Anda di halaman 1dari 6

L e g a l E ti k

Aspek
dalam Iffarizki Tsalasa
C2019055/7A
L.S

e p e r a w a t a n
K tan Kritis
Keperawa
01
Justice (Keadilan)

Perawat G. bertugas di bagian Intensif Care Unit (ICU). Saat ini sedang merawat seorang nenek berusia
80 tahun dengan gagal jantung dan kondisinya sangat kritis dan harus dipasang ventilator. Klien berasal
dari keluarga miskin dan tidak mempunyai dana untuk kelangsungan perawatan di ICU, klien tidak
mempunyai keluarga dan tidak dapat dilakukan perawatan lanjutan di rumah (nursing home). Tiba-tiba
datang intruksi dari pimpinan rumah sakit bahwa nenek tersebut baru segera keluar dari icu dan
dipindahkan ke bangsal perawatan umum karena tempatnya akan digunakan oleh pejabat yang
mengalami coma diabetikum dan memerlukan perawatan di ICU.

 Setiap pasien pada dasarnya memiliki hak yang sama, namun pada kenyataannya justru pasien yang
mampu lebih diprioritaskan dibandingkan yang tidak mampu. Padahal keduanya mempunyai penyakit
yang sama-sama parah, namun pihak rumah sakit justru lebih memprioritaskan pejabat yang dinilai
martabatnya lebih tinggi dikarenakan martabat yang notabene mempunyai hak untuk menjatuhkan
institusi tersebut.
02
Confidentiality (Kerahasiaan)

Perawat X merawat pasien yang merupakan tetangga di depan rumahnya. Ternyata tetangga perawat X
tersebut mengidap penyakit HIV atau AIDS. Perawat X terkejut mengetahui pasien yang dirawatnya
merupakan tetangga yang tidak disukainya. Akhirnya perawat X tanpa sengaja telah menceritakan
penyakit pasien kepada tetangga dan kerabatnya yang lain. Sehingga tetangganya yang lain tidak mau
membezuk dia karena takut tertular. Perawat X mengatakan walaupun pasien telah keluar dari rumah
sakit dia tidak akan sembuh total dan bisa menularkan penyakitnya kepada orang terdekatnya.

 Perawat tersebut telah melanggar etik karena perawat tersebut melanggar privasi pasien, dan perawat
sudah membocorkan tentang data penyakit pasien ke tetangga yang lainnya.
03
Veracity (Kejujuran)

Ny. W seorang wanita lansia dengan usia 61 tahun, dirawat di RS dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan laluintas. Suaminya yang juga terlibat dalam kecelakaan tersebut masuk RS yang sama dan
meninggal dunia. Ny. W selalu bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya. Dokter
ahli bedah berpesan kepada perawat untuk tidak memberitahukan kematian suaminya kepada Ny. W.
Perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan mengatakan keprihatinannya kepada
perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa istruksi dokter harus di ikuti, Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.

 Prinsip veracity yaitu mengacu untuk mengatakan hal yang sebenarnya atau berkata jujur. Prinsip ini
penting karena klien membutuhkan informasi yang lengkap dan relevan untuk membuat pilihan yang
sepenuhnya rasional. Selain itu, klien juga mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi
yang terkait dengan kondisinya.
04
Beneficience (Kebaikan)

Seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi pasien tersebut harus
diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi bertentangan
dengan keyakinanya, dengan demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka
penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan
tertulis tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan
pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai pasien.

 Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan
pasien . Apabila membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus
menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawat pun yang terbaik
bagi pasien dan keluarga.
05
Outonomi (Hak Pasien Memilih)

Seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan
dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di
pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada
orang yang lemah.

 Autonomi berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang yang
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat
keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai