pekerja keras. Dengan demikian, semangat kemerdekaan harus
dimulai dengan mempersiapkan kaum bumi putra yang memiliki pemahaman yang lebih luas
dan tidak bergantung pada penjajah. Pencapaian terbesar dari tekad tersebut adalah lahirnya
sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa dianggap sebagai gerbang
emas menuju kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa Indonesia. Sekolah ini hadir
sebagai wujud jiwa rakyat yang ingin merdeka dan bebas, menyediakan pendidikan yang
mencerdaskan dan membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Kesimpulan ini
mencerminkan visi dan semangat Ki Hadjar Dewantara dalam menciptakan sistem pendidikan
yang berkontribusi positif terhadap kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Factor-faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi pendiidkan dan
dan pembelajaran di masa penjajahan adalah Masyarakat pribumi bersekolah dengan tujuan
untuk dapat membantu penjajah melaksanakan pekerjaannya, sehingga bukan murini untuk
mencerdaskan Masyarakat Indonesia. Pendidikan pada saat itu Ketika Belanda masih
menggunakan Bahasa belanda dan tiba lah jepang masuk menjajah Pendidikan berubah
menggunakan Bahasa Indonesia. Pendidikan dari penjajah Belanda ke jepang merupakan awal
dari pribumi yang tidak memiliki kemampuan ekonomi juga bisa ikut bersekolah.
Factor yang membelunggu setelah kemerdekaan adalah fasilitias Pendidikan yang tidak
merata sehingga tingkat pemahaman peserta didik antar daerah juga berbeda. Administrasi
sekolah yang banyak juga menyebabkan guru menjadi tidak fokus ketika mengajar. Perubahan
kurikulum yang terjadi setiap pergantian mentri membuat kurang efektifnya pembelajaran yang
ada dipelosok karena terbatasnya fasilitas yang ada. Bagi siswa Pendidikan yang berpusat
penguasaan materi dan satandart ujian juga menjadi factor peserta didik kurang berkembang,
penilalian yang berfokus pada tes tertulis dan angka menyebabkan anak mengabaikan aspek-
aspek yang lain. Untuk mnegatasi belenggu dalam memerdekan pendidik bisa menggunakan
model pembelajaran berbasis proyek, sehingga siswa berkesempatan untuk mengeksplor
pengetahuannya yang dituangkan dalam bentuk karya ataupun produk, model pembelajaran
inquiry sehingga dapat menciptakan kelas yang selalu mengusahakan siswa untuk tetap aktif
secara mental ataupun fisik. Model pembelajaran discovery learning yaitu pembelajaran yang
mampu mengajak siswa untuk melaksanakan observasi, eksperimen atau Tindakan ilmiah
sehingga meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
Dalam usaha melepas belenggu dari praktik-praktik Pendidikan yang belum
memerdekakan peserta didik, maka guru harus menyadari dengan berusaha terbebas dari
belenggu akan menciptakan pengajaran yang lebih baik dan aktif. Cara melepaskan diri :
1. Senirgitas pemerintah untuk melakukan pemerataan kurikulum di berbagai wilayah di
Indonesia dengan membuat prioritas di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan & Terluar).
2. Penerapan model serta metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik dan
situasi dan kondisi peserta didik dan sekolah.
3. Pemerataan infrastruktur, sarana prasarana serta akses teknologi untuk sekolah di daerah
3T
4. Peningkatan performa pendidik dalam penerapan model pembelajaran yang efektif dan
adaftif.
5. Penerapan kurikulum merdeka dengan melakukan asimilasi sesuai dengan kondisi
budaya, adat, sosial, ekonomi serta letak geografis sekolah.

Anda mungkin juga menyukai