Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimana hubungan antara etika, disiplin, dan hukum dalam praktik kedokteran gigi?

Hukum merupakan salah satu sarana untuk mengatur, menertibkan, dan menyelesaikan berbagai permasalahan
ditengah-tengah masyarakat disamping sarana dan pranata sosialnya. Memandang fungsi hukum dari tiga hal
pokok, yaitu: berfungsi menjaga keamanan masyarakat, berfungsi menjalankan (menerapkan) ketertiban
peraturan perundang-undangan serta berfungsi menyelesaikan sengketa. Oleh karena itu berfungsinya hukum
banyak tergantung dan dipengaruhi oleh system sosial budaya lainnya, yaitu ekonomi, sosial, budaya, kebiasaan
(adat), pengetahuan dan pendidikan, agama, lingkungan, politik dan sebagainya.

2. Apa tugas dan wewenang dari MKDKI?


Secara umum tugas MKDKI adalah melakukan penegakan hukum atas penyelenggaraan praktik kedokteran yang
merugikan kepentingan pasien. Hal ini adalah sebagaimana tertuang dalam Pasal 64 UU Praktik Kedokteran,
yaitu:
(1) MKDKI bertugas menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan
dokter gigi yang diajukan; dan
(2) Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi.

3. Apa contoh pelanggaran disiplin?


- Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
- Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi yang sesuai
- Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut
- Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan
yang sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut
- Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa
sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
- Tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan
pasien
- Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
- Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
- Melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali,
atau pengampunya
- Tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis dengan sengaja
- Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri atau keluarganya
- Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan, atau teknologi yang
belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak
- Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan
- Manusia sebagai subjek penelitian tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang
diakui pemerintah
- Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
- Menolak atau menghentikan tindakan/asuhan medis atau tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang undangan yang
berlaku
- Membuka rahasia kedokteran
- Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara
benar dan patut
- Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati
- Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yang tidak
sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang undangan yang berlaku
- Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan kekerasan terhadap pasien dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran
- Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
- Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta pemeriksaan, atau memberikan resep obat/alat
kesehatan
- Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki baik lisan
ataupun tulisan yang tidak benar atau menyesatkan
- Adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan zat adiktif lainnya
- Berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin praktik, dan/atau sertifikat kompetensi
yang tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
- Tidak jujur dalam menentukan jasa medis tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya
yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin profesional dokter
dan dokter Gigi.

4. Apa contoh pelanggaran hukum?


UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Pada pasal 190, dijelaskan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan dapat diancam
paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) jika tidak
memberikan pertolongan pertama kepada pasien yang dalam keadaan darurat. Lanjutannya, jika perbuatan
itu menyebabkan cacat atau kematian maka hukumannya menjadi penjara 10 tahun dan denda
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
 Melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat atau teknologi tanpa mendapat
izin dari lembaga kesehatan yang berwenang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya sehingga menimbulkan kerugian, luka bakar atau kematian dapat dipidana penjara satu tahun
dan denda Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) terdapat pada pasal 191
 Memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dapat dikenai hukuman penjara 10 tahun dan denda
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
 Bedah plastik untuk mengubah identitas
 Aborsi yang tidak sesuai ketentuan
 Memperjualbelikan darah
 Memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi

5. Akhlak yang seharusnya dimiliki oleh dokter gigi muslim


1) prinsip Tabligh: menyampaikan atau Informative, dokter harus menyampaikan apa yang menjadi hak pasien,
sampaikan informasi apa saja yang dibutuhkan pasien, contohnya informed consent.
2) prinsip Amanah: Dokter harus dapat menjaga amanah dan kepercayaan, dan selalu menjaga rahasia pasien
bahkan sampai pasien tersebut meninggal dunia. Amanah berarti dapat dipercaya.
3) prinsip Ukhuwah: dokter harus mampu bekerjasama dengan siapa saja, harus selalu menjaga hubungan baik
dengan sesama, ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniah.
4) prinsip Fathonah: dokter harus terus belajar sepanjang hayatnya, menimba ilmu dan mengasah
kemampuannya secara berkesinambungan
5) prinsip Ikhlas: Dalam melakukan tindakan medis selalu didasari niat karena pengabdian atau altruisme
semata-mata karena Allah pada saat sebelum mulai, sewaktu bekerja dan sesudah bekerja. Ikhlas bukan berarti
harus gratis tetapi sikap tidak mengharap pujian, kemashuran, kebendaan, tidak marah ketika dicerca, tidak
bangga diri ketika dipuji dan ada uang atau tidak uang siap berbakti.
6) prinsip Kaffah: Dokter harus berbuat yang terbaik untuk pasien, mengerahkan kemampuan dan daya upaya
untuk keselamatan pasien
7) prinsip Shiddiq: jujur meliputi jujur perkataan, jujur dalm janji, jujur perbuatan, jujur dalam pergaualan dan
jujur dalam hati.
8) prinsip Uswatun hasanah: dokter harus menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata untuk
kebaikan, kepuasan, kesembuhan dan kemanfaatan bagi pasien.
9) prinsip Rahmatan lil’alamin: Dari asal kata rahmat yang berarti kebaikan atau manfaat dari Allah yang maha
pemurah untuk seluruh makhluknya. Dengan prinsip in dokter akan selalu memprioritaskan kebaikan demi
untuk kepentingan pasiennya. Dokter harus senantiasa berniat teguh dalam hatinya akan memberikan kasih
sayang, menyelematkan jiwa pasien, menerapkan prinsip aegroti salus lex suprema (keselamatan pasien adalah
yang utama).
10) prinsip Yaqin: dokter harus yakin tentang apa yang dilakukannya karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan dihadapan ALLAH SWT, dan juga sesama manusia .
11) prinsip Adil: dokter harus selalu berlaku adil terhadap siapa saja, tidak diskriminatif , tidak membuat
stigmatisasi dan klasifikasi pasien.
12) prinsip Daulah: dokter harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, menghormati hak asasi manusia dan
harkat martabatnya sebagai makhluk biopsikososiokultural yang utuh.
13) prinsip Istiqomah: dokter harus selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh dan berniat terus
menerus untuk memperbaiki diri menuju kesempurnaan.

6. Pandangan islam tentang kasus diatas


Hadist:
Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Janganlah engkau membahayakan dan saling merugikan”.
(HR. Ibnu Majah, Daraquthni dan lain-lainnya, Hadits hasan. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Malik
dalam Al Muwaththa sebagai Hadits mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam tanpa menyebut Abu Sa’id. Hadits ini mempunyai beberapa jalan yang saling menguatkan)[Ibnu
Majah no. 2341, Daruquthni no. 4/228, Imam Malik (Muwaththo 2/746)]

Daftar Isi

Ashadi L. Diab. Dinamika Hukum dan Etika Dalam Profesi Kedokteran. Kendari.

Dody Firmanda. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran.
Jakarta.

Sapta Aprilianto. PERAN MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI) TERHADAP DUGAAN
KELALAIAN MEDIS DOKTER. Volume 30. No. 3. September 2015. Surabaya.

Taufik Suryadi. Prinsip – Prinsip Etika dan Hukum dalam Profesi Kedokteran. 2009. Aceh.

Anda mungkin juga menyukai