Anda di halaman 1dari 2

Kasus Dilema Etik III

Sdr. X , umur 20 tahun, mahasiswa semester IV perguruan tinggi negeri di Malang.


Karena kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan harus bed rest dalam waktu
lama. Akibat dari bed rest, ia menderita pneuomia dan ulkus decubitus yang luas. Dokter
menetapkan untuk pemasangan infus dan pemberian antibiotik dosis tnggi. Pada waktu akan
dilakukan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien meminta untuk
tidak memberikan obat atau melakukan tindakan apapun kepadanya. Klien menyatakan ingin
meninggal dengan damai dan bermartabat. Masalah & konflik terjadinya terkait dengan hak klien
untuk menentukan hal yang terbaik untuk dirinya sendiri. Apa yang sebaiknya perawat lakukan
pada situasi tersebut? Gunakan teori etika & tahapan proses pengambilan keputusan untuk
penyelesaian dilema etis tersebut!
Jawaban
Identifikasi kasus
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan
pasien terhadap tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema moral :
memenuhi permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa persetujuannya. Mari kita
menyelidiki argumen pro dan kontranya.

Argumen Pro
Tindakan perawat untuk memberikan infus dan injeksi antibiotik memanglah tidak dapat
mengembalikan keadaan pasien sebelumnya, sehingga hal itu adalah hak pasien untuk
menentukan. Perawat dan keluarga bisa menjelaskan semua kebaikan dari pemasangan infus dan
injeksi antibiotik dan konsekuensi apabila tidak dilakukan tindakan tersebut, tetapi sesudah itu
pasien berhak megambil keputusan. Pada kasus ini pasien bisa dikatakan kurang kompeten tetapi
hal itu adalah prinsip personal dari individu itu sendiri yang harus dihormati oleh perawat. Dari
kondisi pasca kecelakan itu sendiri pasien telah dinyatakan lumpuh total sehingga dia tidak akan
bisa beraktifitas seperti dahulu kala. Belum tentu benar prinsip pasien itu adalah keegoisan
pribadi, sebagaimana perawat yang harus melakukan pekerjaannya sebagai bentuk
keprofesionalanya terhadap profesinya yang itu sediri bisa dikatakan keegoisan pribadi pula.
Sehingga perawat juga harus menurunkan egonya untuk menghormati prinsip pasien.
Argumen Kontra
Bagi dunia medis sulit untuk diterima bahwa seorang pasien memilih untuk mati jika secara
medis ia bisa diselamatkan. Salah satu prinsip dasar dalam prinsip etika keperawatan adalah
berbuat baik. Yang paling baik yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan pasien yang terancam

maut. Pasien ini termasuk masih bisa diselamatkan. Tentu saja tidak pernah ada kepastian bahwa
di masa mendatang kelumpuhan akan bisa sembuh. Hanya, pemulihan kesehatan itu harus
berlangsung lama dengan keadaan cacat seumur hidup. Hal itu pasti berat untuk pasien yang
sepanjang hidupnya selalu aktif dan tak tergantung pada orang lain. Tetapi di rumah sakit
mempunyai fasilitas yang memadai untuk membantu dia menyesuaikan diri dengan keadaan
lumpuh. Semua itu sudah dijelaskan kepadanya. Rupanya dia bersikap kurang rasional, kalau ia
memilih untuk mati saja. Apalagi kalau penyakit yang dideritanya dibiarkan terus tanpa
penanganan pasien akan mengalami banyak penderitaan lagi yang sebenarnya tidak perlu. Baik
bagi dia sendiri maupun untuk keluarganya akan timbul keadaan tidak nyaman jika masalah ini
dibiarkan menjadi sebab kematiannya. Hidup menjadi seseorang yang lumpuh total adalah sangat
berat namun bila pasien ingin meninggal karena tak tertangani dengan baik akibat
adanya pneuomia dan ulkus decubitus yang luas itu akan membawa penderitan bagi dirinya dan
orang orang terdekatnya. Tetapi dengan tindakan pemasangan infus dan injeksi antibiotik
penderitaan itu bisa dihindari.
Pada kasus ini perawat mengalami dilema antara memenuhi keinginan pasien atau melakukan
tindakan tapa persetujuan pasien.
Sehingga menurut kelompok kami terdapat dua solusi utuk kasus ini, yaitu:
a. Tetap melakukan tindakan pemasang infus dan injeksi antibiotik kepada pasien walaupun tanpa
persetujuan pasien, karena apabila tidak dilakukan maka dapat memperparah kondisi pasien itu
sediri, sesuai dengan prinsip etika (Beneficience)dan Utilitarianism Theory.*)
b. Dengan berat hati perawat tidak melakukan tindakan pemasang infus dan injeksi antibiotik
kepada pasien untuk menghormati keputusanya setelah semua konsekuensinya telah dijelaskan
kepada pasien, sesuai dengan prinsip etika kebebasan pasien (Autonomy) dan Deontology
Theory.

Anda mungkin juga menyukai