Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGANTAR SURVEYING DAN PEMETAAN


MODUL 1

PERIODE 2019/2020
KELOMPOK 10

NAMA : CHRISTOVAL PANDILALA


NIM : 104118002
KELAS : CV – 2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
PENGUKURAN JARAK VERTIKAL

Christoval Pandilala10* , Shafira Aulia10 , Yosepha Pangaribuan10 , Erita Liesa Krisdinar10 ,


Muhammad Afif Fuadi10
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina
Corresponding author : christoval.ixb@gmail.com
I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada praktikum ini, akan dilakukan pengukuran jarak vertikal. Pengukuran


ini digunakan untuk mengetahui ketinggian masing – masing suatu daerah yang
ditinjau dari beberapa titik – titik ukur yang telah ditentukan. Sehingga dapat
diperoleh hasil ketinggian pada masing – masing titik yang nanti dapat dipetakan.

Praktikum ini dapat diaplikasikan pada dunia profesional misalnya teknk


sipil. Sebelum mengerjakan proyek di suatu daerah akan ada surveyor yang
melakukan surveying dengan menggunakan Theodolite untuk menentukan
ketinggian suatu tempat. Surveyor akan memetakan hasil dari surveynya dalam
bentuk berupa gambar, sehingga dapat diketahui dengan mudah kondisi ketinggian
tempat pelaksanaan proyek.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana cara mengetahui pebedaan ketinggian ( elevasi ) antara dua titik
pengukuran yang telah ditentukan?
b. Bagaimana cara menggunakan Thedolite?
1.3. TUJUAN
a. Menentukan perbedaan ketinggian ( elevasi ) antara 2 (dua) titik.
1.4. TEORI DASAR

Theodolite atau theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk


menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan
dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal.
Dimana sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak
tegak diantara dua buah titik lapangan. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan
sekon ( detik ). Dalam pekerjaan-pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan
dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari.
Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya
dibuat 90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit
bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan- pekerjaan bangunan gedung,
teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat.Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara
peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,sehingga memungkinkan sudut
horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut
vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian
sangat tinggi.Teleskop pada theodolite dilengkapi dengan garis vertikal, stadia
tengah, stadia atas dan bawah, sehingga efektif untuk digunakan dalam
tacheometri, sehingga jarak dan tinggi relatif dapat dihitung. Dengan pengukuran
sudut yang demikian bagus, maka ketepatan pengukuranyang diperoleh dapat
mencapai 1 cm dalam 10 km. Pada saat ini alat seperti alat theodolit sudah
diperbaiki dengan menambahkan suatu komponen elektronik. Komponen ini akan
menembakkan beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui cermin.

Prinsip kerja optis theodolite

(Gambar 1 Bagian – Bagian Lensa Theodolite)


 Pada theodolite terdapat 2 lensa atau 3 lensa yakni lensa objektif, lensa focus
dan lensa pembalik. Biasanya yang memiliki lensa pembalik adalah theodolite
dengan sistem digital.
 Sinar cahaya masuk melalui line of collimation seperti pada gambar.
 Cahaya akan masuk melalui lensa objektif, lalu ke lensa pembalik (jika ada)
dan terakhir ke lensa focus.
 Setelah masuk ke lensa focus, cahaya akan terlihat di mata bersamaan
dengan diafragma.
 Berikut adalah contoh beberapa diafragma yang ada pada beberapa theodolite:

(Gambar 2 diafragma Theodolite)

Setelah itu baru bisa terbaca batas atas, batas tengah dan batas bawah untuk
menentukan jarak atau ketinggian suatu benda yang dilihat dari theodolite.

THEODOLITE 0 (T0)

Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital,


hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenith dilakukan secara
manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian
tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke
dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran terdapat
alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian mendatar. Di atasnya terdapat
teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik
diagfragma.

Cara penggunaan theodolit 0 (T0) :


1. Alat dipasang di atas patok. Untuk mengetahui as pesawat tepat di atas patok atau
belum, digunakan pendulum dan diusahakan ketelitiannya 3 mm. Jika alat belum
tepat di atas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat berada di atas
patok.
2. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam posisi
mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur instrumen dan
nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat dapat digunakan.
(Gambar 3 Theodolit Konvensional (
T0 ) )

Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrument
12. Nivo tabung alhidade horisontal
II. METODE PENELITIAN
2.1. ALAT

Alat yang digunakan pada saat pelaksanaan praktikum meliputi 7 buah


sumpit , 1 unit meteran roll 10 m, 1 unit Theodolite, 1 unit Stadia, 11 buah payung,
tali berukuran ±1meter,

2.2. CARA KERJA


a. Disiapkan alat – alat yang akan digunakan untuk melaksanakan praktikum.
b. Ditancapkan sumpit(pasak) per tiga meter untuk menjadi tanda tiap titik nya.
Dimulai dari titik A, O1, B , O2, C, O3, D.

A O1 B O2 C O3 D

(Gambar 4 Penempatan pasak dengan jarak 3m)

c. Theodolite dan Tripod diletakkan pada titik O1 dan diatur ketinggian Tripod
sesuai dengan kebutuhan pengukur.
d. Setelah posisi alat sudah sesuai, diletakkan Stadia pada titik A kemudian
ketinggian pada Stadia dilihat dengan menggunakan alat Theodolite untuk
mengukur Backsight.
e. Lalu, diletakkan stadia pada titik B untuk kemudian diukur ketinggian pada
Stadia yang dilihat dengan menggunakan alat Theodolite untuk mengkur
Foresight.
f. Dicatat data Hight of Instrument, Backsight, dan Foresight pada tabel yang telah
disediakan.
g. Dilakukan kembali praktikum untuk titik O2, dan O3 sesuai dengan urutan poin
C-F.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
3.1.1. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Pengukuran Jarak Vertikal
Point Backsight Foresight Height of Remarks
(cm) (cm) Instrument
(cm)
O1 A 129,5 Pengukuran dari O1 ke A
127
B 123,7 Pengukuran dari O1 ke B
O2 B 124,5 Pengukuran dari O2 ke B
127,5
C 124,6 Pengukuran dari O2 ke C
O3 C 127,5 Pengukuran dari O3 ke C
123,5
D 113,8 Pengukuran dari O3 ke D

3.1.2. TABEL PERHITUNGAN

Tabel 2 Pengolahan Data

Point Backsight Foresight Rise Fall (cm) Remarks


(cm) (cm) (cm)
O1 A 129,5 Perhitungan dilakukan dengan
5,8
B 123,7 cara selisih antara Backsight
O2 B 124,5 dikurangi dengan Foresight.
0,1
C 124,6 Jika hasil positif berarti Rise,
O3 C 127,5 jika hasil negatif berarti Fall.
13,7
D 113,8

Tabel 3 Reduced Level (RL)

Titik Reduced Level (cm)


A 0
O1 +2,5
B +5,8
O2 +2,8
C +5,7
O3 +9,7
D +19,4
 PERHITUNGAN

1. Perhitungan pada Tabel 2 Pengolahan data

- O1 => BSA – FSB = 129,5 – 123,7 = 5,8


- O2 => BSB – FSC = 124,5 – 124,6 = -0,1
- O3 => BSC – FSD = 127,5 – 113,8 = 13,7
2. Perhitungan pada Tabel 3 Reduced Level (RL)
- A = 0 (datum)
- O1 = (RLA + BSA) – HIO1 = (0+129,5) – 127 = +2,5
- B = (Rise/Fall + RLA) = 5,8 + 0 = +5,8
- O2 = (RLB + BSB ) – HIO2 = (5,8+124,5) – 127,5 = +2,8
- C = (Rise/Fall + RLB) = (-0,1 + 5,8) = +5,7
- O3 = (RLC + BSC) – HIO3 = (5,7 + 127,5) – 123,5 = +9,7
- D = (Rise/Fall + RLC) = 13,7 + 5,7 = + 19,4

Note : HI = High of Instrument

 GAMBAR SKETSA AutoCAD :

(Gambar 5 Sketsa pada AutoCAD)

3.2. PEMBAHASAN
3.2.1. Analisis Observasi
Praktikum pengantar surveying dan pemetaan tentang pengukuran jarak
vertikal dilaksanakan pada Kamis 30 Januari 2020. Praktikum dimulai pukul
15.00 WIB dengan kondisi lingkungan meliputi cuaca yang sedang
berawan, serta kondisi tanah yang basah dengan permukaan tanah yang
tidak rata ditambah banyak rerumputan.
3.2.2. Analisis Hasil
Pada praktikum pengukuran jarak vertikal didapatkan hasil yaitu
ketinggian pada titik A, O1, B, O2, C, O3, dan D. Prinsip metode yang
digunakan menggunakan Theodolite dengan melakukan pengukuran
pertama pada titik O1 diukur Backsight terhadap titik A diperoleh angka
129,5 cm dan Foresight terhadap titik B diperoleh angka 123,7 cm, serta
ketinggian alat pada titik O1 diperoleh angka 127 cm. Kedua pada titik O2
diukur Backsight terhadap titik B diperoleh angka 124,5 cm dan Foresight
terhadap titik C diperoleh angka 124,6 cm, serta ketinggian alat pada titik
O1 diperoleh angka 127,5 cm. Ketiga pada titik O3 diukur Backsight
terhadap titik C diperoleh angka 127,5 cm dan Foresight terhadap titik D
diperoleh angka 113,8 cm, serta ketinggian alat pada titik O3 diperoleh
angka 123,5 cm. Kemudian data tersebut diolah sehingga mendapatkan
Reduce Level mulai dari titik A sebagai datum adalah +0, titik O1 diperoleh
nilai +2,5 , titik B diperoleh nilai +5,8 , titik O2 diperoleh nilai +2,8 , titik
C diperoleh nilai +5,7 , titik O3 diperoleh nilai +9,7 , dan titik D diperoleh
nilai +19,4 . Adapun hasil tersebut sesuai dengan tujuan yaitu menentukan
elevasi pada masing – masing titik yang telah ditentukan.

3.2.3. Analisis Error


Pada praktikum ini kemungkinan terjadinya error sangat kecil karena
tidak membandingkan hasil praktikum dengan teori. Adapun kemungkinan
error meliputi kondisi tanah yang basah dapat membuat posisi alat dapat
berubah – ubah sehingga menyebabkan kurang akuratnya hasil. Kemudian
error terjadi pada alat itu sendiri dikarenakan proses perawatan yang buruk
sehingga alat menjadi kurang akurat lagi.

IV. KESIMPULAN
Pada prinsipnya theodolite merupakan suatu alat ukur pemetaan yang memiliki
fungsi untuk mengetahui ketinggian secara vertikal, menentukan posisi sudut suatu
benda yang ditinjau terhadap titik yang telah ditentukan. Prinsip tersebut dapat
diaplikasikan dalam menentukan elevasi suatu tanah dengan titik tinjau yang telah
ditentukan. Maka dari itu, dengan prinsip theodolite dapat ditentukan elevasi tanah
dari titik A, O1, B, O2, C, O3,dan D dengan titik A sebagai datum.

V. APLIKASI PADA DUNIA KERJA

Aplikasi dari praktikum ini dapat diterapkan pada dunia kerja, antara lain :
1. Sebagai metode yang dapat dilakukan untuk menentukan ketinggian suatu
tempat yang akan dijadikan lokasi proyek bangunan.
2. Sebagai metode yang dapat dilakukan untuk membuat peta kontur suatu daerah.
3. Sebagai metode yang dapat dilakukan untuk menentukan elevasi pada poses
perencanaan pembangunan jalan raya.
4. Sebagai metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kemiringan saluran
pada poses perencanaan pembangunan saluran irigsasi
VI. DAFTAR PUSTAKA
Indradjaja,Ida . 2018. PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR
PENGGUNAAN THEODOLITE.https://docplayer.info/73040955-Prinsip-
kerja-dan-prosedur-penggunaan-theodolite-prinsip-kerja-optis-theodolite.html
diakses pada 4 Februari 2020 pukul 22.04 WIB
VII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai