Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ILMU UKUR TANAH I

(Drs. Prihantono, S.T,. M.Eng )


Teknik Sipil

KELAS A
KELOMPOK I

D3/S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PRAKTEK UKUR TANAH I
DOSEN Topik : Kelompok :1&3
Drs. Prihantono, S.T,. M.Eng Pengukuran Theodolit T0 Waktu : 6 X 45 Menit
Sandi Dosen Judul : Hari/Tanggal : Jumat/ 15 -11- 2019
Pengukuran Jalan Pukul : 08.00 – 12.30 WIB

A. DASAR TEORI
-Pengertian Teodolit T0
- Pengertian Pengukuran Jalan Memanjang dan Melintang
- Tujuan Pengukuran Jalan Memanjang dan Melintang

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengukur beda tinggi dengan pesawat teodolit untuk jalan
2. Mahasiswa dapat menghitung hasil pengukuran dengan teodolit
3. Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran

B. PERALATAN

Setiap peralatan di sertakan foto

1. Pesawat Teodolit T0 Merk 2. Statif/Tripod


Wild. Switzerland T0 –
11C850

3. Waterpass Tukang Batu 4. Roll meter

5. Baak Ukur Kayu 6. Unting-unting


7. Payung 8. Pylox

9. Alat Tulis
C. LANGKAH KERJA
Briefing titik patok yang akan ditembak
1. Sebelum melakukan pengukuran jalan menggunakan teodolit, dilakukan briefing
mengenai tempat yang akan ditembak.
2. Dalam hal ini, telah ditentukan tempatnya yaitu dijalanan depan Laboratorium
Bahasa..
3. Setelah menentukan tempat, selanjutnya menentukan titik patok yang akan
ditembak. Dari pagar yang ke arah Lab. Bahasa diambil jarak 1m dan 30cm dari
selokan. Setiap titik pesawat berjarak 15m.
4. Buat denah pemetaan sebelum melakukan praktek
5. Setelah membuat denah pemetaan dikertas, mahasiswa langsung ke lokasi untuk
praktek pengukuran jalan

30 cm J
1m H
C D G
Pagar FE

1m B F I K
E

A L
1m P2 P3
30 cm

P1

= Garis muka
= Garis belakang
Langkah Kerja Praktek Pengukuran

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan dalam praktek pengukuran jalan. Pastikan peralatan yang dipinjam telah
lengkap serta tidak ada yang lecet ataupun rusak. Siapkan pula alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran.

2. Buat titik patok dan titik pesawat sesuai dengan denah pemetaan daerah titik patok. Berikan tanda pada setiap titik patok
dan titik pesawat. Untuk titik pesawat terdapat 3 titik yaitu P1, P2, dan P3. Sedangkan untuk titik yang akan ditembak
menyesuaikan.

3. Selanjutnya siapkan dan pasang statif pada titik P1, pastikan statif memiliki kedudukan yang tetap agar tidak bergeser.
Kencangkan sekrup statif dengan benar. Usahakan agar kepala statif dibuat datar dengan menggunakan waterpass
tukang batu agar memudahkan pengaturan nivo kotak dan nivo tabung.

4. Setelah statif terpasang dengan benar, selanjutnya pasang teodolit T0 dengan dikepala statif. Pasang sekrup pengunci
dibagian kepala statif pada bagian bawah teodolit T0. Setelah teodolit terpasang, lalu buka kunci magnet agar sudut
horizontal dapat menunjuk arah utara magnet bumi. Kemudian atur nivo kotak dengan cara memutar 2 sekrup nivo
kotak secara bersamaan hingga gelembung nivo bergeser ke arah garis sekrup yang tidak digunakan, lalu pada putar
sekrup lainnya hingga gelembung bergeser ke arah tengah. Setelah menyetel gelembung nivo kotak, selanjutnya
mengatur gelembung nivo tabung dengan sekrup ungkit (helling), atur hingga gelembung nivo berada ditengah tabung.
Setelah gelembung nivo berada ditengah semua, periksa gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memuutar
teodolit T0 searah 90⁰ ke segala arah dan pastikan bahwa gelembung nivo tidak bergerser. Lalu atur sudut vertical pada
teodolit menjadi 90⁰. Dengan sudut 90⁰ atas dan 90⁰ bawah bertemu (garisnya lurus). Lalu atur juga sudut horizontal
dengan memutar mikrometer yang ada disamping kanan. Pada sudut horizontal, bacaan sudut yang digunakan adalah
sudut yang dibawah.
5. Setelah mengatur teodolit T0 dengan benar. Kemudian baca ba, bt, dan bb pada titik 1B (bacaan
belakang) dan baca juga sudut horizontal masing-masing sudutnya. Putar pesawat dan baca ke titik
muka ba, bt, dan bb serta sudut horizontal, pada titik 1A, 1C, 1D, 1E, 1F, 1G, dan P2. Setelah itu
cek kebenaran bt dengan menghitung bt nya. Lalu hitung juga jarak optis dan jarak manual dari
setiap titik patok ke titik pesawat. Setelah hasil perhitungan dan pengukuran benar, catat hasilnya
ke dalam kertas.
6. Setelah menembak dititik P1, dilanjutkan dengan menembak dititik P2 dan P3. Lakukan dengan
metode yang sama, jangan lupa untuk mencatat ba, bt, bb dan sudut horizontal pada setiap titik
bacaan yang ditembak pada kertas dan hitunglah kebenaran bt dengan menghitung bt nya, serta
hitung jarak optis dan jarak manual dari setiap titik.
7. Setelah selesai menembak dititik P2, lanjut menembak di P3 dengan metode yang sama.
Baca ba, bt, dan bb pada titik 3I (bacaan belakang) dan baca juga sudut horizontal sudutnya.
Putar pesawat dan baca ke titik muka ba, bt, dan bb serta sudut horizontalnya, pada titik
3H, 3J, 3K, dan 3L. Setelah itu cek kebenaran bt dengan menghitung bt nya. Hitung juga
jarak optis dari titik tersebut. Catat hasil pengukuran dan perhitungan dalam kertas.

8. Setelah menembak semua titik di pesawat P3, kegiatan praktek pun selesai. Setelah itu
merapikan alat-alat yang digunakan untuk praktek dan pastikan tidak ada alat yang rusak
setelah digunakan. Kemudian mendiskusikan hasil praktek dengan anggota kelompok.

9. Mengembalikan alat praktek yang telah digunakan kembali ke Lab. Mekanika Tanah dan
ambil ID Card. Setelah itu melapor kepada asdos yang mendampingi bahwa praktek telah
selesai.

10. Membuat hasil Laporan


D. GAMBAR KERJA

Denah Pemetaan Pengukuran Jalan

15 15 15 15

E. DATA PENGUKURAN
Tabel Data Pengukuran Jalan Teodolit T0
Diketahui tinggi tanah di titik B adalah 0.00 mmdpl.
Blkg Muka Vertikal Horizontal Manual Optis (mm) (mm)
P1 1A 1.482 90⁰ 00’00” 312⁰ 00’00” 1500 1500 +83 -39
149 1.407
cm
1.332
1B 1.444 90⁰ 00’00” 320⁰ 00’00” 1523 1520 +000
1.368
1.292
1C Tidak ditembak karena terhalang oleh mobil
1D 1.450 90⁰ 00’00” 220⁰ 00’00” 505 500 +62 -57
1425
1400
1E 1419 90⁰ 00’00” 220⁰ 39’00” 267 260 -38 -38
1406
1393
P2 1454 90⁰ 00’00” 310⁰ 22’00” 1500 1500 +10 -112
1379
1304
1F 1439 90⁰ 00’00” 300⁰ 25’00” 1520 1520 +127 +5
1363
1287
1G 1464 90⁰ 00’00” 290⁰ 25’00” 1575 1580 -17 -17
1385
1306
P2 2F 1460 90⁰ 00’00” 286⁰ 30’00” 262 260 +33 -79
148 1447
cm
1434
2G 1436 90⁰ 00’00” 286⁰ 53’00” 491 500 +69 -43
1411
1386
P3 1376 90⁰ 00’00” 18⁰ 11’00” 1500 1500 +30 -82
1301
1226
2I 1363 90⁰ 00’00” 4⁰ 09’00” 1533 1540 +194 +82
1286
1209
2H 1343 90⁰ 00’00” 356⁰ 40’00” 1583 1580 +216 +104
1264
1343
P3 3I 1426 90⁰ 00’00” 186⁰ 11’11” 263 260 +37 -82
145 1413 3
cm
1400
3H 1415 90⁰ 00’00” 182⁰ 33’30” 500 500 +60 -22
1390
1365
3J 1416 90⁰ 00’00” 260⁰ 19’19” 1580 1580 +40 +31
1337
No. Bacaan Baak Bacaan Sudut Jarak (cm) Beda Tinggi
PSW Titik (mm) Tinggi Tanah
1258
3K 1442 90⁰ 00’00” 262⁰ 13’00” 1526 1520 +11 +2
1366
1290
3L 1452 90⁰ 00’ 00” 276⁰ 29’29” 1500 1500 +73 -9
1377
1302

DENAH GAMBAR TINGGI TANAH

Skala: 1:1000

GAMBAR POTONGAN MEMANJANG

GAMBAR POTONGAN MELINTANG


A. Pesawat P1 (149 cm)
B. GAMBAR DAN PERHITUNGAN BEDA TINGGI, TINGGI TANAH

1. P1 terhadap 1B

1368 – 1490 = - 122 (Beda Tinggi)

-122 + 000 = - 122 (Tinggi Tanah


di P1)

2. 1A terhadap P1

1490 – 1407 = + 83 (Beda Tinggi)

+ 83 – 122 = - 39 (Tinggi Tanah di


1A)
5. P2 terhadap P1

14902.–2I1480
terhadap P2(beda tinggi)
= + 10

14803.–1D terhadap
1286 =(145 P1(beda tinggi)
+ 194
C.
+10Pesawat
– 122 =P3-112 cm) tanah di P2)
(tinggi
1. 3L terhadap P3
1490
+ 194––1425
112 == ++ 82
65 (tinggi
(Beda Tinggi)
tanah di 2I)
1450 – 1377 = + 73 (beda tinggi)
+ 65 - 122 = - 57 (Tinggi tanah di
1D)
+ 73 + (-82) = - 9 (tinggi tanah di 3L)
6. 1F terhadap P1
3. P3 terhadap P2
14902.–3K
1363 = +1273L(beda tinggi)
terhadap
14804.–1E
1450 = + 30P1(beda tinggi)
terhadap
+127
1377 – 1366
122 ==+5 +11(tinggi
(bedatanah di 1F)
tinggi)
+ 30 –-112
1490 1406 ==- 82
+ 84(tinggi
(bedatanah di P3)
tinggi)
+ 11 – 9 = + 2 (tinggi tanah di 3K)
+ 84 + (- 122) = -38 (tinggi tanah
di 1E)
7. 1G terhadap P1
4. 2F terhadap P2
14903.–3J1385
terhadap 3L(beda tinggi)
= +105
1480 – 1363 = + 117 (beda tinggi)
1377
+105 –- 122
1337= =- 17
+ 40
(tinggi tanah di 1G)
+ 117 – 112 = + 5 (tinggi tanah di 2F)
+ 40 – 9 = + 31 (tinggi tanah di 3J)

5. 3H terhadap P3
B. Pesawat
4. 2G
5. 3I terhadap
P2 (148P3
terhadap cm)
P2
1. 2H terhadap P2
1450 – 1390 = + 60 (beda tinggi)
1450 – 1385
1480 1413 = + 95 37 (beda tinggi)
1480 – 1264 = + 216 (beda tinggi)
+ 60 – 82 = - 22 (tinggi tanah di 3H)
37 – 112
+ 95 82 ==- -45
17(tinggi
(tinggitanah
tanahdidi3I)
2G)
+ 216 – 112 = + 104 (tinggi tanah
di 2H)
F. PERHITUNGAN JARAK OPTIS

a. Jarak Optis dari P1


1. P1  1A
= [BA – BB] × 100
= [1482 – 1332] × 100
= 15.000 mm
= 150 cm

2. P1  1B
= [BA – BB] × 100
= [1444 – 1292] × 100
= 15.200 mm
= 152 cm

3. P1  1C
Tidak ada data yang diukur/ditembak

4. P1  1D
= [BA – BB] × 100
= [1450 – 1400] × 100
= 5.000 mm
= 500 cm

5. P1  1E
= [ba – bb] × 100
= [1419 – 1393] × 100
= 2600 mm
= 260 cm

6. P1  1F
= [ba – bb] × 100
= 1439 – 1287] × 100
= 15.200 mm
= 152 cm
7. P1  1G
= [ba – bb] × 100
= [1464 – 1306] × 100
= 15.800 mm
= 1580 cm

8. P1  P2
= [ba – bb] × 100
= [1454 – 1304] × 100
= 15.000 mm
= 1500 cm

b. Jarak Optis dari P2


1. P2  2F
= [ba – bb] × 100
= [1460 – 1434] × 100
= 2600 mm
= 260 cm

2. P2  2G
= [ba – bb] × 100
= [1436 – 1386] × 100
= 5000 mm
= 500 cm

3. P2  P3
= [ba – bb] × 100
= [1366 – 1218] × 100
= 14.800 mm
= 1480 cm

4. P2  2I
= [ba – bb] × 100
= [1363 – 1209] × 100
= 15.400 mm
= 1540 cm

5. P2  2H
= [ba – bb] × 100
= [1343 – 1185] × 100
= 15.800 mm
= 1580 cm

c. Jarak Optis dari P3


1. P3  3H
= [ba – bb] × 100
= [1415 – 1365] × 100
= 5000 mm
= 500 cm

2. P3  3I
= [ba – bb] × 100
= [1426 – 1400] × 100
= 2600 mm
= 260 cm

3. P3  3J
= [ba – bb] × 100
= [1416 – 1258] × 100
= 15.800 mm
= 1580 cm

4. P3  3K
= [ba – bb] × 100
= [1442 – 1290] × 100
= 15.200 mm
= 1520 cm

5. P3  3L
= [ba – bb] × 100
= [1452 – 1302] × 100
= 15.000 mm
= 1500 cm

Anda mungkin juga menyukai