Anda di halaman 1dari 2

Tugas Individu

Nama : Rosa Galica Gita Gressia


NIM : 1812201010010
Mata Kuliah : Etik Keperawatan
Dosen Pembimbing : Teuku Tahlil, S.Kp., M.S., Ph.D
Hari/tanggal : Jumat/14 Desember 2018

DILEMA ETIK KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL


Kasus :

Pasien B berusia 22 tahun, mahasiswa semester VI perguruan tinggi negeri di Banda Aceh. Karena
kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan harus bed rest dalam waktu lama.
Akibat dari bed rest, ia menderita pneuomia berat dan ulkus decubitus yang luas. Saat ini kondisi
pasien semakin memburuk ditandai dengan sesak berat dan nyeri hebat yang dirasakannya. Dokter
menetapkan untuk pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tinggi serta penanganan lebih
lanjut untuk konsul ke bagian paru agar dapat ditangani. Pada waktu akan dilakukan tindakan
pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien meminta untuk tidak memberikan obat
atau melakukan tindakan apapun kepadanya. Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai
dan bermartabat.

Sebagai tenaga kesehatan, maka yang harus dilakukan perawat adalah


1. Identifikasi kasus
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan
pasien terhadap tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema moral yaitu
memenuhi permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa persetujuannya. Mari kita
menyelidiki argumen pro dan kontranya.

Argumen Pro
Tindakan perawat untuk memberikan infus dan injeksi antibiotik memanglah tidak dapat
mengembalikan keadaan pasien sebelumnya,  sehingga hal itu adalah hak pasien untuk
menentukan. Perawat  dan keluarga bisa menjelaskan semua kebaikan dari pemasangan infus dan
injeksi antibiotik dan konsekuensi apabila tidak dilakukan tindakan tersebut, tetapi sesudah itu
pasien berhak megambil keputusan. Pada kasus ini pasien bisa dikatakan kurang kompeten tetapi
hal itu adalah prinsip personal dari individu itu sendiri yang harus dihormati oleh perawat. Dari
Tugas Individu

kondisi pasca kecelakan itu sendiri pasien telah dinyatakan lumpuh total sehingga dia tidak akan
bisa beraktifitas seperti dahulu kala. Belum tentu benar prinsip pasien itu adalah keegoisan
pribadi, sebagaimana perawat yang harus melakukan pekerjaannya sebagai bentuk
keprofesionalanya terhadap profesinya yang itu sediri bisa dikatakan keegoisan pribadi pula.
Sehingga perawat juga harus menurunkan egonya untuk menghormati prinsip pasien.

Argumen Kontra
Bagi dunia medis sulit untuk diterima bahwa seorang pasien memilih untuk mati jika secara medis
ia bisa diselamatkan. Salah satu prinsip dasar dalam prinsip etika keperawatan adalah berbuat
baik. Yang paling baik yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan pasien yang terancam maut.
Pasien ini termasuk masih bisa diselamatkan. Tentu saja tidak pernah ada kepastian bahwa di masa
mendatang kelumpuhan akan bisa sembuh. Hanya, pemulihan kesehatan itu harus berlangsung
lama dengan keadaan cacat seumur hidup. Hal itu pasti berat untuk pasien yang sepanjang
hidupnya selalu aktif dan tak tergantung pada orang lain. Tetapi di rumah sakit mempunyai
fasilitas yang memadai untuk membantu dia menyesuaikan diri dengan keadaan lumpuh. Semua
itu sudah dijelaskan kepadanya. Rupanya dia bersikap kurang rasional, kalau ia memilih untuk
mati saja. Apalagi kalau penyakit yang dideritanya dibiarkan terus tanpa penanganan pasien akan
mengalami banyak penderitaan lagi yang sebenarnya tidak perlu. Baik bagi dia sendiri maupun
untuk keluarganya akan timbul keadaan tidak nyaman jika masalah ini dibiarkan menjadi sebab
kematiannya. Hidup menjadi seseorang yang lumpuh total adalah sangat berat namun bila pasien
ingin meninggal karena tak tertangani  dengan baik akibat adanya pneuomia dan ulkus decubitus
yang luas itu akan membawa penderitan bagi dirinya dan orang-orang terdekatnya. Tetapi dengan
tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik penderitaan itu bisa dihindari.

Pada kasus ini perawat mengalami dilema antara memenuhi keinginan pasien atau melakukan
tindakan tanpa persetujuan pasien.
 Sehingga menurut kelompok kami terdapat dua solusi utuk kasus ini, yaitu:
a. Tetap melakukan tindakan pemasang infus dan injeksi antibiotik kepada pasien walaupun
tanpa persetujuan pasien, karena apabila tidak dilakukan maka dapat memperparah kondisi
pasien itu sediri, sesuai dengan prinsip etika (Beneficience).
b. Dengan berat hati perawat tidak melakukan  tindakan pemasang infus dan injeksi antibiotik
kepada pasien untuk menghormati keputusanya setelah semua konsekuensinya telah
dijelaskan kepada pasien, sesuai dengan prinsip etika kebebasan pasien (Autonomy).

Anda mungkin juga menyukai