Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat
2. Mandiri
Menggambarkan semangat Guru Penggerak untuk terus belajar sepanjang hayat. Ini juga berarti
seorang Guru Penggerak harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta
berkenan mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Guru Penggerak
yang mandiri termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang
ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain.
Nilai – nilai Guru Penggerak
3. Reflektif
Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak memanfaatkan pengalaman-
pengalaman yang dilalui sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan sesama
dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu
ke waktu. Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif, memiliki daya saing yang tinggi
karena mereka sadar akan hakikat persaingan. Mereka akan bersaing dengan potensi dan
upaya diri mereka sendiri.
4. Kolaboratif
Guru Penggerak mampu senantiasa membangun daya sanding. Mereka memperhatikan
pentingnya kesaling tergantungan yang positif terhadap seluruh pihak pemangku
kepentingan yang berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (contoh: orang tua
murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru Penggerak
diharapkan mampu mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya
keberpihakan pada murid.
Nilai – nilai Guru Penggerak
5. Inovatif
Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan
demikian, nilai inovatif ini juga mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-
royong) dan pemberdayaan aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi
bersama.
Peran Guru Penggerak
1. Pemimpin Pembelajaran
Guru Penggerak dapat menjalankan filosofi among KHD : Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi
teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru), Ing Madya Mangun Karsa
(memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan,
tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri
Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif
lain agar orang lain bertumbuh dan maju).
1.4. BUDAYA POSITIF
1. Mulai Dari Diri : Mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di sekolah. Mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing
dapat menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan
filosofi Ki Hadjar Dewantara.
2. Ekplorasi Konsep : Pemahaman tentang Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,
Restitusi,
3. Ruang Kolaborasi : CGP dapat menganalisis kasus-kasus yang disediakan berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif
bersama CGP lain dalam Komunitas Praktisi serta CGP dapat mempresentasikan hasil analisis studi kasus berdasarkan konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif.
4. Demonstrasi Kontektual : CGP dapat mempraktikan pemahaman mereka tentang penerapan segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.
5. Elaborasi Pemahaman : mengelaborasi pemahaman kita mengenai budaya positif. Namun sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama
instruktur, Anda diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Budaya Positif yang masih ingin digali lebih lanjut
pada aktivitas ini.
6. Koneksi Antar Materi : memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3. serta CGP dapat menyusun
langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.
7. Aksi Nyata : CGP dapat menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari modul budaya positif serta pemahaman mereka
mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.