Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH THEODOLITE

MK. REKAYASA TAPAK (ARL 214)

Oleh:

Khaerunnissa Rahma Lestari A44160052

Dosen :
Pingkan Nuryanti, ST., M.Eng
Dr Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi

Asisten :
1. Fadli Nur M A44140027
2. Puti Zahra A44140081

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perecanaan Tapak adalah analisis fisik dan non fisik kota untuk
membuat desain rencana tapak dalam kawasan fungsional tertentu maupun
skala kota. Perencanaan Tapak mencangkup kegiatan penataan lingkungan
buatan manusia dan lingkungan alamiah, guna menunjang kegiatan manusia.
Lingkungan alam mencangkup suatu sistem ekologi dari air, udara, energi,
tanah, dan tumbuhan dengan manusia. Selain berdampak pada lingkungan
alam, kegiatan manusia berdampak pada lingungan buatan melalui bentukan
kota (struktur, fisik, pengaturan ruang), pola perilaku sosial, politik, dan
ekonomi. Perencanaan tapak yang baik harus dapat menciptakan kenyamanan
pengguna tapak dengan sistem ekologi alami yang ada. Dalam menciptakan
perencanaan tapak yang baik, perencana harus melakukan survey terhadap
kondisi eksisting tapak, potensi, dan kendala.
Seebelum merencakan tapak, seorang perencana harus mengetahui
kondisi tapak. Kondisi tapak mencangkup kemiringan tapak, sistem drainase,
batasan tapak secara umum, serta elemen yang terkandung di dalam tapak.
Kemiringan tapak dapat diukur dengan menggunakan alat theodolite.
Menurut Adieb (2014), theodolite merupakan instrumen optik survei yang
digunakan untuk mengukur sudut dan arah yang dipasang pada tripod. Selain
daapat mengukur sudut dan arah, theodolite dapat digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan memanfaatkan sudut mendatar dan sudut
tegak serta mengukur jarak secara optis. Sedangkan alat survey waterpass
hanya dapat mengetahui kemiringan suatu tapak tanpa data pendukung.

1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui langkah-langkah penggunaan theodolite
1.2.2. Mengetahui pengambilan dan pengolahan data hasil theodolite.
1.3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu
mengoperasikan theodolite di lapangan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang


digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua
dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat
dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan
dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs
tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan
menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat
dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997).
Alat survei theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen
1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar
yang terkenal, yangdia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari
desain sendiri. Di dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan ukur
tanah, theodolite sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,
pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolite juga bisa
berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
vertikalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolite, maka
theodolite dapat dibidikkan ke segala arah. Di dalam pekerjaan bangunan
gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

2.1. Pengoprasian Theodolite


Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah:
1. Sumbu vertikal menunjukkan angka 90°.
2. Sumbu horizontal menunjukkan angka 0°.
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu horizontal.
4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran vertikal.
Cara kerja penyiapan alat theodolite antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /
vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di
tiga sisi alat ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar
mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap
di tiga sisi alat ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran
dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk
mengetahui nilai kesalaha index tersebut.

2.2. Cara Pengambilan Data


Faktor yang harus diperhatikan bila ingin mengambil data
menggunakan theodolite adalah:
1. Ketersediaan alat theodolite
2. Lokasi basemap yang akan dipergunakan
3. Memperhatikan sudut rambu depan,sudut rambu belakang dan sudud β
(Beta).

Cara pengambilan data menggunakan theodolite adalah:


1. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan
cat sebagai titik P1 sampai P20
2. Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur
waterpass diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
Titik P1 berlaku sebagai titik tetap duga (bench mark).
3. Memasang unting – unting tepat menunjuk ke titik P1.
4. Mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di tengah-tengah dengan
sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat. Seandainya gelembung
nivo sudah berada di tengah-tengah, kemudian sekrup pengunci
(pengontrol) pada kaki tiga dikuatkan.
5. Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat
oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu :
d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak
memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
6. Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik
P1 dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk
penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik
terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal
untuk bacaan pulang hingga titik
7. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih
beda tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang
melampaui kesalahan ynag diijinkan, maka Pengukuran harus diulang
kembali.
2.3. Hasil
Tabel 1 Hasil Pengukuran menggunakan Theodolite di Arboretum Lanskap

Sudut Baca
Data Jarak Baca L0
V H
ke- (m)
BA BT BB ° ‘ ‘‘ ° ‘ ‘‘
1 15.9 15.2 14 85.2 3 40 50.9 3 40 7.5
2 16.3 15.3 14.1 86.8 3 40 67 3 40 9.9
3 16.4 15.4 14.3 86 3 40 60.1 3 40 9.6
4 16.6 14.6 13.0 92 0 0 198 0 0 8.4
5 15.6 14.6 13.7 92 0 0 223 0 0 10.8
6 15.5 14.8 14.3 92 0 0 238 0 0 7.2
7 16.1 15.3 14.7 84 3 0 25 3 0 6.9
8 15.3 14.9 14.4 89 3 0 329 3 0 4.2
9 14.1 13.6 13.0 89.5 3 0 335.8 3 0 5.4
10 16.3 15.4 14.6 86.5 3 0 34.6 3 0 8.4
11 16.1 15.1 14.0 84.5 3 0 354.2 3 0 10.2
12 15.0 14.3 13.5 88 0 0 0 0 0 4.8
13 14.8 14.5 14.2 89 0 0 0 0 0 2.7
14 14.7 14.2 13.7 88 0 0 0 0 0 5.1
15 12.6 12.0 11.4 90 3 40 165.2 3 40 6.6
16 16.0 15.5 14.9 88 3 40 133.2 3 40 5.1
17 15.3 14.8 14.4 88.2 3 40 95.2 3 40 4.2
18 14.8 14.5 13.5 88 0 0 36 0 0 5.4
19 16.0 15.6 14.8 86 0 0 51 0 0 7.5
20 15.8 15.4 14.7 88 0 0 66 0 0 6.6
2.4. Analisis Data

Vertikal Horizontal
𝑏 𝑐 𝑒 𝑓
V=a+ + H=d+ +
60 3600 60 3600

Sudut ukur Jarak


𝐵𝐴−𝐵𝐵
α = 90° - V jika V < 90° l=
𝐿𝑜

α = V - 90° jika V > 90°


d = l cos α

Ketinggian

Δ H = l sin α

H = 𝐻0 - Δ H jika V > 90°

H = 𝐻0 + Δ H jika V < 90°

Tabel 2. Contoh Perhitungan berdasarkan data ke-1.


Sudut Baca 𝒍𝟎
Jarak Baca
V H (m)
BA BT BB ° ‘ “ ° ‘ “

15.9 15.2 14 85.2 3 40 50.9 3 40 7.5

1. Vertikal
𝑏 𝑐 3 40
V=a+ + = 85.2 + + = 85.26°
60 3600 60 3600

2. Horizontal
𝑒 𝑓 3 40
H=d+ + = 50.9 + + = 50.96°
60 3600 60 3600

3. Sudut Ukur
V < 90° maka α = 90° - V = 90° - 85.26° = 4.74°
4. Jarak
𝐵𝐴−𝐵𝐵 15.9−14.0
l= = = 0.25 meter
𝐿𝑜 7.5

d = l cos α = 0.25 cos 4.74 = 0.25 meter

5. Ketinggian
Δ H = l sin α = 0.25 sin 4.74= 0.02
Karena V < 90° maka H = 𝐻0 + Δ H = 0 +0.02 =0.02 meter
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Theodolite merupakan instrumen optik survei yang digunakan untuk
mengukur sudut dan arah, tinggi tanah dengan memanfaatkan sudut mendatar
dan sudut tegak, serta mengukur jarak secara optis. Pemetaan menggunakan
theodolite menghasilkan data fisik pengukuran tapak secara detail serta dapat
menghasilkan kerangka peta. Survei menggunakan theodolite dilakukan
apabila tapak terlalu luas dan sulit dijangkau, terutama apabila tapak memiliki
relief atau perbedaan ketinggian cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA

Adieb M. 2014. Studi komparasi penentuan arah kiblat Istiwaaini karya Slamet
Hambali dengan theodolite [skripsi]. Semarang (ID): Institut Agama
Islam Negeri Walisongo.
Farrington. 1997. Metode Pengukuran. Pengukuran Tanah [internet]. [Diunduh
pada 2016 Jun 15]. Tersedia pada http://kuliah6/IUT/membaca
peta/htm.

Anda mungkin juga menyukai