Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

Seorang pria berusia 56 tahun dirawat di unit perawatan intensif setelah dia
tiba-tiba jatuh ke dalam keadaan tidak responsif yang mendalam. Pada
pemeriksaan di UGD, pasien ditemukan tidak sadarkan diri dan tetraplegik,
dengan kelumpuhan wajah lengkap bilateral.

Pemeriksaan CT menunjukkan perdarahan bilateral pada struktur pontine dan


medula oblongata. Pasien terpasang ventilasi mekanis karena penurunan fungsi
pernapasan. Keluarganya menyatakan dengan tegas bahwa pasien akan menolak
terapi jika keadaannya benar-benar ketergantungan penuh. Istrinya mencirikannya
sebagai pendukung eutanasia dan bertanya kepada perawat tentang kemungkinan
eutanasia.

Sebagai perawat, apa yang harus dilakukan menghadapi kondisi tersebut?

1. Mengidentifikasi Masalah
- Pasien melakukan pemeriksaan pertama di UGD dengan keadaan tidak
sadarkan diri dan tetraplegik, dengan kelumpuhan wajah lengkap bilateral
- Pasien terpasang ventilasi mekanis karena penurunan fungsi pernapasan
- Keluarga pasien menolak perawatan intensif jika keadaan pasien
ketergantungan penuh
- Istri pasien memikirkan untuk memilih eutanasia

2. Pengumpulan Data:
1. Pasien : pasien tidak sadar (koma), ketergantungan dengan alat bantu
pernafasan (ventilasi mekanik), kelumpuhan wajah lengkap bilateral, hasil
CT scan perdarahan bilateral pd struktur pontine dan medulla oblongata,
info dari keluarga pasien menolak terapi jika keadaannya ketergantuangan
penuh
2. Keluarga : Istri pasien mencirikan pendukung euthanasia, besarnya biaya
perawatan dengan pemakaian alat ventilasi mekanis, keluarga iba dan
tidak tega melihat keadaan pasien dalam keadaan koma berkepanjangan
3. Tim Medis dan hukum : IDI menyatakan menolak euthanasia karena
melanggar Etika Dan KUHP pasal 338, 340,344 dan 345. Dari pandangan
hukum Indonesia, euthanasia adalah suatu pembunuhan
4. Agama : semua agama di Indonesia menolak tindakan euthanasia.

3. Mencari alternatif:
1. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa euthanasia melanggar
HAM.
2. Memberikan alternatif solusi masalah besarnya biaya perawatan dengan
mengurus SPM
3. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk menerima keadaan pasien
sebagai suatu ketentuan dari Tuhan YME

4. Mempertimbangkan Alternatif ?
1. Dari beberapa alternative pilihan di atas maka permintaan keluarga untuk
melakukakan euthanasia tidak bis akita lakukan karena melanggar hukum,
moral dan Agama dan kode etik profesi meskipun keluarga menolak
karena solusi tersebut tidak akan menyelesaikan masalah justru menambah
persoalan baru bagi RS, Profesi, Indonesia. Mungkin bagi keluarga dengan
euthanasia bisa menyelesaikan masalah.
2. Untuk alternative terkait mendapatkan keringanan pembayaran bisa
menjadi pilihan untuk keluarga terima dan lakukan karena akan sangat
membantu dan bermanfaat bagi keluarga dalam proses rawat nginap di
rumah sakit yang berkepanjangan dengan intervensi medis yang cukup
banyak sehingga akan memakan biaya yang sangat besar.
3. Pilihan berserah, ikhlas, sabar dan tabah kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan keyakinan keluarga adalah pilihan yang bisa, mampu dan
wajib untuk keluarga lakukan meskipun keadaan dan situasi tampak berat
dan kemungkinan hidup juga tidak ada tapi ikhlas dan berserah, berharap
kepada TYME adalah pilihan terbaik buat keluarga, tenaga medis dan
perawat bisa lakukan sambil di topang dengan pengobatan medis. Karena
hidup dan mati seseorang di tangan Tuhan bukan di tangan dokter dan
perawat.

5. Memilih Alternatif Yang Terbaik


Suitability Feasibility Flexibility Total
Alternatif 1 2 1 1 4
Alternatif 2 3 2 2 7
Alternatif 3 2 2 2 6

Pemilihan alternative yang terbaik dalam kasus ini adalah dengan


megusulkan keluarga untuk mengurus SPM untuk meringankan besaran biaya
perawatan pasien. Alternative ini dipilih karena dapat membantu keluarga
dalam proses pembiayaan rawat inap di rumah sakit yang berkepanjangan
dengan intervensi medis yang cukup banyak dan memakan biaya yang sangat
besar sehingga biaya yang dikeluarkan oleh keluarga menjadi ringan. Selain
membatu keluarga, alternative ini juga akan membantu pasien untuk tetap
mendapatkan perawatan secara intensif dari tenaga kesehatan dengan harapan
kondisi pasien dapat membaik.

6. Implementasi Keputusan ?
Berdasarkan penjabaran pilihan alternatif pada kasus diatas, maka
implementasi yang diterapkan pada kasus tersebut yakni penolakan tegas
terhadap tindakan euthanasia, dan perawatan lanjutan pasien LIS dengan
pengajuan keringanan biaya perawatan oleh keluarga. Selain itu, dalam
implementasi keputusan ini, strategi penyampaian keputusan dikomunikasikan
secara efektif kepada keluarga pasien, khususnya terkait jangka waktu
perawatan, dan support system dari keluarga yang sangat dibutuhkan.
Adapun langkah-langkah yang diterapkan dalam implementasi pada kasus
diatas :
1) Petugas Kesehatan menyampaikan alternatif pilihan menggunakan
komunikasi interpersonal kepada keluarga pasien bahwa permintaan
euthanasia tidak dibenarkan (ditolak).
2) Nakes menyampaikan bahwa terdapat alternatif yang dipilih dan dianggap
bermanfaat untuk keringanan pembiayaan perawatan pasien seperti
pengajuan SPM
3) Menyampaikan kepada keluarga tentang kemungkinan masa perawatan
pasien yang lebih panjang, dengan tingkat kelangsungan hidup 10 tahun dan
20 tahun untuk pasien yang secara medis stabil dalam keadaan SLI, dan
progress perkembangan pasen selama lebih dari satu tahun perawatan adalah
masing-masing 83% dan 40%. Meskipun ada kemungkinan kecil pasien
memulihkan fungsi motorik yang signifikan, penggunaan alat bantu dapat
meningkatkan kemampuan pasien untuk berkomunikasi.

7. Evaluasi Hasil
Berdasarkan implementasi keputusan pada kasus diatas, maka keluarga
mengajukan keringanan biaya perawatan pasien LIS dan pasien telah
mendapatkan perawatan lanjutan sedangkan untuk tindakan euthanasia tim
medis menyatakan menolak euthanasia karena melanggar Etika Dan KUHP
pasal 338, 340,344 dan 345. Dari pandangan hukum Indonesia, euthanasia
adalah suatu pembunuhan.

Anda mungkin juga menyukai