Anda di halaman 1dari 10

PERAN PENDIDIKAN QUR’ANI DALAM MENCETAK GENERASI RABBANI DI

ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Afiya Khoirina
Mahasiswi PAI 2A IAIN Salatiga
afiyakhoirina28@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas mengenai peran pendidikan qur’ani dalam mencetak generasi
rabbani di era revolusi industri 4.0. Pada dasarnya konsep pendidikan merupakan
pemahaman yang berangkat dari teori dasar pendidikan Islamiyah yang sumbernya dari
Al-qur’an dan Sunnah rasulullah. Menapaktilasi perjalanan sahabat dan tabi’in, serta
para pembaharu Islam dan para tokoh Islam yang menginginkan terbentuknya generasi
muslim yang benar benar memahami Islam secara Kafaah. Seorang muslim haruslah
memperhatikan segala aspek dalam Islam. Tonggak pendidikan Islam menjadi landasan
menciptkan generasi rabbani yang sesuai dengan prinsip alamiyah, prinsip yang
bersumber dari Al-qur’an dan assunnah, prinsip insaniyah, prinsip integralitas, dan
juga prinsip komprehensif. Di era revolusi industri ini, perlu adanya generasi rabbani
yang tangguh, mengingat banyaknya tantangan, perubahan dan persaingan kini dan
dimasa depan. Perlunya peran pendidikan Al-qur’an yang intensif guna mewujudkan
generasi yang tangguh, bukan generasi yang lemah, baik lemah dari segi kesehatan,
kesejahteraan, maupun ilmunya. Salah satu upaya sadar membangun generasi yang
tanggh adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
mengacu pada pendidikan Al-qur’an karena merupakan salah satu pokok dalam Islam,
agar anak dididik dan dibesarkan dalam nuansa fitrah yang putih lagi bersih.
Key-words: Pendidikan qur’ani, Generasi Rabbani, Revolusi Industri 4.0

Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu tumpuan harapan bagi umat muslimin untuk dapat
meningkatkan harkat dan martabat. Sejak hari pertama, Islam telah mendorong literasi
dan pendidikan, bahkan dalam kitab suci Al-qur’an, Allah berulang kali menekankan
pentingnya pendidikan. Pentingnya pendidikan berdasar fakta, bahwa nabi Muhammad
menjadikan pendidikan sebagai bagian integral dari Islam.
Dalam hal pendidikan, Islam mengharuskan seseorang mendapat pendidikan
dan keharusan menuntut ilmu sepanjang hayat. Bahkan menurut Quraish Shihab yang
mendahului gagasan life long education yang dipelopori Paul Lengrand dalam
bukunya an introduction to life long Education, yakni Pendidikan itu dari buaian
sampai liang lahat.
Dizaman dulu, umat Islam pernah mengalami kejayaan dibidang ilmu
pengetahuan bukan saja dalam ilmu agama. Sejumlah tokoh tokoh terkemuka dunia
bahkan lahir dari rahim kaum muslimin. Melalui pendidikan Islam, transmisi dan
sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya hingga terlihat seperti
ini. 1Hal tersebut tida mungkin dapat dipsahkan dari Al-qur’an yang lebih dari 750
ayat yang didalamnya dijadikan sebagai rujukan ilmu pengetahuan..2
Menurut Ibnu Khaldun, pendidikan Al-quran merupakan fondasi seluruh
kurikulum pendidikan didunia Islam, karena Al-qur’an merupak syiar agama yang
mampu mengokohkan akidah dan juga keimanan.3 Penting sekali menanamkan
pendidikan Al-qur’an sejak lahir bahkan saat masih dalam kandungan, hal tersebut
menjadikan fitrah suci anak sejak kecil terlestarikan.
Pendidikan Al-qur’an tidak sekedar dilakukan dalam institusi pendidikan Islam
seperti madrasah dan pesantren, melainan juga dilaksanakan terus menerus, sehingga
pendidikan yang berlangsung bagi umat Islam tidak bercirikan sekuler, yakni
memisahkan antara jiwa dan akal. Sehingga hasilnya adalah para pemuda, sarjanawan
yang sebatas menguasai bidang studinya saja, namun jahil terhadap agama, Memiliki
IPK yang tinggi, namun tidak linier dengan akhlak dan adabnya. Kita sekarang hidup
dizaman yang berkembang dan bertransformasi semakin canggih dengan teknologi
yang semakin hari semakin bertambah kecanggihaya. Untuk itu perlu adanya
transformasi pula para generasi muslim, baik dalam pemikiran, gaya hidup atau
bahkan berislamnya.
Para Milenial muda muslim haruslah berislam modern, berislam bukan teroris,
tapi mereka terbuka dalam bergaul, hidup berpendidikan tinggi, kreatif dan survive
dalam dunia modern karena mereka hidup di jantung modernitas dunia, namun yang
tidak kalah penting adalah mereka tetap menanamkan dan membumikan Al-qur’an
guna terus memompa semangat dalam berkarya, berinovasi agar berkualitas dan juga

1Abidin Nata, Tokoh-tokoh pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2005) hlm. 1.

2Ahmad Sastra, Filosofi Pendidikan Islam, (Bogor: Darul Muttaqien Press, 2014)hlm. 101

3Ibnu Khaldun, Al Muqoddimah, (Jakaarta: Pustaka Firdaus, 2000)hlm. 1


untuk mengantisipasi pengabrasian akhlak, moral yang disebabkan adanya dampak
Revolusi industry 4.0.
Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan mengenai bagaimana peran
pendidikan Al-qur’an dalam mencetak generasi rabbani di era revolusi industri 4.0.
Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskripsi analitis, yakni metode yang didalamnya
mengungkapkan sesuatu yang fakta atau menguraikan data yang
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dan penganalisaan
melalui pendekatan studi pustaka (library research). Dalam tahapan
ini, peneliti berusaha mencari, membaca, menelaah, memeriksa dan
menyeleksi data-data (buku), jurnal ilmiah dan jurnal online yang
pastinya memiliki korelasi yang sesuai. Dalam penulisan ini
menggunakan analisis dengan memaparkan dibalik teks ada makna
konteks atau dibalik makna tersurat ada arti tersurat jika diartikan
secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi.
Langkah metode ini dimaksud untuk menangkap arti, nilai dan
maksud pendidikan bermutu dan berkualitas sebagai akses menuju
sumber manusia daya yang berintegritas. Dengan metode ini akan
dilakukan analisis data dan pengolahan secara ilmiah tentang isi
tulisan Peran pendidikan qur’ani dalam mencetak generasi rabbani di era revolusi
industri 4.0

Pembahasan
Pendidikan Qur’ani
Pendidikan merupakan sebuah proses yang mencakup tiga dimensi, yakni
individu, masyarakat, atau komunitas nasional dari individu tersebut dan seluruh
kandungan realitas yang menentukan sifat, nasib, bentuk, manusia, juga masyarakat.
Ditinjau dari asal kata dalam bahasa inggris, istilah pendidikan, terutama
dalam pendidikan formal dikenal dengan nama education, berasal dari kata to educate
yang berarti mengasuh, mendidik. Dalam Dictionari of education adalah kumpulan
proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan sikap, dan bentuk tingkah laku
positif di dalam masyarakat.4
4Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, 2018) hlm. 1
Sugihartono memberi pengertian mengenai pendidikan, yakni merupakan
usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku
manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.5
Sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.6
Menurut istilah Marimba, pendidikan adalah bimbingan ataau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.7 Definisi ini sesuai dengan Undang-undang
Sisdiknas No 20 Tahun 2003.
Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term tarbiyah,
ta’dib dan ta’lim. Adapun yang paling populer adalah tarbiyah. Kata tarbiyah sendiri
berasal dari kata raba, yarbu, tarbiyatan yang berarti bertambah dan berkembang.8
Secara umum, tarbiyah dari akar kata rabb yang dimaknai dengan proses mengarahkan,
menuntun, dan memelihara peserta didik agar tumbuh menjadi manusia dewasa,
bertambah ilmu dan keterampilanya serta baik akhlaknya sehingg mampu menunaikan
tujuan, fungsi, dan tugas penciptanya oleh Allah Swt. 9
Kata Al-qur’an berasal dari kata “Qara’a” yang berarti bacaan. Secara
terminology Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi terakhir,
Muhammad SAW yang disampaikan melalui perantara malaikat Jibril, tertulis dalam
mushafnya dan disampaikan kepada manusia secara mutawattir, bernilai ibadah bagi
yang membacanya, yang diawali dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An-
nass.10
Al-qur’an merupakan kitab pendidikan. Demikian term yang menggema setiap
pemikiran para sarjana dan umat Islam pada umumnya, ia merupakan sumber pedoman
utama bagi setiap Muslim dalam melaksanakan aktivitas kependidikanya, karena

5Muhammad Irham & Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan, Cet 2, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017)
hlm. 19

6Dalyono, Psikologi pendidikan, Cet. 1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 4

7Ahmad D, Marimba, pengantar filsafat pendidikan Islam, (Bandung: PT Al Maarif Bandung, 1986)hlm. 19

8Novan Ardy Wiyani, Manajemen Program Pembiasaan Bagi Anak Usia Dini, Cet. 1 (Yogyakarta: Gava
Media, 2018) hlm. 29

9Al-Rasyidin, falsafah pendidikan Islami (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008)hlm. 109

10Toto Saryana, Pendidikan Agama Islam untuk perguruan Tinggi(Bandung: tiga mutiara, 2011)hlm.5
didalmnya mengandung nilai nilai luhur bagi pengembangan potensi dan kepribadian
manusia agar menjadi insane kamil sebagai manifestasi dari peranya sebagai khalifah
dibumi. Al-qur’an sebagai sumber rujukan utama hampir dua per tiganya mengandung
motivasi kependidikan bagi umat manusia.11
Jadi dapat dipahami, bahwa pendidikan Al-qur’an adalah proses
mengarahkan, menuntun, dan memelihara peserta didik agar tumbuh menjadi manusia
dewasa, bertambah ilmu dan keterampilanya serta baik akhlaknya sehingga mampu
menunaikan tujuan, fungsi, dan tugas penciptanya oleh Allah Swt yang sesuai dengan
Al-qur’an yang merupakan kitab suci pendidikan.
Berdasarkan fakta sejarah, ayat Al-qur’an yang pertama kali diturunkan Allah
tentang perintah membaca yang sangat berhubungan erat dengan dasar pembentukan
dari suatu proses pendidikan. Hal ini tercermin dari turunya wahyu pertama yang
termaktub dalam misi dakwah yang dilakukan, bimbingan dan bekal yang Allah berikan
kepada nabi Muhammad SAW, tertera dalam QS 96:1-5.

‫( اسققرسأ قوقربَب ق‬2) ‫ق‬


(3) ‫ك اسلقسكقرمم‬ ‫ق ا س ذلسنقساِقن ذمسن قعلق ق‬ ‫اسققرسأ ذباِسسذم قربب ق‬
‫ك اللذذيِ قخلق ق‬
‫( قخلق ق‬1) ‫ق‬
(5) ‫( قعللقم ا س ذلسنقساِقن قماِ لقسم يقسعلقسم‬4) ‫اللذذيِ قعللقم ذباِسلققلقذم‬
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,(1) Dia telah
menciptakan manusia dari 'Alaq(2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah(3)
Yang mengajar manusia dengan pena(4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya(5).
Secara Implisit ayat tersebut mengajarkan umat manusia untuk membaca
apapun, selama bacaan tersebut bi ismi rabbik, yang berarti bermanfaat bagi manusia
dan untuk kemanusiaan.12Berkaitan dengan isyarat ayat-ayat Al-qur’an dengan
pendidikan, Quraish Shihab mengatakan bahwa diskursus Al-qur’an dalam kaitanya
dengan isyarat pendidikan, bukan dinilai dari banyaknya teori teori ilmiah yang ada
didalamnaya.
Pendidikan Al-Quran bertujuan untuk mengembangkan potensi agar menjadi
insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, pandai,
berakhlak mulia, mengerti, memahami dan pastinya menjadi generasi milenial yang
mengamalkan kandungan Al-Quran. Setidaknya ada dua aspek yang menjadi alasan
untuk menerapkan gagasan ini.

11M Arifin, Ilmu pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 1993)hlm. 48

12Hasyim Hadade, Relasi manusia dengan pendidikan ,Jurnal Alqur’an dan Tafsir UIN Alaudin Makasar, Vol.
10, no. 16, 2016.
Pertama, aspek dogmatis. Secara dogmatis diyakini bahwa Al-Quran adalah
pedoman hidup manusia. Al-Quran tidak hanya berbicara tentang kehidupan spiritual
an sich, akan tetapi juga mengandung ajaran yang komprehensif, holistik, dan
universal.
Bahkan, Al-Quran juga mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tetap relevan
sepanjang zaman sehingga tatanan kehidupan masyarakat memiliki peradaban yang
tinggi. Hanya saja, diperlukan pengembangan metodologi dalam pemahaman Al-Quran
sehingga Al-Quran lebih "membumi" dan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
umat. Jadi, jika muncul anggapan dewasa ini umat Islam terbelakang bukan berarti Al-
Quran yang bermasalah, akan tetapi manusia itu sendirilah yang tidak mampu
memahami pesan-pesan Al-Quran tersebut.
Kedua, aspek politik. Secara politis, gagasan Al-Quran sebagai karakter
pendidikan juga sangat beralasan. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Pasal 3, misalnya, disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kata-kata iman dan takwa
jelas terinspirasi dari isi Al- Quran. Dalam perspektif Islam, mustahil seseorang mampu
beriman dan bertakwa tanpa mengamalkan kandungan Al-Quran. Karenanya,
mempelajari Al-Quran merupakan keniscayaan bagi yang ingin mengamalkan Al-Quran
secara baik.
Generasi Rabbani
Kata Rabbani merupakan jamak dari kata rabbaniyah sendiri bermakna
mengurusi orang lain. Rabbani adalah sifat yang mengumpulkan antara kapasitas ilmu,
pembuktian amal, dan pengajaran ilmu. Demikianlah yang diungkapkan Al Azhari,
imam ahli bahasa Arab dalam kitabnya Tahdzib Al Lughoh. Tiga komponem tersebut
merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam diri generasi Rabbani. Generasi
Rabbani sendiri adalah generasi yang dijadikan sandaran bagi generasi lainya baik
dalam urusan agama ataupun urusan lainya. Berkata Mujahid” Mereka berada diatas
Al-Ahbar, mereka bukan hanya sekedar ahli agama, melainkan juga professional dalam
mengurusi umat demi kemaslahatan dunia dan akhirat.”
Jadi dapat dipahami, bahwa generasi Rabbani adalah generasi berilmu,
generasi yang tidak memisahkan ilmu agama dengan ilmu dunia, karena keduanya
harus dimiliki dan dikuasai agar sebuah generasi dapat menjaga dunia dari bebagai
kerusakan, karena diciptakanya manusia didunia tidak lain selain untuk beribadah
adalah untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Mereka terbiasa melakukan penghayatan
atas seluruh fakta penciptaan alam, sehingga dapat menjadikanya sebagai generasi
pemenang dan pemimpin.
Adapun trademark generasi rabbani sebagai generasi pemimpin terbaik
diantaranya adalah:
1. Shihatul Takhtith (Strategi yang jitu)
Melalui pembinaan nilai nilai Islam yang kontinyu (Trabiyah Islamiyyah
Istimorriah) seorang pemuda akan mudah menentukan strategi untuk mewujudkan
kerja-kerja besar demi kesejahteraan dan kebermanfaatan umat
2. Shihatul Baramij(Desain amal yang terarah)
Dalam pembinaan nilai Islam tersebut dibutuhkan program atau target target
yang jelas dan terarah. Selain itu, program tersebut dapat terealisasikan dalam
kehidupan sehari hari paa diri setiap pemuda yang nantinya ada evaluasi di dalamnya.
Hal inin sangat penting untuk penjagaan diri seorang pemuda dalam aspek ruhiyah,
jasadiyah dan fikriyah.
Untuk menciptakan generasi Rabbani, diperlukan kuantitas ilmu yang cukup
dan kualitas ilmu yang shahih, meniti diatas manhaj salaf dan kokoh diatas manhaj
ahli sunnah. Pembuktian amal juga penting, tidak dikatakan generasi Rabbani jika
hanya focus pada agama dan hanya selalu menjaga keshallihan pribadi dan tidak
melakukan pengorbanan untuk melakukan Ishlah pada bidang agama, social,
ekonomi, politik dan lainya. Selain itu, generasi Rabbani juga memiliki empat sifat
yang bisa diterapkan kepada generasi muslim milenial masa kini.
Diantaranya yang pertama adalah Shohibul Aqidah, misalnya agar terlindung
ketika keuar rumah, membaca doa nya, yang kedua adalah Al-Istiqomatu bil Ibadah,
beribadah secara Istiqomah. Aplikasinya banyak, misalnya menjaga jangan sampai
meninggalkan salat, seperti sabda Rasulullah yang artinya
“Pembatas antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah
meninggalkan salat.”(HR. Muslim no 257)
Generasi Rabbani juga harus Khusnul Khulu’, berakhlak yang baik yang
senantiasa dijaga. Ini adalah sifat yang ketiga. Bersopan santun, berbudi bahasa yang
lembut dan baik, dan selalu menjalankan kebiasan yang baik. Dengan berakhlak yang
baik, inilah factor yang membuat seseorang diingat orang lain.
Sifat yang keempat adalah Atta’awun, kooperatif, kerjasama gotong royong
dan toleransi. Indonesia merupakan negara yang plural. Ragam budaya, suku, agama
ada didalamnya. Namun plualisme agama bukanlah kenyataan yang mengharuskan
orang untuk saling menjatuhkan, saling merendahkan, bahkan mengkotak-kotakkan
diri.13
Revolusi Industi 4.0
Dunia pada umumnya, dan Indonesi pada khususnya, sedang memasuki era
industry baru yang dtandai dengan era digitalisasi di berbagai sector industri. Para
pakar menyebutnya sebagai era revolusi industry 4.0. Merujuk beberapa literature
KBBI revolusi industry terdiri dari dua kata, yaitu revolui dan industry. Revolusi berarti
perubahan yang bersifat sangat cepat, sedangkan industry adalah usaha pelaksanaan
proses produksi.
Dasar perubahan ini sebenarnya merupakan pemenuhan kebutuhan manusi
secara cepat dan berkualitas, dengan mengubah cara erja manusia dari penggunaan
manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Istilah Revolusi Industri di perkenalkan
oleh Friedrich Engel dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke 19 yang
berjalan dari masa kemasa. Dekade terakhir ini sudah memasuki fase keempat(4.0).14
Peran Pendidikan Qur’ani dalam menciptakan Generasi rabbani di era revolusi
indutrsi 4.0
Masalah utama dan pertama maju tidaknya suatu bangsa adalah persoalan
sumber daya manusia. Sumber daya manusia Indonesia nampaknya kebanyakan masih
berada pada level yang cukup rendah. Perlu adanya generasi yang membuat gebrakan
baru, yakni generasi yang dikelilingi teknologi informasi yang semakin berkembang
pesat. Karena dunia yang sekarang tidak mempunyai batasan ruang dan waktu. Apa
yang terjadi hari ini dimanapun dapat diakses dan disaksikan oleh siaapun. Era
sekarang bisa disebut dengan revolusi industry 4.0 yang penuh dengan harapan juga
tantangan.
Dalam konteks makro pendidikan, tidak hanya semata mata diarahkan pada
pertumbuhan dan pengembangan manusia yang secara filosofis lebih banyak
menekankan pada pencapaian secara material.15 Melainkan juga diarahkan untuk
tercapainya manusia yang sempurna secara etik maupun moral serta mempunyai
kepekaan susila, karena di era revolusi ini sangat marak akan radikalisme, degradasi
moral yang mewarnai generasi muda ini. yang dalam hal ini sangat menekankan
pendidikan qur’ani.
13Elga Sarapun, Pluralisme, konflik dan perdamaian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)hlm. 8

14Hendra Suwardana, Revolusi Industri 4.0 berbasis revolusi mental, Journal Jati Unik, 2017, Vol. 1, No. 2

15Ali Mahsun, Pendidikan Islam dalam mengatasi arus globalisasi , Journal Universitas Hasyim As’ari,
Tebuireng Jombang, Vol. 8, No.2, 2013
Dengan hal tersebut, diharapkan pendidikan Al-qur’an mampu menciptakan
generasi-generasi yang unggul berkualitas, yang mengacu kepada Al-qur’an, karena Al-
qur’an merupakan sumber rujukan utama permasalahan dalam sendi kehidupan
manusia.
Penutup
Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan Al-qur’an adalah proses mengarahkan, menuntun, dan
memelihara peserta didik agar tumbuh menjadi manusia dewasa, bertambah ilmu
dan keterampilanya serta baik akhlaknya sehingga mampu menunaikan tujuan,
fungsi, dan tugas penciptanya oleh Allah Swt yang sesuai dengan Al-qur’an yang
merupakan kitab suci pendidikan.
2. Generasi Rabbani adalah generasi berilmu, generasi yang tidak memisahkan
ilmu agama dengan ilmu dunia, karena keduanya harus dimiliki dan dikuasai agar
sebuah generasi dapat menjaga dunia dari bebagai kerusakan, karena diciptakanya
manusia didunia tidak lain selain untuk beribadah adalah untuk menjadi khalifah
dimuka bumi. Mereka terbiasa melakukan penghayatan atas seluruh fakta penciptaan
alam, sehingga dapat menjadikanya sebagai generasi pemenang dan pemimpin.
3. Era revolusi industri adalah era industry baru yang ditandai dengan era
digitalisasi di berbagai sektor industry yang bersifat sangat cepat dalam bidang
produksi. Masalah utama dan pertama maju tidaknya suatu bangsa adalah persoalan
sumber daya manusia. Sumber daya manusia Indonesia nampaknya kebanyakan
masih berada pada level yang cukup rendah. Perlu adanya generasi yang membuat
gebrakan baru, yakni generasi yang dikelilingi teknologi informasi yang semakin
berkembang pesat dan marak akan radikalisme, degradasi moral. Dengan adanya
pendidikan Al-qur’an diharapkan mampu menciptakan generasi-generasi yang
unggul berkualitas, yang mengacu kepada Alqur’an, karena Al-qur’an merupakan
sumber rujukan utama permasalahan dalam sendi kehidupan manusia.

Daftar Pustaka
Al-Rasyidin. 2008. falsafah pendidikan Islami. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Arifin, M. 1993. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.


Dalyono. 1997. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hadade, Hasyim. 2016. Relasi manusia dengan pendidikan ,Jurnal Alqur’an dan
Tafsir UIN Alaudin Makasar, Vol. 10, no. 16.

Khaldun, Ibnu. 2000. Al Muqoddimah,Jakaarta: Pustaka Firdaus.

Mahsun, Ali. 2013. Pendidikan Islam dalam mengatasi arus globalisasi , Journal
Universitas Hasyim As’ari, Tebuireng Jombang, Vol. 8, No.2.

Marimba, Ahmad D. 1986. Pengantar filsafat pendidikan Islam. Bandung: PT Al


Maarif Bandung.

Muhammad Irham, dan Novan Ardy Wiyani. 2017. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Nata, Abidin.2005. Tokoh-tokoh pembaharu Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada.

Sarapun, Elga. 2002 Pluralisme, konflik dan perdamaian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saryana, Toto. 2011 Pendidikan Agama Islam untuk perguruan Tinggi. Bandung: tiga
mutiara.

Sastra, Ahmad. 2014. Filosofi Pendidikan Islam. Bogor: Darul Muttaqien Press.

Suryadi, Rudi Ahmad. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Suwardana, Hendra. 2017. Revolusi Industri 4.0 berbasis revolusi mental, Journal Jati
Unik, Vol. 1, No. 2

Wiyani, Novan Ardy. 2018. Manajemen Program Pembiasaan Bagi Anak Usia Dini,
Yogyakarta: Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai