Anda di halaman 1dari 6

CONTOH KASUS PADA KEPERAWATAN GERONTIK DALAM PERAN ETIK

KELOMPOK 1 :

Alifa Nurjayani Rufaida (16002)

Desya Aprilia Sari (16013)

Evieke Puspita Sari (16017)

Juniar Sari Faniza (16027)

Khansa Nabila Asmarani (16028)

Novia Dewi Satiti (16033)


1. Justice/keadilan
a. Kasus I : Suatu hari Tn. Arif berobat ke rumah sakit karena anaknya demam tinggi dan muntah-muntah dengan
hanya mengandalkan kartu miskin yang diterima dari kelurahan setempat. Pada saat yang bersamaan, ada juga
seorang anggota dewan yang berobat ke rumah sakit tersebut dengan keluhan sakit di bagian kepala. Perawat ini
kemudian hanya melayani anggota dewan tersebut terlebih dahulu tanpa melihat pasien yang datang lebih awal
yang parah. Ketika Tn. Arif bertanya apakah anaknya bisa di tolong, perawat itu menjawab,

“Maaf pak, bapak duduk di ruang tunggu saja dulu. Saya akan menangani pasien ini dulu. Bapak biar nanti
belakangan.”

Kasus ini  jelas sangat melanggar prinsip etik keperawatan justice / keadilan karena membeda-bedakan mana yang
miskin dan mana yang kaya. Perawat seperti ini patut diberikan sanksi yang setimpal.

b. Kasus II : Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang mampu dan berada pada
ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien tersebut ini dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari
perawat ini dirawat di rumah sakit yang sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu berkunjung ke
ruangan keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang pasien yang ada di kelas III yang sudah menjadi
tanggung jawab sepenuhnya untuk perawat itu. Ketika ditanya kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan
pasien yang merupakan keluarganya, perawat itu menjawab karena yang dirawat itu tantenya. Jadi dia harus setiap
saat mengecek keadaan tantenya itu dan melupakan tanggung jawabnya yang terdahulu yaitu pasien di ruangan
kelas III. Tentu saja ini melanggar prinsip etik keperawatan justice / keadilan karena perawat itu sudah membeda-
bedakan perawatan pada kelurarganya dan pasien yang sudah menjadi tanggung jawabnya dimana dia lebih sering
mengecek keadaan tantenya tersebut dan melupakan pasien yang berada di ruangan kelas III tersebut.

2. Non-melaficience
Seorang wanita berusia 50 tahun menderita kanker payudara terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap
tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimanasudah tidak dapat lagi
diatasi dengan
pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri
bertambahhebat saat wanita itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta
diberikan obat analgesik, dan keluarganya punmeminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik.
Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa penambahan obat analgesikdapat mempercepat kematian klien.

3. Veracity/kejujuran
Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien menanyakan berbagai hal tentang
penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya
suster?”, bagaimana hasil laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab
perawat dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya hubungan saling percaya
antar individu dimanapun berada. Namun demikian untuk menjawab pertanyaan secara jujur diatas
perlu juga dipikirkan apakah jawaban perawat membahayakan pasien atau tidak, apabila memungkinkan maka harus
dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya pasien menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah maka
harus dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil laboratorium Hb 13 Mg% dan sebagainya. Prinsip ini dilanggar ketika
kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban yang sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar
misalnya dengan jawaban ; hasil ukur tekanan darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik
saja, padahal. nilai hasil ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien

4. Fidelity/menepati janji
Seorang perawat tidak menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik
diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya (Gangguan pertukaran gas, Defisit
nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika
mau meninggal dan sebagainya.

5. Accountability/akuntabiliti
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi dan konyolnya, perawat itu tidak meminta pertolongan dokter
tetapi
membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang
staf RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu.
Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah.

6. Confiedentell/kerahasiaan
Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi
kepentingan hukum.

7. Otonomi
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D.
berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang
kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker rahim grade III, dan
dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D.
Klien tampak hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat
ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi
adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya. Menjelang hari
operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu: “apakah saya masih bisa punya
anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain
operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu suster”. Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya
menjawab secara singkat, “ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi” “penyakit ibu hanya bisa dengan
operasi, tidak ada jalan lain” “yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan jawaban
saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.”Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan
memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi

Anda mungkin juga menyukai