Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amanda Megaputri Pribadi

NIM : 2019.1660.122
Progsus keperawatan Semester 2

Saudara diminta untuk menyelesaikan kasus dilema etik dengan


menggunakan kerangkan pemecahan dilema etik sesuai yang diajarkan!

Kasus
Ibu A berusia 37 tahun, menginginkan untuk mengakhiri hidupnya. Ibu A
mengalami Kanker cerviks stadium akhir, suaminya meninggalkannya.
Ketika ibu A mengalami henti jantung, dilakukan resusitasi untuk
mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit
karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di
rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa
kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas tindakan yang
dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal
klien. Saat ini klien mengalami koma. Tiga orang perawat mendiskusikan
kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal
Ibu A dengan prinsip moral dan tugas legal untuk mempertahankan
kehidupan setiap pasien yang diterapkan di rumah sakit. Perawat X
mendukung dan menghormati keputusan Ibu A yang memilih untuk mati.
Perawat Y menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada di rumah
sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat Z
mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.

Tugas saudara adalah, membuat pemecahan masalah dilema etik


berdasarkan kerangka pemecahan masalah dilema etik.
Jawaban
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat
yang merawat Ibu A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai
berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat bisa melihat masalah atau situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a. Ibu A menggunakan haknya sebagai pasien untuk dipertahankan
atau disokong kehidupannya sehingga dilakukan resusitasi saat
mengalami henti jantung
b. Keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah
sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini
klien mengalami koma
c. Perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan
antara keinginan/hak meninggal Ibu A dengan prinsip moral dan
tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang
diterapkan di rumah sakit

2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral


Berdasarkan kasus dan analisa diatas maka bisa menimbulkan
permasalahan etik moral jika pihak perawat tersebut tidak
memberikan resusitasi kepada Ibu A karena hal tersebut merupakan
hak pasien untuk mempertahankan hidupnya.

3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan.


Alternative rencana harus dipikirkan dan direncanakan oleh perawat
besama tim medis yang lain dalam mengatasi dilemma etik seperti ini.
Adapun alternative rencana yang bisa dilakukan antara lain :
a. Perawat X mendukung dan menghormati keputusan Ibu A yang
memilih untuk mati.
Hal ini juga dapat didasari sebagai salah satu hak pasien dan
keluarga yaitu Pasien dan keluarga berhak menolak tindakan yang
hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan
serta perawatan atas tanggung jawabnya sendiri, sesudah
memperoleh Informasi yang jelas tentang penyakitnya dengan
disertai Inform consent penolakan dilakukan tindakan ang telah
disepakati atau perjanjian / persetujuan yang telah
ditandatangani. Selain itu dalam teori keperawatan peaceful end of
life Ruland & Moore (1998) dalam (Alligood, 2014) mengatakan
dapat terbebas dari rasa nyeri, memberikan rasa nyaman,
bermartabat dan merasa terhormat, merasa damai serta dekat
dengan orang yang disayang.
b. Perawat Y menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada di
rumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
DAN KEWAJIBAN PASIEN pasal 2 ayat 1 mengatakan bahwa
menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan serta pasal
7 ayat 1 mengatakan bahwa kewajiban Rumah Sakit memberikan
pelayanan gawat darurat kepada Pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf c dilakukan pada instalasi gawat darurat berupa:
a.triase; dan b.tindakan penyelamatan nyawa (life saving) atau
pencegahan kecacatan.
c. Perawat Z mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan
adalah dokter
Perawat dan dokter merupakan mitra kerja sehingga keputusan
diambil secara bersama sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

4. Melasanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan
didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar
kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif
yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan
dilema etik harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi
untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ),
yang meliputi :
a. Autonomy (Otonomi)
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan keluarga tapi ketika pasien membutuhkan haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak
Ibu A tersebut untuk mendapatkan resusitasi.
b. Benefesience (Kemurahan Hati)
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak merugikan Ibu A dan keluarga.
Sehingga perawat memilih diantara 3 alternatif diatas mana yang
paling baik dan tepat untuk Ibu A dan sangat tidak merugikan Ibu
A serta keluarga.
c. Justice (Keadilan)
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti Ibu A mendapatkan haknya sebagaimana
pasien lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh
sokkongan hidup dengan melakukan resusitasi saat henti jantung.
d. Nonmaleficience (Tidak Merugikan)
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak
menimbulkan kerugian pada Ibu A dan keluarga secara fisik
ataupun psikis yang kronis nantinya.
e. Veracity (Kejujuran)
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup – nutupi atau
membohongi Ibu A dan keluarga tentang keadaan setelah
dilakukan resusitasi.
f. Fidelity (Menepati Janji)
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Ibu A
dan keluarga sebelum dilakukan tindakan lanjutan.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan
pasien dan keluarga dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu
yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seizing pasien
dan keluarga.

Berdasarkan pertimbangan prinsip – prinsip moral tersebut


keputusan yang bisa diambil dari tiga alternative diatas lebih
mendukung adalah alternative oleh perawat Y menyatakan bahwa
semua anggota/staf yang berada di rumah sakit tidak mempunyai
hak menjadi seorang pembunuh. Mengingat alternative ini
memenuhi hak pasien yang diatur dalam peraturan rumah sakit
dan dipertanggung jawabkan oleh PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018
TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN.
Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana
dan melakukan pendekatan serta memberikan penjelasan kepada
keluarga.

5. Mengevaluasi Hasil
Alternative yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi
sejauh mana keluarga Ibu A beradaptasi tentang informasi yang
sudah diberikan, sedangkan memonitoring keadaan Ibu A tentang
perkembangan kondisi Ibu A yang sedang koma dengan berkolaborasi
tim medis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai