Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK 6

ETIKA KEPERAWATAN
PRAKTIKUM 11
DILEMA ETIK MENURUT KOZIER DAN ERB

ANGGOTA :

1. ALDIANA OKTAVIA
2. AULIA WIDYARINI
3. DIKY DARMAWAN
4. FELITA GITA IVANA
5. HUSNI PRIHASTARI
6. JAYA SETYANINGRUM
7. APITHA BUNGA MAWARNI
8. LATIFAH AZHAR DINI
9. MURFIANA
10. HENGKI HIKMAWAN NUGROHO
KASUS :

Ibu A berusia 37 tahun, menginginkan untuk mengakhiri Hidupnya. Ibu A mengalami


kebutaan, diabetes yang parah dan menjalani hemodialisa. Ketika Ibu A mengalami henti
jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak
rumah sakit karena sesuai dengan prosesdur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah
sakit tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun
keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan
hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Tiga orang perawat mendiskusikan
kejadian tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal ibu A dengan prinsip
moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan di
rumah sakit. Perawat X mendukung dan menghormati keputusan ibu A yang memilih untuk
mati. Perawat Y menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada di rumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat Z mengatakan bahwa yang berhak untuk
memutuskan adalah dokter.

JAWAB :

A. Mengemban Kata Dasar


Menurut Kozier dan Erb tahun 2004, untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan
informasi meliputi:
1). Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya.
 Yang terlibat dalam situasi tersebut adalah klien bernama ibu A, keluarga klien, perawat
X, perawat Y dan perawat Z.
 Klien mempunyai hak pasien berupa hak otonomi dalam menentukan keputusannya
yaitu klien menginginkan untuk mengakhiri hidupnya.
 Hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009, bahwa hak menerima atau menolak seluruh
atau sebagian pertolongan.
 Keluarga klien mempunyai hak sebagai wakil pasien dalam menentukan keputusan
untuk pemberian tindakan yang tepat terhadap pasien.
 Perawat X mempunyai peran advokat (pembela), dimana perawat berperan dalam
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien dimana hak klien dalam situasi tersebut
adalah hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan peran protector (pelindung), dimana
perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan
seimbang dalam memperoleh asuhan keperawatan. Perawat juga wajib menghormati
hak klien.
 Perawat Y berpendapat bahwa semua anggota staf rumah sakit tidak memiliki hak
untuk membunuh seseorang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia yaitu hak untuk
hidup.
 Perawat Z berpendapat bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter sesuai
dengan hak dan wewenang dokter terkait prognosis pasien dan terapi medis.

2). Apa tindakan yang diusulkan


 Perawat membiarkan pasien tetap dirawat dan dibiarkan hidup dengan menggunakan
terapi medis.
 Perawat mendukung keputusan klien dan keluarga klien untuk mengakhiri kehidupan
klien.
3). Apa maksud dari tindakan yang diusulkan.
 Perawat membiarkan pasien tetap dirawat dan dibiarkan hidup dengan menggunakan
terapi medis bertujuan untuk mempertahankan kehidupan klien.
 Perawat mendukung keputusan klien dan keluarga klien untuk mengakhiri kehidupan
klien bertujuan untuk menghormati hak klien untuk meninggal dengan tenang dan
mengakhiri penderitaannya.
4). Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
 Perawat membiarkan pasien tetap dirawat dan dibiarkan hidup dengan menggunakan
terapi medis bertujuan untuk mempertahankan kehidupan klien memiliki konsekuensi
terhadap staf medis yang terlibat dalam pemberian tindakan pada pasien akan mendapat
tuntutan dari keluarga pasien.
 Perawat mendukung keputusan klien dan keluarga klien untuk mengakhiri kehidupan
klien bertujuan untuk menghormati hak klien untuk meninggal dengan tenang dan
mengakhiri penderitaannya memiliki konsekuensi bertentangan dengan peraturan
rumah sakit yang menyatakan kehidupan harus disokong.

B. Identifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut


 Orang yang menyebabkan konflik
Ibu A (37 tahun) mengalami kebutaan, diabetes yang parah dan menjalani hemodialisa.
Dari kenyataan tersebut ibu A merasa putus asa, kebutaan membuatnya merasa
merepotkan orang di sekitar atau keluarganya, belum lagi hemodialisa yang harus
dijalaninya akan sangat membebani ekonomi hal tersebut dapat membuat ibu A
menderita seumur hidup.
 Keluarga ibu A:
Dalam sudut pandang keluarga, keluarga merasa kasihan dengan kondisi ibu A, dari
pada ibu A menderita lebih lama lagi lebih baik tidak dilakukan tindakan apa – apa dan
juga membebani ekonomi.
 Sudut pandang perawat X
a. Konfliknya berlawanan dengan presedur rumah sakit kerena perawat
mendukung untuk mati
b. Karena perawat mendukung dan menghormati keputusan ibu A untuk
mengakhiri hidupnya. Karena itu merupakan hak pasien dan membiarkan
pasien tersebut merupakan bentuk perawatan yang maksimal
 Sudut pandang perawat Y
Semua staf dirumah sakit tidak mempunyai hak untuk menjadi seorang pembunuh
Karena tugas perawat adalah untuk mempertahankan kehidupan dan melakukan yang
terbaik jika perawat membiarkan pasien tersebut akan menghilangkan kepercayaan
masyarat terhadap profesi
 Sudut pandang perawat Z
Yang berhak memutuskan adalah dokter
Perawat Z merasa yang memiliki hak untuk memutuskan tindakan adalah dokter.
Karena perawat tidak memiliki wewenang melakukan tindakan keperawatan seperti
pemberian obat/euthanasia.

C. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan


mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
1). Tidak menuruti keinginan pasien untuk mengakhiri hidupnya.
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian klien.
 Membiarkan klien meninggal sesuai proses semestinya.
 Melanggar hak pasien dalam menentukan nasibnya sendiri.
 Pasien harus menahan rasa sakitnya lebih lama lagi
2). Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam mempercepat proses
berduka.
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian klien.
 Tidak melanggar prosedur rumah sakit dalam melakukan tindakan resusitasi jantung
paru (RJP).
 Keluarga menjadi cemas dengan situasi tersebut.
 Keluarga harus menanggung biaya lebih besar
 Perawat harus menerima tuntutan keluarga atas tindakan yang dilakukan oleh rumah
sakit.
3). Mendukung perawat X untuk mengakhiri hidup pasien.
Konsekuensi :
 Resiko mempercepat kematian klien.
 Beresiko melanggar peraturan rumah sakit
 Hak pasien terpenuhi
 Kecemasan keluarga dan pasien berkurang
 Biaya rumah sakit tidak bertambah banyak
4). Mendukung perawat Y yang menyatakan semua anggota atau staf yang ada dirumah sakit
tidak mempunyai hak untuk menjadi seorang pembunuh.
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian klien.
 Tetap menjalankan prosedur rumah sakit dengan benar.
 Pasien harus menahan rasa sakitnya lebih lama lagi.
5). Mendukung perawat Z yang menyatakan bahwa yang berhak memutuskan adalah dokter.
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian klien.
 Perawat harus apapun keputusan dokter.

6). Mendukung pihak rumah sakit tentang prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di
rumah sakit.
Konsekuensi
 Tidak mempercepat kematian klien
 Prosedur dan kebijakan rumah sakit tetep dijalankan
 Hak pasien tidak terpenuhi
 Biaya rumah sakit jadi bertambah.

D. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat.
 Ibu A umurnya 37 tahun hendak mengakhiri hidupnya karena menganggap penyakit
dideritanya sudah sangat parah.
 Penyakit ibu A yang alami ; kebutaan, diabetes dan menjalani hemodialisa.
 Ibu A dirawat di sebuah rumah sakit .
 Pada saat dirumah sakit, ibu A mengalami henti jantung. Sesuai prosedur yang ada, ibu
A diberi penanganan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya.
 Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan terhadap ibu A tersebut.
 Pasien saat ini mengalami koma.
 Ada tiga orang perawat.
 Perawat X mendukung keputusan ibu A yang memilih untuk mati.
 Perawat Y menyatakan seluruh pegawai rumah sakit tidak boleh membiarkan pasien
meninggal.
 Sedangkan perawat Z beranggapan bahwa yang berhak mengambil keputusan diberi
penanganan atau tidak ialah Dokter.
 Yang terlibat dan yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan adalah dokter,
namun dalam pengambilan keputusan, dokter harus meminta persetujuan dari keluarga
yang bersangkutan, karena pasien mempunyai hak untuk menolak dan menerima suatu
tindakan medis.

E. Mendefinisikan kewajiban perawat


 Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
 Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar
profesi dan batas kegunaannya.
 Perawat wajib menghormati hak klien.
 Perawat wajib merujukkan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak
dapat mengatasinya.
 Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan
keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
 Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya
sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien
yang lainnya.
 Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.
 Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.
 Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
bersinambungan.
 Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
atau kesehatan secara terus-menerus
 Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tangan kemanusiaan sesuai
dengan batas kewenangannya.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien, kecuali
jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang. Perawat wajib mematuhi hal-hal
yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi
tempat bekerja.

F. Membuat keputusan
 Jadi kesimpulannya adalah kita sebagai perawat wajib melakukan pelayanan gawat
darurat sesuai batas kewenangan yang ada. Dalam kasus diatas, ibu A yang mengalami
henti jantung sudah diberikan tindakan gawat darurat berupa tindakan resusitasi , dalam
hal ini perawat sudah melakukan tugasnya sesuai denganprosedur dan kewajiban.
Namun, apabila keluarga pasien menolak tindakan resusitasi maka harus ada surat
keterangan yang menyatakan bahwa keluarga menolak tindakan.
 Jadi menurut kami, keputusan diambil oleh dokter dengan persetujuan keluarga sesuai
pendapat perawat Z.

SUMBER PUSTAKA

 Achadiat, Chrisdiono, M. 2007. Dinamika Etika & Hukum Kedokteran dalam


Tantangan Zaman. Jakarta: EGC
 Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta: EGC
 Suhaemi, Mimin Emi. 2003. Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta. EGC

SUMBER INTERNET

 http://www.slideshare.net/mobile/choirunisarumandani/dilema-etik- keperawatan-
model-pemecahan-masalah (diakses pada Senin, 5 Oktober 2017 pukul 09.45 WIB)
 http://nersbody.blogspot.co.id/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html?m=1
(diakses pada Senin, 5 Oktober 2017 pukul 10.05 WIB)
 (http://www.infoperawatindonesia.com/p/hak-dan-kewajiban- perawat.html)(diakses
pada Senin, 5 Oktober 2017 pukul 10.10WIB).

Anda mungkin juga menyukai