Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6 dan 4
tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini
Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif
menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan
operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua
pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak
cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalkan
ruangan dokter memberi tahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi
adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan
menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya,
yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak.
“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu
suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”,“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi,
tidak ada jalan lain”, “yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan
jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.” Sehari sebelum operasi klien berunding
dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin
punya anak lagi.

Penyelesaian Kasus

Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini didefinisikan sebagai suatu
masalah yang melibatkn dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan
keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil salah satu
kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989),
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya,
berkaitan dengan:

Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah/kandungan, Rohaniawan dan
perawat. Tindakan yang diusulkan yaitu:

Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.D. tetapi pasien mempunyai
otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti tubuhnya, walaupun sebenarnya bukan itu
yang diharapkan, karena pasien masih meginginkan keturunan. Maksud dari tindakan yaitu: dengan
memberikan pendidikan, konselor, advocasi diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat
membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar kanker
rahim yang dialami Ny.D dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.

Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:

Bila operasi dilaksanakan:

Biaya: biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya. Psikologis: pasien
merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi berjalan baik dan lancar, namun klien juga
dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal. Selain itu
konsekuensi yang harus dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak mungkin lagi bisa
memiliki keturunan. Fisik: klien mempunyai bentuk tubuh yang normal. Biaya: biaya yang dibituhkan
klien

Biaya ; tidak mengeluarkan biaya apapun. Psikologis: klien dihadapkan pada suatu ancaman
kematian, terjadi kecemasan dan rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa sulit d engan
penyakitnya.
Fisik: timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan sesudah senggama, keluar keputihan
atau cairan encer dari vagina.

Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut. Untuk memutuskan apakah
operasi dilakukan pada wanita tersebut, perawat dihadapkan pada konflik tidak menghormati
otonomi klien. Apabila tindakan operasi dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak
melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral. Bila menyampaikan penjelasan dengan
selengkapnya perawat kawatir akan kondisi Ny.D akan semakin parah dan stress, putus asa akan
keinginannya untuk mempunyai anak Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak
melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat Bila perawat menyampaikan pesan dokter,
perawat melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat
tidak bekerja sesuai standar profesi. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut. Menjelaskan
secara rinci rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi. Menjelaskan dengan jelas
dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi Memberikan
penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan
dengan anak angkat dan sebagainnya. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga
atas penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat
dilakukan oleh keluarga. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu
dan mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk
dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila
dilakukan dan bila tidak dilakukan. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan
siapa pengambil keputusan yang tepat. Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks
dan rumit, membuat keputusan dilkukan operasi atau tidak, tidak dapat diputuskan pihak tertentu
saja, tetapi harus diputuskan bersama-sama yang meliputi: Siapa yang sebaiknya terlibat dalam
membuat keputusan dan mengapa mereka ditunjuk. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat
Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan
peraturan/hukum).
Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan
oleh tindakan yang diusulkan. Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan,
jadi atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari
pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan
alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan
perawat primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga
dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat
memutuskan hal terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan rencana operasi dapat
diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang
lengkap dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas
pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien dapat
dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer, kepala
ruangan dan dokter bedahnya.

Mendefinisikan kewajiban perawat Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat
perlu membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini meningkatkan kesejahteran pasien
membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab keluarga
tentang kesehatan dirinya. membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem pendukung
melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawat melindungi dan melaksanakan standar
keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang berlaku
diruangan tersebut.

Membuat keputusan.

Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi dilema etik, tim
kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk
pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan
apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada
keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu
apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan
pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang
dilakukan.

Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga tetapi setelah
perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien
dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan
melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi
harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang
dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai bentuk tanggung jawab perawat
terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan
harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi
pasien dan keluarga. Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan
keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang perawat, keputusan yang terbaik
adalah dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia
hanya bisa berusaha.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan,
etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang
merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan dalam
teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan
nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus
dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien sebagai
penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam kondisi sakit.
Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak dan kewajiban
masing-masing. Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering
terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa
factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena adanya interaksi atau
hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema etik harus diselesaikan baik pada tingkat
individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh tanggung jawab dan tuntas.
Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga keputusan yang
diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik pemberi dan penerima asuhan
keperawatan. Banyak teori yang membahas dan membuat kerangka penyelesaian masalah etik,
tetapi penyelesaian secara umum bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan
peninjauan kembali terhadap kejadian, memanggil saksi-saksi, mengkaji dan mengidentifikasi
pelanggaran etik yang dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap pelanggaran atau memberikan
rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal tersebut yang penting adalah bagaimana
masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik dan memuaskan semua pihak.

Saran
Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk pelindungan
hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan. Kode etik di Indonesia yang sudah ada
perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan
secara baik dilapangan. Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan
dan tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila
perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek
keperawatan.
Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan
pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Cv. Jakarta: Trans Info Media. Ismani, N. 2001.
Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Potter dan Perry, 2005. Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000).
Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Wulan dan Hastuti.2011. Pengantar Etika Keperawatan Panduan Lengakap Menjadi Perawat
Profesional Berwawasan etis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Thompson J.B dan Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmian Publ. Co

Anda mungkin juga menyukai