Anda di halaman 1dari 12

Makalah Bimbingan anak berbakat

“MODEL PROGRAM PENDIDIKAN DINI ANAK BERBAKAT ”

Dosen Pengampu:

Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons.

Disusun oleh:
Kelompok 7
1. ADITYA FAHRUL (20006122)
2. Afifah Sakinah Nasution ( 20006123 )
3. Yunidar (20006121)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hantarkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat beserta salam juga kami
hantarkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapat syafaat
Beliau di Yaumil Akhir kelak. Amin ya Robbal ‘Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Bimbingan anak berbakat, dengan judul makalah “MODEL PROGRAM PENDIDIKAN
DINI ANAK BERBAKAT ”

Kami ucapkan terima kasih kepada ibuk Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. selaku dosen
pengajar dan kepada teman-teman anggota kelompok yang sudah membantu dalam penulisan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih dapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, besar harapan kami agar teman-teman berkenan memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta wawasan bagi
kita semua dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, 12 Oktober 2021

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………...……………………............................………………1

Kata Pengantar ……………………………...…………………………………………………2

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………3

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………4

A. Latar Belakang ……..………...………………………….…………………………….4


B. Rumusan Masalah……….……………………………………………………………..4
C. Tujuan……...….…….…………………………………………………………………4

BAB II Pembahasan…………………………………………………………………………...5

A. Orientasi pada Bahan Pelajaran.......………..……….………….……….…….............5


B. Orientasi pada tujuan……………………………………………….………………….6
C. Orientasi pada Ketrampilan Proses.…………………….. ………….………….…......9

BAB III Penutup…………………………………………………...………………....…........11

A. Kesimpulan………………………………………………………………….….…….11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..….………12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang
sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan yang di selanggarakan di
Indonesia merupakan realisasi dari salah satu didirikannya Negara Indonesia, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan akan lahir manusia-manusia yang
mampu memberikan sumbangan pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.
Permasalahan saat ini metode yang beragam dan banyak ditawarkan oleh lembaga
pendidikan anak usia dini belum tentu cocok untuk anak.
Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena
memilikikemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.
Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuankemampuan yang
unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya
yaitu cerdas, cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, gifted, gifted and
talented, dan super.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana The Autonomous Mode?
2. Bagaimana Enrichmen Model?
3. Bagaimana Model The Integrative education?

C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami The Autonomous Mode.
2. Mahasiswa memahami Enrichmen Model.
3. Mahasiswa memahami Model The Integrative education.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Autonomous Learner


1. Pengertian Model Pembelajaran Autonomous Learner
Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain,
model juga berarti pola yang menjadi contoh acuan. Sedangkan pembelajaran
merupakan sebuah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa
dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Jadi, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Autonomous Learner (pembelajar mandiri) adalah mereka yang mampu
menyelesaikan masalah atau mengembangkan gagasangagasan baru dengan
mengkombinasikan cara berpikir divergen dan konvergen tanpa terlalu banyak dibantu
orang luar untuk memilih bidang-bidang tindakan yang dikehendakinya.
Pembelajar (Learner) adalah orang yang belajar. Sedangkan mandiri adalah sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas. Dalam keluarga, kemandirian (selfreliance) adalah sifat yang harus dibentuk
oleh orang tua dalam membangun kepribadian anak-anak mereka. Anak yang mandiri
adalah anak yang aktif, independen, kreatif, kompenten, dan spontan. Dengan ini
tampak bahwa sifat-sifat itupun ada pada anak yang percaya diri (self-confidence).
Namun, ada hal yang membedakannya. Mandiri mempunyai konsep yang lebih luas
daripada percaya diri. Sementara percaya diri itu berhubungan dengan kemampuan-
kemampuan dan sifat-sifat spesifik yang orang dapat punyai, mandiri itu merujuk pada
percaya diri yang orang punyai dalam sumber-sumber yang ada pada dirinya untuk
berhadapan dengan situasi apa saja.
Dengan demikian, orang yang mandiri adalah orang yang cukup-diri (self-
sufficient). Yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara independen, tidak

5
perlu bantuan orang lain, tidak menolak risiko dan bisa memecahkan masalah, bukan
hanya khawatir tentang masalah-masalah yang dihadapinnya. Orang seperti itu akan
percaya pada keputusannya sendiri, jarang membutuhkan orang lain untuk meminta
pendapat atau bimbingan orag lain. Orang yang mandiri dapat menguasai
kehidupannya sendiri dan dapat menangani apa saja dari kehidupan ini yang dihadapi.

B. Model Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)


Standar nasioanal pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran
ditetapkan dalam standar ini (SI) memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu.
Dalam rangka memantau peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi
lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang
dijumpai adanya peserta didik yang memerlukan tantangan terlebih untuk mengoptimalkan
perkembangan prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan
fisik dan sebagainya. untuk mengantisiapasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik
tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran
pengayaan.

1) Hakikat Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)

6
Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki
kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan
minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan
keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran
pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan
lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai
kapasitas optimal dalam belajarnya.
Program pengayaan (enrichment), berbagai mata ajaran harus dikuasai terlebih
dahulu. Artinya, anak-anak gifted diperlukan program compacting mata pelajaran
reguler. Hal ini dimaksudkan agar dalam program pengayaan, si anak melakukan
pendalaman dan perluasan, ia sudah menguasai dasar-dasar teori terlebih dahulu.
2) Jenis Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan yaitu:
a) Kegiatan eksploratoris yang bersifat umum yang dirancang dan disajikan kepada
peserta didik. sajian yang dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh
masyarakat dan sebagainya, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum.
b) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri.
c) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah.

7
3) Bentuk Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan antara lain
melalui:
a) Belajar kelompok. Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil
menunggu teman-temannya yang mengikuti pembelajaran remidial karena belum
mencapai ketuntasan.
b) Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati.
c) Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum dibawah tema besar sehingga
peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
d) Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/ materi
yang belum diketahui peserta didik. dengan demikian tersedia waktu bagi peserta
didik untuk memperoleh kompetensi/ materi baru, atau bekerja dalam proyek
secara mandiri sesuai kapasitas atau kapabilitas masing-masing. Perlu dijelaskan
bahwa panduan penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama terkait
dengan pembelajaran pengayaan dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam
pelajaran sekolah biasa. Namun demikian kegiatan pembelajaran pengayaan dapat
pula dikaitkan dengan kegiatan tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Sekolah dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan
kecerdasan dalam bentuk kegiatan pengembangan diri dengan spesifikasi
pengayaan kompetensi tertentu, misalnya untuk bidang sains. Pembelajaran seperti
ini diselenggarakan untuk membantu peserta didik mempersiapkan diri untuk
mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun internasional. Sebagai bagian
integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan tidak lepas kaitannya
dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kagiatan pengayaan tentu tidak sama
dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio dan
harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.

8
C. Model integrative education dari Clark (1986)
Didasarkan atas riset tentang otak/ pikiran dari daawarsa terakhir. Titik pusatnya
adalah pada fungsi alam pikiran sepenuhnya dari individu dan bertujuan membantu siswa
menggunakan semua kemampuan mereka dalam belajar.
Kekuatan dari model ini ialah pendekatanya yang terpadu dalam belajar, melihat
siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi yang
mempengaruhi kinerja. Cara seorang siswa mereka akan mempengaruhi cara berpikirnya,
dan juga sebaliknya. Model pendidikan integratif oleh Clark digambarkan seperti sebuah
lingkaran yang dibagi menjadi 4 bagian. Setiap bagian menampilkan suatu fungsi dari otak
yang berinteraksi dan mendukung fungsi-fungsi lain jika siswa belajar. Keempat fungsi
tersebut ialah (Munandar, 2014) :
1. Fungsi berpikir (Kognitif)
2. Fungsi perasaan atau emosi (Afektif)
3. Fungsi fisik (Pengindraan)
4. Fungsi firasat (mempunyai insight, kreatif)
Setelah memahami dari pembelajaran yang diusung oleh Clark, dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran anak berbakat di tataran anak usia dini.
Pembelajaran ini dapat disebut dengan "Permainan Strategi". Anak nantinya akan dituntut
untuk memikirkan strategi sesuai dengan klu yang guru berikan. Seperti apakah bentuk
pembelajaranya, yuk simak penjelasanya.
Nama permainan adalah "Temukan Aku" permainan ini ditujukan untuk anak
berbakat di usia 4-6 tahun. Cara bermainnya sebagai berikut :
 Anak dibagi menjadi beberapa grup.
 Guru memberikan klu awal "Temukan Aku, aku berada di lapagan, aku berbentuk
bulat"
 Atau guru memberi klu sesuai barang yang harus dicari oleh anak.
 Peserta harus mencari sesuai dengan klu yang diberikan. Kemuadian mendapat klu
lanjutan.
 Guru memberi klu sambil menjaga barang yang diintruksi awal. "Temukan aku,
aku berada di dalam kelas, aku digunakan untuk menulis"

9
 Setelah melewati dua klu tersebut, peserta mendapat perintah akhir yaitu
menuliskan warna barang yang dibawa saat klu awal dan mendeskripsikanya.
 Grup yang sampai duluan lah yang menang.
Dalam permainan ini, diharapkan anak mengembangkan kreativitasnya, ketangkasan, serta
strategi dalam berkelompok. Bahan dan juga alat yang diperlukan :
 Barang yang harus dicari anak : bola plastik, mainan, dan lain-lain (usahakan yang
memiliki warna-warna cerah)
 Spidol untuk menulis di papan.
Dalam permainan ini, sesuai dengan teori clark, anak mengembngkan :
 Kognitif : yaitu dengan menerka barang yang akan dicari pada klu awal
 Afektif : bekerjasama dengan teman sekelompok.
 Fungsi fisik : melaksanakan klu yaitu mencari barang.
 Fungsi firasat : anak menuliskan barang yang dipegang dan mendeskripsikan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Autonomous Learner (pembelajar mandiri) adalah mereka yang mampu


menyelesaikan masalah atau mengembangkan gagasan - gagasan baru dengan
mengkombinasikan cara berpikir divergen dan konvergen tanpa terlalu banyak dibantu
orang luar untuk memilih bidang-bidang tindakan yang dikehendakinya.

Model Pembelajaran Pengayaan (Enrichment). Pembelajaran pengayaan


memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan
tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal
dalam belajarnya. pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan
berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi,
penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak.

Model integrative education dari Clark (1986). Didasarkan atas riset tentang otak/
pikiran dari dasawarsa terakhir. Titik pusatnya adalah pada fungsi alam pikiran sepenuhnya
dari individu dan bertujuan membantu siswa menggunakan semua kemampuan mereka
dalam belajar. kekuatan dari model ini ialah pendekatannya yang terpadu dalam belajar,
melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem
interaksi yang mempengaruhi kinerja.dan cara seorang siswa mereka mempengaruhi cara
berpikirnya

11
DAFTAR PUSTAKA

Munandar, U. (2014). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.


Kanafi, I. (2021). Kunci Sukses Menjadi Manusia: Refleksi Filosofis-Sufistik Kehidupan
Praktis.
Nadhiroh, Q. (2016). IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUTONOMOUS
LEARNER DALAM MENGEMBANGAKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA
MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MA MAFATIHUL AKHLAQ
DEMANGAN TAHUNAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 (Doctoral
dissertation, STAIN kudus).

12

Anda mungkin juga menyukai