Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Pujian syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Artikel Pendidikan dan Motivasi dalam belajar tepat
waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas bapak Guru pada bidang studi Informatika di
SMAN 2 NGANJUK. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Pendidikan dan Motivasi dalam belajar.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Rahman selaku Guru
Informatika. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Nganjuk,4 Agustus 2020

Amiratul Fauziyah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDIDIKAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan di masyarakat, bangsa, maupun


negara. Setiap negara mempunyai sistem pendidikan tersendiri dengan berbagai aturan dan
kewajiban, termasuk di Indonesia. Begitu pula setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan yang layak termasuk juga fasilitasnya.

Dalam perjalanannya, pendidikan di Indonesia sudah mengalami cukup banyak perubahan


mulai sejak masa kolonialisme Belanda hingga pasca kemerdekaan sampai saat ini.

Sejalan dengan hal itu adanya pendidikan tidak hanya bertujuan untuk menghilangkan
kebodohan, namun juga untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berkualitas serta
mampu bersaing di dengan dunia luar.

Salah satu saran pendidikan tersebut adalah sekolah dengan segala aspek dan sistemnya.
Sebab, sekolah dinilai sebagai tempat belajar yang efektif dan tertata serta ideal.

Karena itu di Indonesia terdapat banyak sekali jenis sekolah, khususya di dasarkan pada
jenjangnya seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas dan Kejuruan (SMA dan SMK).

Semua itu sudah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia hingga pelosok desa. Oleh sebab
itu, semakin lama semakin banyak anak bangsa yang bisa menempuh pendidikan bahkan
sampai di perguruan tinggi.

B. Rumusan masalah

1. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah
2. Bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia sejak masa kolonialisme Belanda
hingga Jepang?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia pasca kemerdekaan?
4. Apa peran dan manfaat pendidikan?

C. Manfaat pembahasan

1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia masa kolonial Belanda dan


Jepang
2. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia pasca kemerdekaan
3. Untuk mengetahui peran dan manfaat pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

Setiap masa pendidikan di Indonesia mengalami perubahan sedikit ataupun banyak.


Perubahan tersebut berupa penerapan kurikulum, sistem pendaftaran, hingga penambahan
atau pembukaan sekolah baru.

Tujuan perubahan tersebut umumnya hanya satu yaitu demi kemajuan serta kualitas
pendidikan Indonesia. Selain itu juga untuk menyesuaikan perkembangan zaman modern
dengan semua kemudahannya.

A. Pengertian Pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia), pendidikan


merupakan tuntutan dalam kehidupan tumbuhnya anak-anak. Maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut, agar mereka mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dengan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu yang bertujuan untuk mencapai pengetahuan serta pemahaman
yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu. Pengetahuan tersebut diperoleh secara
formal sehingga mengakibatkan individu memiliki pola pikir serta perilaku sesuai dengan
pendidikan yang telah diperolehnya.

Dari beberapa pengertian pendidikan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
adalah Bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak agar
mencapai kedewasaannya dengan tujuan supaya anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

B. Pendidikan di Indonesia Masa Kolonial Belanda Sampai Pendudukan Jepang

Pada masa kolonial Belanda belum banyak sekolah yang tersedia dan hanya ada di kota-
kota besar atau kota keresidenan dan kabupaten. Sedikit pula anak-anak Indonesia yang
mampu menempuh pendidikan di sekolah karena kondisi sosial dan ekonomi jauh dari kata
layak.Faktor lainnya adalah jarak atau akses menuju sekolah cukup jauh khususnya untuk
sekolah menengah.

Hanya anak-anak kalangan tertentu seperti keturunan bangsawan dan anak pejabat lokal
saja yang mampu mengenyam pendidikan formal secara layak hingga tingkat menengah
atas. Hal itu menunjukkan jurang antara kelas bawah dengan kalangan elit tampak begitu
mencolok.

Terlebih sebelum abad ke-20 masih sedikit sekali sekolah yang ada di Indonesia dan baru
setelah mengalami perkembangan yang pesat.

Pemerintah kolonial membuka lebih banyak sekolah-sekolah untuk anak-anak Indonesia


seperti halnya Sekolah Rakyat di berbagai pelosok desa. Hal itu bertujuan mengurangi angka
buta huruf.

Semakin lama, perkembangan pendidikan di Indonesia masa kolonial semakin pesat dengan
banyaknya murid yang mendaftar sekolah. Seiring dengan hal itu pula banyak sekolah yang
dibuka lagi oleh pemerintah. Namun, saat masa genting dan masuknya Jepang di Indonesia
banyak sekolah-sekolah yang ditutup.

Setelah Belanda mengangkat kakinya dari wilayah Indonesia dan berganti di bawah
pendudukan Jepang, sekolah Indonesia yang dulunya ditutup dibuka kembali. Bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam setiap jenjang dan jenis sekolah tidak
seperti masa kolonial Belanda yang begitu diskriminatif.

C. Perkembangan Pendidikan di Indonesia Pasca Kemerdekaan

Pasca perang revolusi dan disusul dengan agresi militer Belanda di Indonesia pendidikan
belum berjalan dan berkembang dengan baik. Banyak fasilitas sekolah seperti gedung,
perpustakaan, alat tulis, buku dan sebagainya rusak dan hancur.

Selain itu juga banyak tenaga pengajar yang gugur saat peperangan, sehingga pemerintah
Indonesia harus memulai kembali dari dasar.

Pembagian jenjang sekolah pasca kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan masa kolonial
yaitu Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah
Menangah Tingkat Atas.

Hanya saja sistem pengajaran dan kurikulum yang diterapkan berbeda. Pemerintah lebih
menekankan pada pendidikan penanaman nilai-nilai pancasila di setiap jenjang sekolah.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman pemerintah lebih banyak
membuka sekolah-sekolah negeri.

Selain itu juga ada pihak swasta yang mempunyai sekolah tersendiri seperti halnya
organisasi keagamaan hingga lembaga tertentu. Ada lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang mencakup berbagai jenjan, begitu pula lembaga maarif NU.

Meskipun bukan sekolah negeri, namun sekolah-sekolah swasta tetap menggunakan aturan
dari pemerinhah seperti kalender pendidikan dan kurikulum. Hanya saja ada beberapa mata
pelajaran tambahan secara khusus.
D. Peran dan Manfaat Pendidikan

Pendidikan bukan hanya untuk menghilangkan kebodohan atau mengurangi angka buta
huruf saja, namun lebih dari itu.

Mengingat era modern yang semakin maju dengan berbagai kemudahan, akses yang luas
akan informasi, dan kecanggihan teknologi. Sehingga, sekolah-sekolah yang ada juga
semakin maju dengan berbagai fasilitasnya.

Sudah banyak sekolah-sekolah yang berbasis teknologi seperti halnya metode pembelajaran
menggunakan layar proyektor sebagai papan tulis hingga ujian menggunakan komputer.
Meskipun tidak semuanya telah menerapkan, namun cukup banyak yang sudah
menggunakan metode tersebut.

Secara umum ada beberapa peran dan manfaat pendidikan yaitu sebagai berikut:

1) Perolehan pengetahuan dan keterampilan untuk memenuhi permintaan pasar.


2) Pandangan humanistik.
3) Menjawab tantangan sosial, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
4) Kemajuan ilmu pengetahuan.

E. Belajar untuk menjadi pelajaran berkarakter


Pembelajaran menjadi salah satu fasilitas yang dapat berpengaruh besar dalam membentuk
sumber energi manusia bermutu. Lewat pembelajaran, bisa terbentuk generasi berkarakter
yang sanggup mengaktualisasikan diri jadi ujung tombak kemajuan peradaban.

Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, tujuan nasional
pembelajaran merupakan buat mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada kesimpulannya
hendak menopang kesejahteraan rakyat.

Apabila ditinjau ke dalam realita pembelajaran Indonesia dikala ini, penanda keberhasilan
dari tujuan tersebut masih sangatlah jauh dari kata tercapai. Belum bangkitnya
pembelajaran Indonesia dari keterpurukan sejatinya memunculkan satu permasalahan
besar, hendak dibawa kemana peradaban negara ini nanti?

Keadaan para pelajar Indonesia ini masih sangat jauh dari harapan bagaikan generasi yang
pintar serta sanggup bersaing di kancah internasional. Bila ditarik garis sebagian tahun
kebelakang, bisa disaksikan bersama kalau Indonesia populer dengan jati diri bangsa yang
berkaraker serta berbudi luhur.

Bermacam kebijakan pembelajaran yang dibuat pemerintah dengan harapan bisa


memusatkan para siswa jadi unggul dalam seluruh bidang, baik dari segi kompetensi,
kepribadian, dan jiwa kompetitif bagaikan bekal bersaing dengan pelajar-pelajar dari negeri
lain.

Bersumber pada latar belakang tersebut, terdapatnya inovasi baru dalam kebijakan
pembelajaran buat menanggulangi kasus pembelajaran serta membentuk generasi unggul,
ialah generasi muda berkarakter, aktif, kreatif, serta kompetitif ialah perihal yang sangat
berarti.

Pemecahan yang pas buat perihal ini merupakan Sistem Sekolah BATIK( Berkarakter, Aktif,
Kreatif, serta Kompetitif), ialah inovasi sistem pembelajaran yang mengedepankan
terdapatnya pergantian dalam 3 perihal pokok, antara lain tata cara pendidikan, golongan
pengajar, serta kuantitas siswa di masing- masing kelas.

1.1 Pengertian Pendidikan Karakter.

Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam
masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama,budaya,danadatistiadat.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaansarana,prasarana,dan,pembiayaan,dan,ethoskerjaseluruhwargadanlingkunga
nsekolah.

“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak
muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi
pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan
menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik,
dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed)

1.2 Pengertian Beda Karakter dan Kepribadian.

Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap
orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek
kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4,
yaitu :

1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka
tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka
kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka
perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan,
Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta
memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya,
seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius,
lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam
situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter. Pendidikan
Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti
kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-
masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar.
Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui
suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak
dapat diubah lagi seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa orang-orang dengan
karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan
bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau
kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam
kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda
tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.Ketahuilah bahwa
Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu.
Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai
tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan
ini.Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki kontrol penuh atas
karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang
buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah
tanggung jawab pribadi Anda.
1.3 Contoh Program Pendidikan karakter.

A. Lingkungan Sekolah:

- Training Guru

Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan


melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program
dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.

Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak,
cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci
untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi
anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.

- Program Bimbingan Mental

Program ini terbagi menjadi dua sesi program :

Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun.
Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja.
Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti
program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.

Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan
memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya.
Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus
untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep
menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami
jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

B. Lingkungan Keluarga:

- Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap
manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal),
dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan
YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan
pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara
anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak
memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang
negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.
Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya
dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih
mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung
atau secara halus, dan seterusnya.

Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan
terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata
pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual
ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan
karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah
membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual
dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang
terimplementasi pada kehidupan sosial.

1.4 Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan


karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah
menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting, ukuran tubuhmu juga
tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting”
karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur
kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai
”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan
yang mampu mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas,
komitmen,kedisipilinan,visioner,dankemandirian.Sejarah memberikan pelajaran yang amat
berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya
yang mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak
belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima
pendapat, dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa
mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu
identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan
konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar
“Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka
bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika
merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu
kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut.
Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol
“Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal,
dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan
ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu
kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis
karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini
tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial,
dan,budayabangsa

“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari


keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika
seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural
yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi
ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan
karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar
kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas
untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan
damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka. (MuktionoWaspodo)

1.5 Pendidikan Karakter yang Berhasil.

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator


oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang
antara lain meliputisebagaiberikut:

1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
2) Memahami kekurangan dan kelebihan dirisendiri.
3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.
4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
dalam lingkup nasional.
5) .Menunjukkan sikap percaya diri.
6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain
secara logis, kritis,dankreatif.
7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
10) Mendeskripsikan gejala alam dan social.
11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.
12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara kesatuan Republik Indonesia.
13) Menghargai karyaseni dan budayanasional.
14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.
15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik.
16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dansantun.
17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
Menghargai adanyaperbedaanpendapat.
18) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.
19) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa
IndonesiadanbahasaInggrissederhana.
20) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.
21) Memilikijiwakewirausahaan.
22) Menunjukkan sikap percaya diri.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya
sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai
tersebut.

1.6 Permasalahan Pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Dalam kegiatan belajar formal ada dua subjek yang berinteraksi, Aaitu pengajarpendidik
$gurudosen% dan peserta didik $ muridsiswa, dan mahasiswa%.Pada saat sekarang ini,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif,dimana seorang pendidik selalu
menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu.*al ini akan menimbulkan kejengahan
terhadap peserta didik. ehingga pembelajaranyang dilakukan menjadi tidak menarik dan
cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah
yang serius dalam dunia pendidikan.;uru  dosen yang berpandangan kuno selalu
menganggap bahwa tugasnya hanyalahmenyampaikan materi, sedangakan tugas
siswamahasiswa adalah mengerti dengan apayang disampaikannya. Bila peserta didik tidak
mengerti, maka itu adalah urusan mereka.(indakan seperti ini merupakan suatu paradigma
kuno yang tidak perlu dipertahankan.Dalam hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya
sebagai penguasa nilai.Pendidik bisa saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan
mempermainkan nilai perolehan murni seorang peserta didik. Pada satu kasus di
pendidikan tinggi, dimanaseorang dosen dapat saja memberikan nilai yang diinginkannya
kepada mahasiswatertentu, tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh
mahasiswatersebut. Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak rele1an.&:

1.7 Penanggulangan Masalah Pembelajaran

Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan


pendidikan di atas.

Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar


baru yang lebih menarik. ;aya belajar dapat dilakukan dalam 0 bentuk, dandilaksanakan
pada saat yang bersamaan. Aaitu belajar secara otomatis, #uditori danisual.

a. Omatis

omatic bersal dari bahasa Aunani, yang berarti tubuh. )adi belajar somatis dapatdisebut
sebagai balajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, danmelibatkan fisik
serta menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar.Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar pada saat ini otak merupkan organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang
dilakukan seperti merupakan kegiatan yangsangat keliru.#nak!anak yang bersifat somatis
tidak akan mampu untuk duduk tenang. Merekaharus menggerakkan tubuh mereka untuk
membuat otak dan pikiran mereka tetaphidup. #nak!anak seperti ini disebut sebagai
+*iperaktif+. Pada sejumlah anak, sifathiperaktif itu normal dan sehat. -amun yang dijumpai
pada anak!anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka tidak mampu dan
tidak tahu caramemperlakukan mereka. #kti1itas anak!anak yang hiperaktif cenderung
dianggapmengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses
pembelajaran.Dalam satu penelitian disebutkan bahwa +jika tubuhmu tidak bergerak,
makaotakmu tidak beranjak+. )adi menghalangi gaya belajar anak somatis
denganmenggunakan tubuh sama halnya dengan menghalangi fungsi pikiran
sepenuhnya.Mungkin dalam beberapa kasus, sistem pendidikan dapat membuat cacat
belajar anak, dan bukan menggangu jalannya pembelajaran.

b. Auditori

Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. (elinga terus menerusmenangkap dan
menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita
berbicara, area penting dalam otak kita akan menjadi aktif.emua pembelajaran yang
memiliki kecenderungan auditori, belajar denganmenggunakan suara dari dialog, membaca
dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori lambat laun
mulai menghilang. eperti adanya peringatan jangan berisik di perpustakaan telah menekan
proses belajar secaraauditori.
c. visual

Ketajaman 1isual merupakan hal yang sangat menonjol bagi sebagian pesertadidik.
#lasaannya adalah bahwa dalam otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi 1isual daripada semua indra yang lain.etiap orang yang cenderung menggunakan
gaya belajar 1isual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang dibicarakan olah
guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara 1isual akan menjadi lebih baik jiak dapat
melihat contoh daridunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran
mengenai suatukonsep pembahasan. Peserta didik yang belajar secara 1isual ini, akan lebih
baik jika merekamenciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya dengan
kreasi merekasendiri.

Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur


suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsungmengajar
apa adanya. #da pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikanmateri pelajaran
yang akan dibahasnya. Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan
kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakanmateri pelajaran menjadi
suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudahdipahami dan diingat oleh
peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting. Dengan komunikasi
seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.Komunikasi yang efektif tidak berarti
pasti dan harus dapat menjangkau.Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan
tanggung jawab dalam prosesmenyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan
informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai permasalahan, yaitu masalah
mengerti dan tidak mengerti. )ika peserta didik tidak mengerti dengan apa yang
disampaikan pendidik,maka tanggung jawab seorang pendidiklah untuk membuat mereka
menjadi lebihmengerti.)ika dulu pendidik dipandang sebagai sumber informasi utama, maka
pada saatsekarang ini pandangan seperti itu perlu disingkirkan. umber!sumber informasi
pada&3
BAB III

Motivasi Belajar

A. Latar Belakang

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik
setelah melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah
satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih peserta didik. Dengan prestasi yang
tinggi, para peserta didik mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor
yang mempengaruhi prestasi peserta didik adalah motivasi. Dengan adanya motivasi,
peserta didik akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi
penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan
salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.

Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi


belajarnya adalah penting karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka
peserta didik akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian
peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena peserta didik tersebut merasa
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Biggs dan
Tefler mengungkapkan motivasi belajar peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi
belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada peserta didik perlu
diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar peserta didik memiliki motivasi belajar yang
kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.

Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat
berperan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar
yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya
yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Oleh karena itu,
dalam proses pengajaran sangat diperlukan.
1. Apa yang dimaksud dengan motivasi.
2. Apa saja jenis-jenis motivasi?
3. Apa saja prinsip motivasi belajar?
4. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar siswa?
B. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan motivasi.
2. Untuk mendeskripsikan apa saja jenis-jenis motivasi.
3. Untuk mendeskripsikan apa saja prinsip motivasi belajar.
4. Untuk mendeskripsikan bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton Alderfer motivasi belajar adalah kecenderungan
peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau
hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar.

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya
rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju
pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008: 75) mendefinisikan motivasi
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua
sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan
bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang
terjadi dipengaruhi oleh lingkungan.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan. Winkel (1983: 270) mendefinisikan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan serta memberi arah
pada kegiatan belajar.

Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan
semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Jadi
peran motivasi bagi peserta didik dalam belajar sangat penting. Dengan adanya motivasi akan
meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan
dalam belajar.
Ciri-ciri peserta didik yang bermotivasi antara lain : 1) tekun dalam menghadapi tugas; 2) ulet dalam
menghadapi kesulitan; 3) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; 4) ingin mendalami
lebih jauh materi yang dipelajari; 5) selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin; 6) menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah; 7) senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan tidak cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin; 8) dapat mempertanggungjawabkan pendapat-pendapatnya; 9)
mengejar tujuan jangka panjang; 10) senang mencari soal dan memecahkan soal.

B. Jenis-Jenis Motivasi

Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi primer dan
motivasi sekunder.

1. Motivasi primer adalah motivasi didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut
umumnya berasal dari segi biologis dan jasmania seseorang. Jenis motivasi ini termasuk memelihara
kesehatan, minum, istirahat, mempertahankan diri, keamanan, membangun dan kawin.
2. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini dapat berupa: kebutuhan
organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan motof-motif sosial seperti
kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.

Motivasi dilihat dari sifatnya, dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang. Motivasi instrinsik
merupakan dorongan agar peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan maksud mencapai
tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri. Motivasi ini terjadi pada saat peserta didik
menyadari pentingnya belajar dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain, atau dengan
kata lain motivasi ini berkenaan dengan kebutuhan belajar peserta didik sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang. Motivasi ini adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat
sesuatu karena dorongan dari luar, misalnya; guru memberikan hadiah, pujian, hukuman,
memberikan angka tinggi terhadap prestasi yang dicapainya, tidak menyalahkan pekerjaan atau
jawaban peserta didik secara terbuka sekalipun pekerjaan atau jawaban tersebut belum
memuaskan, menciptakan suasana belajar yang memberi kepuasan dan kesenangan pada peserta
didik, dsb.

Biggs dan Telfer (dalam Amri. 2013: 26-27) menyatakan bahwa ada empat golongan motivasi belajar
peserta didik, antara lain:

1. Motivasi instrumental: peserta didik belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari
hukuman.
2. Motivasi sosial: peserta didik belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan peserta
didik pada tugas menonjol.
3. Motivasi berprestasi: peserta didik belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah
ditetapkan.
4. Motivasi instrinsik: peserta didik belajar karena keinginanya sendiri.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut pendapat Malcom Brownlee, faktor-faktor mempengaruhi motivasi belajar adalah:

a) Faktor Guru

Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama
kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “kepribadian guru” denga segala ciri tingkat
kedewasaannya dan memiliki kepribadian. Untuk itu perlu dikemukakan dalam pembahasan ini sepuluh
kompetensi guru yang berkaitan erat dengan tugasnya membentuk motivasi belajar siswa di sekolah
antara lain : (1) menguasai bahan atau materi pengajaran, (2) mengelola program belajar mengajar, (3)
Pengelolaan kelas (4) menggunakan Media dan sumber belajar (5) menguasai landasan-landasan
kependidikan (6) mengelola interaksi belajar-mengajar (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran (8) mengenal fungsi dan program bimbingan & penyuluhan (9) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah (10) mengenal prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna kepentingan pengajaran

b) Faktor Orangtua

Faktor orangtua dalam keluarga sangat menentukan juga karena mereka adalah mitra para guru dalam
bekerja bersama-sama untuk tujuan tersebut. Orangtua tidak cukup puas hanya menyerahkan urusan
dan tanggung jawab ini pada guru.

c) Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat tempat berdomisili siswa menajadi unsur yang turut dipetimbangkan
dalam proses pembentukan motivasi siswa, karena siswa juga adalah bagian ataupun warga dari suatu
masyarakat. Malcom Brownlee mengemukakan konsep yang memperlihatkan ketergantungan ini dengan
mengemukakan “Manusia dalam masyarakat dan masyarakat dalam manusia.” Lebih lanjut dijelaskan
bahwa konsep manusia dalam masyarakat mengisyaratkan ketergantungan bahwa individu sebagai
bagian dalam komunitas yang mmiliki sistim nilai sosial yang saling mengikat dan mempengaruhi setiap
individu yang hidup bersama dalam sebuah komunitas, baik komunitas masyarakat kota ataupun
masyarakat desa dan atau kelompok belajar seperti siswa pada suatu sekolah.

D. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena
itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasibelajar siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.

a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa
terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya
dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan
semakin kuat motivasi belajar. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
b) Membangkitkan minat siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu,
mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi
belajar. Salah satu cara yang logis untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan
pengalaman belajar dengan minat siswa. Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat
penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi
mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa
mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi
instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Anni, dkk., 2006:186).

c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa
aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari
rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

d) Menggunakan Variasi Metode Penyajian yang Menarik

Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa- siswa. Sesuatu informasi
yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa
sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi
mereka untuk belajar. Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangitkan rasa ingin tahu
siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.
Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran
yang menarik, dan juga penggunaan variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membangkitkan
minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu,
demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wisata, dan lainnya
(Anni, dkk., 2006:186-187 : Hamalik, 2009:168).

e) Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat
dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena
pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Hamalik, 2009:167). Namun pujian harus sesuai dengan hasil
kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah
pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan
kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2006:152).

f) Berikan penilaian

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat.
Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus
dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.

Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak memiliki
kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat
tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti
dan seksama (Hamalik, 2009:168).
g) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif.
Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya
dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang
positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera, maupun tugas-tugas
yang berlangsung terus menerus . Sebaliknya pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam
belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek.

h) Ciptakan persaingan dan kerjasama

Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses
pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Namun demikian,
persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yeng memang dirasakan tidak
mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk
menciptakan persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar siswa lebih banyak pengaruh buruknya
daripada baiknya terhadap perkembangan kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri dapat
dilakukan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan yang
telah diucapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada pada waktuberikutnya. Misalnya guru
membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar siswa. Untuk mengembangkan motivasi belajar,
guru harus berusaha membentuk kebiasaan siswanya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan
perhatian lebih lama dan bekerja keras. Oleh karena itu,usaha dan perhatian guru yang besar lebih
diperlukan untuk membimbing siswa-siswa yang memiliki pencapaian rendah agar mereka memiliki
motivasi belajar yang baik.

Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar diatas, adakalanya motivasi itu juga
dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran
dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang. Namun, teknik-teknik semacam itu
hanya bisa digunakan dalam kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi
dengan cara-cara negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-
cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

E. Motivasi dalam Belajar

Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang instrinsik, atau
ekstrinsik. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan
anggota masyarakatlai. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9
tahun pada usia wajib belajar. Orangtua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

1. Unsur-unsur yang mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut
ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar,
pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari
segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar.
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh
kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca
majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indera untuk mengucap kata. Keberhasilan
mengucap kata dari symbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas membaca.
(Monks, 1989; Singgih Gunarsa, 1990).

a) Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan
makanan yang lezat, berebut permainan, dan lain sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita
dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-
cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan
semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan
berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu singkat, sedangkan kemauan dapat berlangsung dalam
waktu yang lama. Kemauan telah disertai dengan penghitungan dengan akal sehat. Cita-cita dapat
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya cita-cita akan memwujudkan aktualisasi
diri. (Monks, 1989: 241-260; Schein, 1991: Singgih Gunarsa, 1990: 183-199).

b) Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-
tugas perkembangan.

c) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang
sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa
yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah menguatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi
jasmani dan rohani siswa akan berpengaruh pada motivasi belajar.

d) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan
kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian
antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Oleh sebab itu, kondisi lingkungan sekolah yang
sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman,
tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat
pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku
belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga
mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan
film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Oleh
sebab itu, guru professional diharapkan mampu memanfaatkan semua itu agar tercipta kondisi dinamis
yang bagus bagi pembelajaran dan untuk memotivasi belajar.

f) Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Guru adalah seorang pendidik yang professional dan juga seorang pendidik yang berkembang. Tugas
profesionalnyha mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan
memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya
membelajarkan siswa. Partisipasi dan teladan perilaku yang baik merupakan salah satu upaya
membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya
pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:

 Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah


 Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan
 Membina belajar tertib pergaulan
 Membina belajar tertib lingkungan sekolah.
 Disamping itu, upaya pembelajaran secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya meliputi:
 Pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar
 Pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna
 Mendidik cinta belajar.

Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar
sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda lainnya.
Guru professional dituntut menjalin kerja sama pendagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.
Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerjasama sekolah dan luar sekolah.

2. Upaya meningkatkan Motivasi Belajar

Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku. Seorang anak yang membaca iklan surat kabar dengan
keinginan mencari sekolah yang benar, akan memperoleh kepuasan karena ia memperoleh informasi
yang benar. Perilaku membaca pada anak “pencari informasi sekolah” berbeda dengan perilaku
membaca kedua anak tersebut berbeda. Demikian halnya dengan motif belajar pada siswa yang sedang
membaca buku pelajaran. Membaca dengan motivasi “mencari sesuatu”. Guru di sekolah menghadapi
banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru mengingatkan
motivasi belajar cukup banyak.

a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Perilaku belajar di sekolah telah menjadi pola umum. Dari segi perkembangan, ada siswa yang semula
hanya ikut-ikutan, suka bermain, belum mengerti faedah belajar. Dengan tugas-tugas sekolahnya,
kemudian mereka mulai menyenangi belajar. Bermain-main merupakan hal yang menyenangkan bagi
bagian besar siswa. Siswa akan menyadari bahwa bermain, belajar sungguh-sungguh, pemberian
motivasi belajar, belajar giat, istirahat, belajar lagi, dan kemudian bekerja adalah pola perilaku kehidupan
yang wajar bagi anggot amasyarakat.
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat
membelajarkan, atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan:

 Guru telah mempelajari bahan pelajaran


 Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar
 Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan
 Guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.

b) Optimalisasi unsur dinamis belajar dam pembelajaran

Seorang siswa akan belajar dengan seutuh pribadinya. Peranan kemauan, pikiran, perhatian, fantasi,
dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian ketertujuan tersebut tidak
selamanya berjalan lancar. Ketidaksejajaran tersebut disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya,
ataupun naik turunnya energy jiwa. Pada suatu saat perasaan siswa kecewa, dan akibatnya kemauan
belajar menurun. Atau walaupun perasaannya kecewa, ia dapat mengatasinya, dan kemuan dan
semangat belajar diperkuat. Sebaliknya, lingkungan yang berupa teman belajar, surat kabar, radio,
majalah, televise, guru, orangtua juga akan memperngaruhinya. Ada teman belajar yang putus asa, ada
pula yang tegar. Unsur-unsur lingkungan tersebut ada yang mendorong, da nada pula yang menghambat
kegiatan belajar. Keputusan akan belajar giat, ataupun menangguhkan belajar, ada pada diri siswa
sendiri.

Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan
waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang menilai kesempatan belajar. Oleh karena itu, guru
dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di
lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ø Memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya
2. Ø Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar
3. Ø Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa
untuk beraktualisasi diri dalam belajar
4. Ø Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, media-media yang menggangu
pemusatan perhatian belajar harus dicegah
5. Ø Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar;
pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
6. Ø Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi
segala hambatan

c) Optomalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Perilaku belajar setiap hari
bertolak dari jadwal pelajaran sekolah.

Guru adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami
dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau tingkat
kesukaran pengalaman belajar, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. “bantuan mengatasi
kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman
belajar dan kemapuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan
pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Ø Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat
hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut selanjutnya diserahkan kepada guru
2. Ø Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
3. Ø Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkannya
4. Ø Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidik keberanian mengatasi kesukaran
5. Ø Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran
6. Ø Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu
rekan-rekannya yang mengalami kesukaran
7. Ø Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri

F. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

A. Memberi angka

Angka dimaksud adalah simbol atau nilai dari hasil akivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat
motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan
lebih meningkatkan prestasi belajar di masa mendatang.

B. Hadiah

Hadiah dapat membuat siswa termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik. Hadiah tersebut dapat
digunakan orang tua atau guru untuk memacu belajar siswa.

C. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan saingan
atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.

D. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

E. Memberi ulangan

Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Siswa biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi
ulangan.Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi siswa
agar lebih giat belajar juga merupakan sarana motivasi.

F. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil
belajar yang meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan hasilnya akan terus
meningkat.

G. Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian
untuk memuji keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah Dengan pujian yang tepat
akan memupuk suasana menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.

H. Hukuman

Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan
merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.

I. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar
merupakan potensi yang ada dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar hasrat untuk
belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar.

J. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata
pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses belajar
akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan :membandingkan
adanya kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau, memberi
kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam metode menggajar.

K. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang cukup penting.
Dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah ntuk belajar.

G. Ciri atau karakteristik anak yang memiliki motivasi dalam belajar

Tinggi rendahnya motivasi belajar menunjukkan pada perbedaan kecenderungan individu dalam
berusaha untuk meraih suatu prestasi. Karakteristik individu yang memiliki motivasi belajar tinggi,
Ibrahim (Nisriyana, 2007: 25) :

1. Senang bekerja keras unuk mencapai keberhasilan.


2. Selalu khawatir mengalami kegagalan
3. Cenderung bertindak atau menetapkan suatu pilihan yang realistis.
4. Senang berkompetisi yang sehat
5. Bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya.
Terdapat enam karakteristik siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menurut Sudjana (Farozin,
2011:57), yaitu :

1. Kesenangan atau kenikmatan untuk belajar, berarti menaruh perhatian dan minat terhadap
kegiatan-kegiatan belajar dan merasa senang mengarjakan tugas-tugas sekolah dan rumah.
2. Orientasi terhadap penguasaan materi, suatu kemampuan yang dimiliki siswa dalam menguasai
materi-materi yang didapat di kelas.
3. Hasrat ingin tahu, keinginan siswa dalam mencari hal-hal baru.
4. Keuletan dalam mengerjakan tugas, siswa memusatkan sepenuhnya untuk menyelesaikan tugas dan
tidak mudah menyerah atau putus asa.
5. Keterlibatan pada tugas, siswa tekun dalam mengerjakan tugas, berkonsentrasi pada tugas dan
meluangkan waktu untuk belajar.
6. Orientasi terhadap tugas-tugas yang menantang, sulit dan baru.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan pendidikan di Indonesia sangat dinamis dan mengalami berbagai perubahan. Hal itu
meluputi sistem hingga kebijakan sesuai dengan eranya masing-masing.

Meskipun begitu sejatinya adanya pendidikan mempunyai peran dan mafaat yang sama yaitu mencetak
generasi bangsa yang lebih baik dan berkualitas dalam rangka memenuhi permintaan pasar dan
menjawab tantang yang ada.

1. Motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang
memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki.
2. Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi primer dan
motivasi sekunder. Motivasi dilihat dari sifatnya, dibedakan menjadi dua, yaitu: motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik.
3. Motivasi memiliki beberapa prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip dasar
tersebut yaitu: Pujian lebih efektif dari pada hukuman; Pemahaman yang jelas terhadap tujuan akan
merangsang motivasi; Semua peserta didik mempunyai kebutuhan psikologis tertentu yang harus
mendapat kepuasan; Motivasi yang berasal dari dalam individe lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar; Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas peserta didik.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar, yaitu:
memperjelas tujuan yang ingin dicapai membangkitkan minat siswa, ciptakan suasana yang
menyenangkan, dalam belajar menggunakan variasi metode penyajian yang menarik, berilah pujian yang
wajar setiap keberhasilan siswa berikan penilaian, ciptakan persaingan dan kerjasama dan berilah
komentar terhadap hasil pekerjaan.

B. SARAN

Terkait dengan hal tersebut, saya menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti berikut ini :

1. Menciptakan alat peraga sederhana agar pembelajaran dapat dilakukan dengan luas sehingga
tercipta guru guru yang profesional.
2. Untuk pengembangan dan pengadaan media pendidikan (alat peraga) maka dapat
mengimplementasikan eksistensi manajemen dan Gugus sekolah.
3. Penulis juga mengharapkan kkritik dan saran dalam penulisan makalah dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai