Anda di halaman 1dari 3

A.

Paradigma Tentang Hakikat Pendidikan Islam

Kata “Islam” dalam “ Pendidikan Islam” menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang
berwarna Islam, jelas pertanyaan yang hendak dijawab ialanh: “Apa hakekat pendidikan itu menurut
Islam?” Untuk menjawab pertanyaan ini lebih dahulu dibahas defenisi pendidikan itu menurut para
pakar, setelah itu dibahas apakah pendidikan itu menurut Islam. Pembahasan tentang apa pendidikan
itu menurut islam terutama didasarkan menurut keterangan al-Quran dan Hadis, kadang-kadang di
ambil juga meurut para pakar pendidikan Islam. Pembahasn itu tentulah agak berbau filsafat, suatu hal
yang sulit di hindari.

Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan tentang
ar-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap
hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal). (Hasan Langgulung :
1988). Dijelaskan oleh Konferensi International Pendidikan islam Pertama (First World Conference on
Muslim Education) yang diselenggarakan oleh universitas King Abdul Azzis, Jedah, pada tahun 1977,
belum berhasil membuat rumusan definisi pendidikan Islam. Dalam bagian “Rekomendasi” Koperensi
tersebut, para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pendidikan Islam ialah keselurhan yang
mengandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyyah dan ta’dip.

Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al-Bani (lihat Al-Nahlawi: 32), menyimpulkan bahwa:
“pendidikan (tarbiyyah) terdiri atas empat unsure, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak
hingga dewasa (balig); kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengalahkan seluruh fitrah dan
potensi menuju kesempurnaan (rupanya ia membedakan antara fitrah dan potensi); keempat,
dilaksanakan secara bertahap”. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan
seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam”.

Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of
religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan
ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan.

Menurut pandangan Paulo Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya
adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks
ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan
bimbingan Alquran dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil)
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari
pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :

Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan
subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami
perubahan yang semakin pesat;

Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;

Pendidikan berlangsung seumur hidup;

Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.

B. Dasar Pendidikan Islam

Islam sebagai pandangan hidup yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, baik yang termuat dalam Al-
Qur’an maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transedental,
universal dan eternal (abadi), sehingga akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah
manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimanapun (likulli zamanin wa makanin).
Dengan demikian, karena pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut di atas baik dalam
menyusun teori maupun praktik pendidikan.

Pandangan hidup tauhid bukan sekedar pengakuan akan keesaan Allah, tetapi juga meyakini kesatuan
penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntunan hidup
(unity of guidance), dan kesatuan tujuan dari kesatuan hidup (unity of Godhead). kajian tentang
pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam yaitu :

Al-Qur an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di
dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad.
Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn
masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu
pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori
tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19)

As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu
ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja
kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yg
juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat
menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik
utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia
muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan.
C. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau
manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi
dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical. Pada dimensi dialektikal horizontal
pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait
dengan diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan
teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai
thubungan yang abadi dengan sang khalik. Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun
dalam GBHN dan Undang-Undang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN
1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan tarhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa"

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, (2001). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Daien, Amir. (1973). Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Freire, Paulo. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES Yogyakarta:

H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. (1999). Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung.

Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nur Uhbiyati. (1998). Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung

Rohimin, dkk, Hakekat Pendidikan, Makalah Program Pendidikan Umum Pasca Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia.

Tafsir, Ahmad. (2001). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung,

Tafsir, Ahmad. (1991). Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai