Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

ILMU UKUR TANAH


DisusunOleh:
Elnath Brilyanto
(073001500036)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
BAB I
TUJUAN
1.Mengukur beda tinggi dan jarak dengan alat theodolit
2. Menanamkan kemampuan menggunakan alat theodolit di lapangan
3. Mengolah data di lapangan
BAB II
TEORI DASAR
Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran sudut
yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak
yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan
dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik
lapangan.
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya
teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di
dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk
menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit
juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
 KONSTRUKSI THEODOLITE
Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian, lihat
gambar di bawah ini :

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada
tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas
sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk
lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di
tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2
kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo
tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.

Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan
di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila
dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat
sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades
senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.

3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai
diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.
SECARA RINCI / DETAIL , BAGIAN ALAT THEODOLIT :
BAGIAN ATAS,
a. Teropong / teleskope
b. Lingkaran skala tegak
c. Nivo tabung
d. Sekrup okuler dan obyektif
e. Sumbu mendatar ( sb. II )
f. Sekrup gerak vertikal
g. Teropong bacaan sudut

BAGIAN TENGAH,
a. Penyangga bagian atas
b. Sekrup mikrometer
c. Sumbu tegak ( sb. I )
d. Nivo kotak
e. Sekrup gerak horisontal

BAGIAN BAWAH,
a. Lingkaran skala mendatar
b. Sekrup repetisi
c. Tiga sekrup penyetel
d. Tribrach
e. Kiap

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

1. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II ( dengan menyetel nivo


tabung dan nivo kotaknya ).
2. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
3. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala
tegak.
4. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. (
syarat 2, 3, 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya )

B.MACAM / JENIS THEODOLIT

Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:

1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )

Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan
skala mendatarnya tidak bisa di atur.

Theodolit yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)

2.Theodolite Repitisi

Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapt
diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.

Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat ditentukan
kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini
adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51
(Zeiss)

1.Macam Theodolit menurut sistem bacaannya:

Ø Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis

Ø Theodolite sistem baca dengan Nonius

Ø Theodolite sistem baca dengan Micrometer

Ø Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi

Ø Theodolite sistem baca dengan Digital


2.Theodolit menurut skala ketelitian

Ø Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)

Ø Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)

Ø Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)

Ø Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)

Ø Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)


BAB III

ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
1.THEODOLIT A. PENA
2.ROL METER B. PENSIL
3.STATIF C. PENGHAPUS
4.RAMBU UKUR D. LEMBAR KERJA
5.TRIPOD/ KAKI TIGA
6.PATOK
7. KOMPAS
BAB IV
Cara kerja
1.Mempersiapan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapan .
2.Memilih alat yang baik dan tempat yang aman untuk mendirikan alatukur
theodolit (tanah tidak rapuh).
3.Mendirikan statif dengan aman sesuai dengan keadaan setempat.
4.Memasang alat ukur theodolit diatas statif dan eratkan dengan skrup pengunci
hingga aman.
5.Mensejajarkan unting – unting dengan titik pengamatan.
6.Mengatur gelembung nivo kotak ketengah dengan skrup A, B, dan C.
7.Dengan cara yang sama seperti halnya mengatur nivo kotak, atur nivotabung
sedemikian rupa sehingga posisinya tepat ditengah – tengah.
8.Mengecheck kedudukan alat ukur theodolit, apakah tepat vertikal di atastitik.
9.Jika kedudukan alat ukur tidak dapat vertikal di atas titik, membukaskrup
penggail alat ukur ke statif dan geser – geserkan theodolit tersebutsecara hati – hati
sehingga posisinya tepat vertikal di atas titik.
10.Mengatur pencerahan melalui skrup pengukuran sampai mistar ukurdapat
terbacaa.
11.Membidik mistar ukur, kemudian membaca benang atas, benang tengah,dan
benang bawah.
12. Mengatur posisi cermin sehingga mendapatkan intensitas cahaya yangcukup
untuk membaca sudut vertikal, dan horizontal.
13.Membaca sudut vetikal dan horizontal, dalam penentuan sudut horizontaldan
vertikal pada theodolith T1 untuk menentukan detik menggunakanskrup pengukur
detik
14. mencatat semua hasil pembacaan alat sertamengisi tabel isian. 15. lakukan
langkah langkah pada no. 3 – 14 padasetiap titik (titik 1- 4).
BAB V
HASIL PENGAMATAN

1.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Sudut Horizontal

Tabel 5.1
Pengukuran Sudut Horizontal

STA Bacaan piringan horizontal Rata-Rata


Target Sudut Horizontal
Berdiri Alat Biasa Luar biasa

° ‘ “ ° ‘ “ ° ‘ “
P4
78 00 30 258 00 30

P2
BM 3
333 42 50 153 42 50 255 42 20

255 42 20 255 42 20

P4
301 53 10 121 53 10

P2
BM 1
192 05 15 12 05 15 109 47 55

109 47 55 109 47 55

BM 2 P1
110 54 50 290 54 50
P3
160 01 05 340 01 05 49 6 15

49 6 15 49 6 15

P1
354 40 00 174 40 00

P3
BM 4
253 25 10 73 25 10 101 14 50

101 14 50 101 14 50

1.2 Hasil Pengamatan Pengukuran Jarak Optis

Tabel 5.2
Pengukuran Jarak Optis

Titik Bacaan Rambu Beda


STA Azimuth Zenit Jarak Tinggi
Arah BA BT BB

9,999 0,158 m
P3 P4 78°00′30′′ 1550 1500 1450 270°19′55′′
m
Ti=
27,998 -0,129 m
1,6 m P2 333°42′50′′ 1640 1500 1360 269°31′55′′
m
P1 20,998 -0,263 m
P4 301°53′10′′ 1920 1820 1710 270°30′35′′
Ti = m
1,37 20,999 0,041 m
P2 192°05′15′′ 1560 1460 1350 270°21′25′′
m m

P2 = 24,998 -
P1 110°54′50′′ 1650 1500 1350 89°28′55′′ m
1,48 0,
m 2
4
6
m
19,996 0,249 m
P3 160°01′05′′ 1600 1500 1400 270°46′15′′
m
17,999 0,137 m
P4 = P1 354°40′00′′ 1460 1370 1280 90°16′35′′
m
1,42
7,999 -0,202 m
m P3 253°25′10′′ 1600 1560 1520 89°33′25′′
m
BAB VI
PERHITUNGAN

6.1 Perhitungan Jarak dan Beda Tinggi


 Titik Start 3 ke 4
𝑚 = 0°19′55′′
𝑌 = 𝐵𝑎 − 𝐵𝑏 = 1550 − 1450 = 100 𝑚𝑚 = 0,1 𝑚
𝐷 = 𝐴𝑌 𝑐𝑜𝑠 2 𝑚 = 100 × 0,1 × 𝑐𝑜𝑠 2 0°19′ 55′′ = 9,999 𝑚
𝑣 = 𝐷 𝑡𝑎𝑛 ℎ = 9,999 × tan 0°19′ 55′′ = 0,058 𝑚
∆𝐻 = 𝑡𝑖 + 𝑣 − 𝐵𝑡 = 1,6 + 0,058 − 1,5 = 0,158 𝑚

 Titik Start 3 ke 2
𝑚 = −0°28′05′′
𝑌 = 𝐵𝑎 − 𝐵𝑏 = 1640 − 1360 = 280 𝑚𝑚 = 0,28 𝑚
𝐷 = 𝐴𝑌 𝑐𝑜𝑠 2 𝑚 = 100 × 0,28 × 𝑐𝑜𝑠 2 − 0°28′ 05′′ = 27,998 𝑚
𝑣 = 𝐷 𝑡𝑎𝑛 ℎ = 9,999 × tan −0°28′ 05′′ = −0,229 𝑚
∆𝐻 = 𝑡𝑖 + 𝑣 − 𝐵𝑡 = 1,6 − 0,229 − 1,5 = −0,129 𝑚

 Titik Start 1 ke 2
𝑚 = 0°30′35′′
𝑌 = 𝐵𝑎 − 𝐵𝑏 = 1920 − 1710 = 210 𝑚𝑚 = 0,21 𝑚
𝐷 = 𝐴𝑌 𝑐𝑜𝑠 2 𝑚 = 100 × 0,21 × 𝑐𝑜𝑠 2 0°30′35′′ = 20,998 𝑚
𝑣 = 𝐷 𝑡𝑎𝑛 ℎ = 20,998 × tan 0°30′ 35′′ = 0,187 𝑚
∆𝐻 = 𝑡𝑖 + 𝑣 − 𝐵𝑡 = 1,37 + 0,187 − 1,82 = −0,263 𝑚

 Titik Start 1 ke 4
𝑚 = 0°21′25′′
𝑌 = 𝐵𝑎 − 𝐵𝑏 = 1560 − 1350 = 210 𝑚𝑚 = 0,21 𝑚
𝐷 = 𝐴𝑌 𝑐𝑜𝑠 2 𝑚 = 100 × 0,21 × 𝑐𝑜𝑠 2 0°21′ 25′′ = 20,999 𝑚
𝑣 = 𝐷 𝑡𝑎𝑛 ℎ = 20,999 × tan 0°21′25′′ = 0,131 𝑚
∆𝐻 = 𝑡𝑖 + 𝑣 − 𝐵𝑡 = 1,37 + 0,131 − 1,46 = 0,041 𝑚

6.2 Penentuan Sudut Horizontal


𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
Sudut 𝛽 = 2

Type equation here.


6.3 Penentuan Faktor Koreksi
∑ 𝛽𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = (𝑛 − 2)180° = (4 − 2)180° = 360°
∑ 𝛽𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 = 109°47′ 55′′ + 49°6′ 15′′ +104°17′ 40′′ +101°14′50′′=364°26′40′′
∑ 𝛽𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 − ∑ 𝛽𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 364°26′ 40′′ − 360°00′00′′
𝑓𝑟 = = = 1°6′40′′
𝑛 4

6.3 Perhitungan Azimuth


Apabila 𝛼𝑜 + 𝛽𝑚 > 180° maka 𝛼𝑚−𝑛 = 𝛼𝑜 + 𝛽𝑚 − 180° + 𝑓𝑟
Apabila 𝛼𝑜 + 𝛽𝑚 < 180° maka 𝛼𝑚−𝑛 = 𝛼𝑜 + 𝛽𝑚 + 180° + 𝑓𝑟
𝛼1−2 = 192°05′15′′
𝛼2−3 = 𝛼1−2 + 𝛽2 − 180° + 𝑓𝑟
= 192°05′ 15′′ + 49°6′ 15′′ − 180° + 1°6′ 40′′ = 62°18′10′′
𝛼3−4 = 𝛼2−3 + 𝛽3 + 180° + 𝑓𝑟
= 62°18′ 10′′ + 104°17′ 40′′ + 180° + 1°6′ 40′′ = 347°42′30′′
𝛼4−1 = 𝛼3−4 + 𝛽3 − 180° + 𝑓𝑟
= 347°42′ 30′′ +101°14′ 50′′ − 180°00′ 00′′ + 1°6′ 40′′ = 270°4′0′′

6.4 Perhitungan Koordinat 3 Titik Uji jika Diketahui A(1000,1000)


𝐷𝑛 .𝑓𝑟
𝑓𝑟𝑛 = ∑𝐷

∑ 𝐷𝑠𝑖𝑛 ∝= 0

∑ 𝐷𝑠𝑖𝑛 ∝= −2,736 (maka kekurangan perlu ditambah pada setiap X)

20,998 × 2,736
𝑓𝑟𝑥=1 = = 0,718
79,994
27,998 × 2,736
𝑓𝑟𝑥=2 = = 0,958
79,994
9,999 × 2,736
𝑓𝑟𝑥=3 = = 0,342
79,994
20,999×2,736
𝑓𝑟𝑥=4 = = 0,718
79,994

Horizontal Y
Titik Jarak Azimuth Awal D sin 𝛼 D cos 𝛼 X
Dalam

1 109°47′55′′

20,998
−1°6′40′′ 192°05′15′′ -4,397 -20,534
m

2 49°6′15′′

27,998
−1°6′40′′ 62°18′10′′ 24,789 13,013
m

3 104°17′40′′

−1°6′40′′ 9,999 m 347°42′30′′ -2,129 9,769

4 101°14′50′′

20,999 270°4′0′′
−1°6′40′′ m -20,999 0,024

79.994
∑ 360° -2,736 2,272
m

Azimuth Awal D sin 𝛼 D cos 𝛼 frx fry

192°05′15′′ -4,397 -20,534


62°18′10′′ 24,789 13,013

347°42′30′′ -2,129 9,769

270°4′0′′
-20,999 0,024

-2,736 2,272
BAB VII
PEMBAHASAN
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untukmenentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Pada praktikum theodolit yang telah dilakukan, pertamakali asisten mengajarkancar
a memasang alat theodolit pada statip. Kemudian asisten menjelaskan bagian-
bagian dari theodolit, yaitu ; Plat dinding pelindung lingkaran vertikaldi dalamnya,
Ring pengatur lensa tengah, Pengatur fokus benang silang,
Alat baca lingkaran vertikal/horisontal, Lensa obyektif, Klem vertikal teropong,Peng
gerak halus teropong, Klem alhidade horisontal, Penggerak halus horisontal, Nivo
kotak alhidade horisontal, Plat dasar instrumen dan Nivotabung alhidade horizontal.
Selanjutnya praktikum dilanjutkan dengan pembelajaran mengenai
caramenyentring theodolit. Dalam melakukan centering ada 3 tahap,
yang pertama menyentring lensa pada theodolit ke patok yang ada dibawahnya.Mak
a saat meletakan alat theodolit pada statip, usahakan statip tegak
lurus pada patok dibawahnya. Yang kedua mengatur apakah alas theodolit sudahhor
izontal. Caranya dengan menaik turunkan ketiga kaki statip. Kemudiancentring yang
ketiga dilakukan dengan caranya dengan memutar ketiga skrupyang ada di
theodolit. Skrup ini diberi nama A, B dan C. Skrup AB diputarsecara bersamaan, jika
skrup A diputar ke dalam maka skrup B pun harusdiputar kedalam. Setelah skrup A
dan B, putar skrup C sendiri hinggagelembung berada di tengah. Kemudian putar
alat theodolit kesembarang arahuntunk memastikan bahwa alat sudah benar –
benar datar dengan melihatapakah gelembung nivo maih tetap ditengah atau tidak,
apabila tidak ditengahmaka ulangi lagi dari awal.

Setelah melakukan penyentringan. Tahap selanjutnya adalah menembak titikatau


target yang di amati. Pertama arahkan alat pada patok yang sedangdiamati. Lalu
kunci, agar alat tidak bergerak lagi. Selanjutnya arahkanteropong pada alat rambu
ukur arahkan pada benang tengah yang kitainginkan, usahakan agar benang tengah
bernilai bulat agar mempermudah pembacaan benang atas dan benag bawahnya.
Kemudian kunci teropong agartidak bergerak. Catat hasil pengamatannya berupa
benang tengah, benangatas, benang bawah, sudut horizontal dan sudut vertikal.
Benang bawah dapatdihitung dengan cara: 2(BT)-BA. Pengukuran diatas
dinamakan pengukuran biasa.Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran luar biasa.
Pada saat alatmasih dalam keadaan yang sama saat pengukuran biasa, buka kunci
teropongdan kunci theodolit, lalu putar alat theodolit 180°.
Kemudianlakukan penembakan titik atau target yang sama pada pengukuran biasa, t
anpa penyentringan alat terlebih dahulu.
BAB VIII
KESIMPULAN
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan antara lain :
Ø Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik
awal dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
Ø Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan
azimut dai suatu daerah.
Ø Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang
akan diplotkan ke kertas gambar.
Ø Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor
manusia, faktor alat dan faktor alam.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/15561064/Laporan_Praktikum_Ilmu_Ukur_Tanah_I.Diakses
pada hari sabtu,pukul 19:00 WIB,26 November 2016

Anda mungkin juga menyukai