TASAWUF
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf yang diampu oleh :
Hilmi Azizi, M,Pd,I
Disusun Oleh:
FAKULTAS DAKWAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kemudahan dan
pertolonganya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
tepat waktu. Selawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw., yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang.
Tak lupa ucapan syukur senantiasa terucap kepada Allah swt atas
limpahan rezekinya berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata
kuliah Akhlak Tasawuf dengan judul Sejarah Perkembangan dan
Pertumbuhan Tasawuf.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1-PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................2
BAB 2-PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Tasawuf..................................................................3
B. Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa...........................................2
1. Tasawuf Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah.............................4
2. Tasawuf Pada Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah............................5
3. Tasawuf Pada Abad Kelima Hijriyah.................................................5
4. Tasawuf Pada Abad Keenam dan Ketujuh Hijriyah...........................6
5. Tasawuf Pada Abad Kedelapan Hijriyah............................................
..........................................................................................................................5
BAB III-PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................8
B. Saran........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mengenai kemunculan tasawuf sendiri terdapat dua anggapan, yakni
ada yang menganggap bahwa lahirnya ilmu tasawuf disebabkan karena
adanya pengaruh ajaran di luar Islam, tetapi ada pula yang menganggap
lahirnya tasawuf itu bersamaan dengan lahirnya agama Islam 3. Masing-
masing anggapan tersebut akan diulas di bawah ini.
4
bersangkutpaut juga terdapat pada budaya etis, asketis serta
abstraksi intelektual yang mengadopsi dari Budhisme. Kemudian
paham fana hampir sama dengan nirwana dalam agama Buddha
yang mana mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia
dan hidup untuk akhirat.
5
Hamka, Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya.
5
syukur, Almukmin ayat 55 membahas tentang sabar, Almaidah ayat
119 membahas tentang ridha dan lain sebagainya.
7
Syukur, Intelektualisme Tasawuf.
6
Perjalanan tasawuf ini pun kemudian dilanjutkan pada masa-masa
selanjutnya dari abad pertama Hijriyah hingga abad ketujuh Hijriyah.
Adapun lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut:
7
Setelah beliau diangkat sebagai Rasul dan telah menjabat
sebagai pemimpin atau kepala negara di Madinah, kehidupan
beliau sangat sederhana. Dalam rumah tidak ada perabot rumah
tangga yang mewah, makanan yang enak, jarang pula terdapat
alat-alat rumah tangga. Untuk urusan makan, jangankan
makanan yang lezat, makanan yang biasa dimakan sehari-hari
belum tentu tersedia pada setiap jam makan. Aisyah ra pernah
mengatakan bahwa dalam sehari-hari Rasulullah Saw tidak
pernah makan sampai dua kali dan paling banyak makanan
yang tersimpan tidak lebih dari sepotong roti yang itupun
dimakan oleh tiga orang. Diketahui pula beliau tidur di atas
tikar sampai terdapat bekas pada pipi beliau.
8
mengikuti dakwah Rasulullah Saw. Abu Bakar juga memiliki
akhlak yang tinggi dan selalu hidup saleh dan taqwa. Pada
masa kehidupannya hanya memakai pakaian sehelai kain saja.
Bahkan segala harta bendanya dikorbankan demi kepentingan
agama dan negara. Disebutkan dalam sebuah riwayat, pada saat
Rasulullah Saw masih hidup yang ketika itu akan menghadapi
perang Tabuk, beliau bertanya kepada para sahabat siapakah
yang bersedia memberikan harta bendanya di jalan Allah. Abu
Bakar kemudian menjawab bahwa dirinya akan menyerahkan
seluruh harta kekayaannya. Kemudian setelah Rasulullah Saw
bertanya kepada Abu Bakar terkait sesuatu yang akan
ditinggalkan untuk dirinya dan keluarganya, Abu Bakar
menjawab bahwa cukup baginya meninggalkan Allah dan
Rasul-Nya.
9
yakin bahwa umurnya sampai bulan depan. Mendengar hal
tersebut, Umar akhirnya tersedu sambil mengeluarkan air mata
dan akhirnya tidak jadi meminjam uang di Baitul Mal. Dan
masih banyak lagi cerita yang mengisahkan kehidupan Umar
yang sangat sufi tersebut.
10
sobek), ia hanya menjawab untuk mengkhuyukkan hati dan
untuk menjadi teladan bagi orang-orang yang beriman.
11
berkata, “Silakan bertanya wahai Amirul Mukminin”.
Kemudian Ali bin Abu Thalib pun bertanya, “Ceritakan
kepadaku apa kebaikan agama dan apa pula kerusakannya?”.
Dijawab oleh Hasan Basri, “Kebaikan agama itu adalah hidup
wara’, dan kerusakan agama itu adalah hidup tamak”. Setelah
dijawab demikian, maka Ali pun berkata, “Engkau benar, dan
sekarang berbicaralah”.
12
yang terkenal dan seorang tabi’in yang sangat zahid dan tak
tertandingi. Dalam hal meriwayatkan hadits, ia dijuluki sebagai
‘Amirul Mukminin dalam hal hadits’.
10
Hamka.
11
Syukur, Intelektualisme Tasawuf.
13
Lebih jauh Abu al-Wafa menegaskan, bahwa tasawuf pada abad
ini lebih mengarah kepada ciri psikomoral, dan perhatiannya
diarahkan pada moral dan tingkah laku. Sebab pada masa ini ilmu
tasawuf terbagi menjadi tiga, yaitu Ilmu Jiwa, Ilmu Akhlak, dan Ilmu
Metafisika. Ditambah pula bahwa demikian pesatnya perkembangan
tasawuf pada abad III dan IV Hijriyah ini, sehingga seolah-olah sudah
merupakan madzhab, bahkan sebagai agama yang berdiri sendiri. Pada
abad ini pula terdapat dua aliran yaitu tasawuf sunni dan tasawuf semi
falsafi.12
Pernah ditanya oleh seseorang apa hakikat cinta itu. Zunnun Al-
Misri menjawab, “Bahwa engkau mencintai apa yang dicintai Allah,
dan engkau membenci apa yang dibenci-Nya. Engkau memohon
ridha-Nya, dan sekalian engkau tolak yang akan menghalangimu
menuju Dia. Jangan takut akan kebencian orang yang membenci. Dan
jangan mementingkan diri dan melihatnya, karena dinding yang
sangat tebal untuk melihat-Nya ialah lantaran melihat diri sendiri.
Orang yang arif adalah bangga dalam kefakirannya. Apabila
12
Hamka, Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya.
14
disebutnya nama Allah, ia merasa bangga, dan apabila disebut nama
dirinya, ia merasa miskin”.
13
Sjukur, Ilmu Tasawuf.
15
Zahrawi dalam kitabnya ‘Al-Fiqh wa At-Tasawwuf’, “Tidak ada
Tuhan melainkan saya. Sembahlah saya , amat sucilah saya.
Alangkah besar kuasaku”.
14
Hamka, Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya.
16
Ketundukan dan penyerahan yang membuat jiwa senentiasa
mendorong hendak mencapai derajat yang tinggi.
15
Syukur, Intelektualisme Tasawuf.
17
a. Hulul, berarti ketuhanan (lahut) menjelma ke dalam diri
manusia (nasut). Hal ini akan terjadi ketika kebatinan seorang
manusia sudah suci bersih di dalam menempuh perjalanan
dalam hidup kebatinan, maka tingkat hidupnya akan naik dari
maqam (tingkatan) ke maqam yang lain, misalkan
dari muslimin, mukminin, shalihin, dan muqarrabin. Pada
maqam muqarrabin, orang sudah sangat dekat dengan Tuhan
sehingga timbullah penyatuan dirinya dengan Tuhan.
18
menyebabkan pertarungan sengit antara ulama fiqih dengan para sufi
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Ditambah lagi pada
masa itu berkembang mazhab Syi’ah Ismailiyah dengan konsep
imamah-nya yang mampu mendekatkan para sufi dengan kaum
Syi’ah. Sehingga mendekatnya kaum sufi dengan kaum Syi’ah
menyebabkan semakin buruknya pandangan ulama fiqih terhadap
tasawuf[1].
Pada masa ini pula, filsafat dan ilmu kalam berkembang dengan
pesatnya, yang lambat laun ajaran tasawuf sudah mulai kemasukan
filsafat. Dr. Ibrahim Hasan Ibrahim dalam bukunya ‘Tarikhul Islam’
menerangkan bahwa tasawuf Islam berkembang dengan pesatnya di
kalangan kaum muslimin, khususnya di kalangan orang-orang Persi
yang masuk Islam. Dalam perkembangannya yang terakhir, tasawuf
Islam telah bersatu dengan ajaran filsafat, sehingga menjadi satu
model yang dinamakan Filsafat Tasawuf. Filsafat tasawuf merupakan
perpaduan antara ajaran-ajaran Neo-Platonisme, dan di pihak lain
dengan ajaran Persia dan India.18
17
Sjukur.
18
Hamka, Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya.
19
Al-Ghazali, memiliki nama asli Abu Hamid Al-Ghazali, lahir di
desa yang bernama Thus pada tahun 450 H/1057 M, dan meninggal
pada tahun 505 H/1111 M. Al-Ghazali hidup pada zaman Nizamul
Mulk, seorang menteri besar kerajaan Bani Saljuk. Sosok Al-Ghazali
sebagai seorang pemikir yang besar telah mempererat kembali segala
perselisihan dan pertikaian yang telah timbul, terutama antara para
sufi dengan ulama fiqih.
20
bukannya bertambah teguh imannya, malah menimbulkan
keraguan. Oleh sebab itu kalau hanya mengandalkan akal,
maka tidak akan dapat menemukan kebenaran, keadilan,
kecintaan, dan keyakinan, sebab akal saja tidak dapat mencari
nilai. Begitu pula tentang kesalahan yang didapat pada para ahli
tasawuf seperti yang disebutkan sebelumnya, namun kesalahan
ini masih dapat diperbaiki, asalkan ada dua perkara yang tidak
boleh dipisah, yakni ‘Ilmu dan Amal’.
b. Konsep Ma’rifat
c. Tingkatan manusia
21
d. Iman dan yakin
e. Bahagia
22
Demikianlah pemikiran tasawuf Al-Ghazali, yang
akhirnya membuka jalan baru bagi tasawuf Islam. Konsep
tasawuf Al-Ghazali ini bahkan menjadi ilmu baru yang bukan
hanya bagi umat Islam, namun juga orang-orang Nasrani pada
abad-abad pertengahan. Al-Ghazali dalam tasawufnya juga
berhasil menggabungkan rasa keindahan dan cinta, yang
akhirnya menghasilkan seni yang hidup dalam Islam. Hal ini
nampak pada seni arsitektur seperti pada menara masjid, kubah
masjid, ukiran Al-Qur’an, pada syair-syair yang merdu dan
mendalam dari para sufi abad-abad berikutnya, seperti
Jalaluddin Rumi, dan lain-lain.19
Beberapa tokoh sufi terkenal ini akan diulas secara garis besar berikut:
23
dan bertukar pikiran dengan para ulama disana. Lantaran
pemikirannya yang sangat bebas, akhirnya timbul pertentangan
dengan para ulama fiqih sehingga ia dituduh zindiq dan ilhad (tidak
bertuhan/keluar dari agama). Kemudian para ulama fiqih meminta
kepada Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin) yang terkenal untuk
menangkapnya dan dijatuhi hukuman mati. Setelah mendengar
desakan dari para ulama fiqih tersebut, maka Sultan mengutus
anaknya, Malik Az-Zahir, untuk menanngkapnya dan
memasukkannya ke dalam penjara. Setelah berada di penjara, Al-
Syuhrawardi tidak mau makan dan minum sampai meninggal pada
tahun 587 H/1191 M.
24
lain, baik alam yang maddi (nampak) atau alam rohani. Dari kekuatan
tersebut kemudian menggerakkan segala falak dan mengatur akan
segala aturannya.
Bagi Ibnu Arabi, wujud itu hanya satu, wujud makhluk adalah
wujud khalik (Al-khaliq huwal makhluq, wal makhluq huwal khaliq).
20
Hamka.
25
Tidak ada perbedaan di antara yang qadim (eternal) yang disebut
Khalik dengan yang baru yang disebut makhluk. Perbedaan itu hanya
rupa dan ragam dari hakikat yang satu, karena itu keduanya
mempunyai sifat yang sama. Singkatnya bagi Ibnu Arabi, hamba itu
Tuhan dan Tuhan itu hamba.
26
maka dengan munculnya sosok Ibnu Arabi ini, pertentangan lama
kembali bangkit dengan hebatnya. Terkait Al-Hallaj, kemungkinan
besar masih dapat dimaafkan atau minimal dimaklumi adanya karena
perkataan yang diucapkannya itu dalam keadaan sakar (mabuk
kepayang) meski pada akhir hayatnya ia dihukum mati. Namun untuk
Ibnu Arabi, yang dipandang sebagai seorang yang berilmu, berfilsafat,
dan bertasawuf, maka para ulama fiqih tidak dapat membiarkannya
begitu saja.
27
menuju kekufuran (atheisme). Ibnu Taimiyah membagi fana’ menjadi
tiga bagian: fana’ ibadah, fana’ syuhud al-qalb, dan fana’ wujud ma
siwa Allah. Terhadap fana’ pertama dan kedua, masih dalam batas
kewajaran, baik ditinjau dari segi psikologis maupun agamis.
Sedangkan fana’ ketiga dianggap menyeleweng dari ajaran Islam dan
dianggap kufur. Ibnu Taimiyah cenderung bertasawuf sebagaimana
yang pernah diajarkan Rasulullah Saw, yakni menghayati ajaran
Islam, tanpa mengikuti aliran thariqah tertentu sebagaimana manusia
pada umumnya. Tasawuf model ini yang cocok untuk dikembangkan
di masa modern sekarang.
Penyebab mundurnya tasawuf di dunia Islam pada abad ini antara lain:
28
seperti Al-Kassyani atau Al-Kisani (w. 739 H/1321 M) yang
telah banyak menulis buku-buku tentang tasawuf, namun dia
tidak mengeluarkan pendapat yang baru. Ada pula seorang sufi
besar pada abad ini yang bernama Abdul Karim Al-Jaili,
seorang pengarang kitab ‘Insan Kamil’. Isi bukunya sempat
membuat gempar para ulama fiqih, karena isinya memperindah
konsep-konsep pikiran Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, dan lain-
lain.
22
Noer Iskandar.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada dua teori mengenai lahirnya ajaran tasawuf , yaitu ajaran tasawuf
murni berasal dari ajaran Islam dan ajaran tasawuf merupakan pengaruh dari
ajaran selain Islam (Kristen, Hindu, Buddha, Filsafat Yunani). Tasawuf
berkembang mulai dari zaman Rasulullah sampai sekarang. Pada masa
perkembangannya muncul banyak tokoh-tokoh terkenal seperti Hasan Al
Basri, Rabiatul Adawiyah, Sufyan Tsauri, Husain bin Mansuh Al-Hallaj,
Abu Yazid Al Busthami, dan lain sebagainya.
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31