Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana di dalam rahin

seorang wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan

spermatozoa). Selain itu, kehamilan merupakan suatu proses yang

alamiah dan fisologis (Yanti,2017). Sedangkan menurut Federasi

Obstetri Ginokologi International, kehamilan dapat diartikan sebagai

fertilasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan

dengan nidasi dan implementasi (Yulistiana, 2015:81).

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi, konsepsi

merupakan bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan

(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari

hari pertama haid terakhir (HPHT). Usia kehamilan sendiri adalah 38

minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal dimana

bertemunya ovum dengan sperma) yang terjadi dua minggu setelahnya

(Kamariyah dkk,2014)

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007. Kehamilan adalah

masa dimulai konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari triwulan atau

trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester


kedua dari bulan ke empat sampai ke enam serta trimester ketiga dari

bulan ke tujuh hingga ke Sembilan (Agustin,2012:12)

Sehingga dapat disimpulkan, kehamilan diawali dengan

terjadinya konsepsi (proses fertilisasi ovum dengan spermatozoa) dan

berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan 3 hari atau 280 hari dari

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) yang dibagi menjadi 3 trimester,

yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi hingga bulan ke 3,

trimester kedua dimulai dari bulan ke 4 hingga bulan ke 6 dan

trimester ketiga dimulai dari bulan ke 7 hingga bulan ke 9.

2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi tiga, antara lain :

a. Tanda persumtif kahamilan

1) Amenore

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal

hari pertama haid terakhir supaya dapat menaksir usia

kehamilan dan menaksir tanggal persalinan yaitu dengan

mengggunakan rumus Neagie HT – 3 (bulan + 7)

(Prawirohardjo,2008).

2) Mual muntah

Keadaan ini biasa terjadi pada trimester ke 3 dan

sering disebut dengan “morning sickness”

(Prawirohardjo,2008)
3) Ngidam

Ngidam merupakan menginginkan makanan tertentu

serta terjadi di pada awal kehamilan dan akan menghilang

dengan makin tuanya usia kehamilan

(Prawirohardjo,2008).

4) Sinkope

Sinkope atau pingsan bila berada di tempat ramai,

sesak dan padat. Biasanya terjadi pasa usia kehamilan 16

minggu (Prawirohardjo,2014)

5) Payudara tegang

Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone

esterogen dan progesterone yang merangsang ductus dan

alveoli payudara (Prawirohardjo,2014)

6) Anoreksia Nervousa

Anoreksia Nervousa merupakan keadaan dimana

tidak nafsu makan, hal ini terjadi pada bulan – bulan

pertama, tetapi setelah itu nafsu makan akan muncul

kembali. (Marjadi dkk, 2010)

7) Miksi

Miksi merupakan keadaan dimana sering kencing

yang disebabkan oleh kandung kemih yang tertekan oleh

uterus yang mulai membesar. Pada trimester kedua,

umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang

membesar keluar dari rongga panggul. Sedangkan pada


trimester ketiga, gejala ini akan timbul lagi karena janin

mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali

kandung kemih (Nugroho dkk,2014)

8) Konstipasi atau Obstipasi

Konstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun

yang disebabkan oleh pengaruh hormone steroid sehingga

dapat menyebabkan susah buang iar besar

(Prawirohardjo,2008)

b. Tanda kemungkinan kehamilan (Tanda tidak pasti hamil)

1) Perut membesar

Pembesaran pada abdomen secara progresif pada

usia kehamilan 28 minggu. Hal ini dikarenakan pada usia

kehamilan 16 minggu hingga 22 minggu terjadi

pertumbuhan janin dengan cepat hingga uterus keluar

panggul dan mengisi rongga abdomen.

2) Uterus membesar

Uterus membesar merupakan terjadi perubahan

dalam bentuk, besar dan konsistensi dalam Rahim.

3) Tanda hegar

Tanda hegar merupakan konsistensi rahim yang

menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri sedemikian

lunaknya, hingga kalua kita letakkan 2 jari dalam forniks

posterior dan tangan satunya pada dinding perut atas


symphysis maka isthumus ini tidak teraba seolah – olah

corpus uteri sama sekali terpisah dari serviks.

4) Tanda Chandwick

Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-

biruan (livide) yang disebabkan oleh adanya

hipervaskularisasi. Warna posio juga akan tampak livide.

Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh hormone

esterogen.

5) Tanda piscaseck

Tanda ini merupakan uterus yang membesar ke salah

satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran

uterus.

6) Braxton hicks

Braxton hicks merupakan kontaksi-kontraksi kecil

pada uterus bila dirangsang yaitu ditandai dengan uterus

yang keras saat dilakukan pemeriksaan dalam.

7) Teraba ballottement

Ballottement teraba pada usia kehamilan 16 minggu

hingga 20 minggu yaitu dengan melakukan pemeriksaan

bimanual dan dapat terasa adanya benda yang melenting

dalam uterus (Kuswati,2014).

8) Test kehamilan

Test kehamilan merupakan alat untuk melihat

hormon hCG alias human chorionic gonadotropin di


dalam urine. Hormon ini sendiri diproduksi setelah sel

telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim.

c. Tanda pasti kehamilan

1) Terdapat gerakan paada janin

2) Teraba gerakan janin dan teraba bagian – bagian janin

3) Denyut jantung janin. Hal ini dapat didengar

menggunakan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat

dopler. Sedangkan dapat dilihat dengan Ultrasonografi.

2.1.3 Proses Kehamilan

1) Ovum (sel telur)

Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia. Proses

pembentukan ovum disebut oogenesis, proses ini berlangsung di

dalam ovarium (indung telur). Pembentukan sel telur pada

manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari

fetus perempuan. Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium

yang pecah. Ovum tidak dapat berjalan sendiri. Kadar estrogen

yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterine, sehingga silia

tuba dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang

tuba menuju rongga rahim. Pada waktu ovulasi sel telur yang

telah masak dilepaskan dari ovarium. Dengan gerakan menyapu

oleh fimbria tuba uterine, ia ditangkap oleh infundibulum.

Selanjutnya masuk ke dalam ampula sebagai hasil gerakan silia

dan konsentrasi otot. Ovum biasanya dibuahi dalam 12 jam

setelah ovulasi dan akan mati dalam 12 jam bila tidak segera
dibuahi. Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis antara

lain pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh

aktifnya hypothalamus – hipofisis – ovarium. Hipothalamus

menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH)

yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon follicle

stimulating hormone (FSH) dan lutinuezing hormone (LH). FSH

dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga

terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH

merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon

progesteron dan merangsang ovulasi. Sedangkan peningkatan

kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi (positif

feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat

(inhibitory/negatif feedbackpada saat fase luteal) sekresi FSH

dan LH di hipofisis atau GnRH di hipotalamus.(Kuswanti,

2014).

Gambar 2.1 Ovarium


Sumber https://4.bp.blogspot.com/-
2xYKx9siKiM/U3AZrTJlOVI/AAAAAAAACfI/hbHsp4DOqx4/s16
00/27_05b_Oogenesis-L.JPG
2) Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatoganium berasal dari sel primitive tubulus,

menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua,

menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan

spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks

dari pancaindera, hipotalamus, hipofisis dan sel interstitial

leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses

mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc

sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap

cc. bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala

(lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher

Gambar 2.2 Spermatozoa


Sumber https://3.bp.blogspot.com/-
g_p8DRmfyhs/TZU40QioJXI/AAAAAAAAAew/dLOD
AqDsVV0/s1600/spermatogenesis.jpg
(penghubung antara kepala dan ekor), ekor (penjang sekitar 10

kali kepala, mengandung energy bergerak). Sebagian besar

spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus

yang dapat mencapai tubafallopi. Spermatozoa yang masuk

kedalam alat genetalia wanita yang dapat hidup selama tiga hari,

sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.(Manuaba,

2010)

3) Fertilisasi

Fertilisasi atau proses pembuahan terjadi saat oosit

sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma atau

terjadi penyatuan ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida

memungkinkan terjadinya kontrak antara spermatozoa dan

membrane oosit. Membran sel germinal segera berfusi dan sel

sperma berhenti bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi dalam

oosit akibat peningkatan kadar kalsium intraseluler yang terjadi

pada oosit saat terjadi fusi antara membrane sperma dan sel

telur. Ketiga peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap

polispermia, reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap

polispermia. Setalah masuk kedalam sel telur dan membrane inti

(nucleus) sprema akan pecah. Pronukleus laki-laki dan

perempuan terbentuk (zigot). Sekitar 24 jam setelah fertilisasi,

kromosom memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi

(Heffner,2006)
Gambar 2.3 Fase Fertilisasi dan Implantasi
Sumber : https://st2.depositphotos.com/1752931/6094/i/950/depositphotos_60940335-
stock-photo-human-ontogeny-fertilization-developmental-stage.jpg.jpg

4) Nidasi

Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang uterus,

dekat dengan fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat

disebut adanya kehamilan. Setelah nidasi terjadi, maka akan

terdapat proses diferensiasi zigot menjadi morula kemudian

blastula (Sukarni dan Wahyu,2013). Selah itu, blastula akan

membelah menjadi glastula dan akhirnya menjadi embiro

sampai menjadi janin yang sempurna yaitu pada trimester ketiga

(Saiffullah,2015).
2.1.4 Faktor Resiko Kehamilan

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Ibu (2009), Faktor resiko

pada ibu hamil antara lain :

1) Kehamilan dengan usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari

35 tahun

2) Anak lebih dari empat

3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan kurang dari dua tahun

4) Kurang Energi Kronis (EEK) yaitu dapat diketahui saat

pemeriksaan lingkar lengan kurang dari 23.5 cm atau

penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama masa

kehamilan.

5) Anemia merupakan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dL

6) Tinggi badan kurang dari 145 cm atau terdapat kelainan bentuk

panggul dan tulang belakang.

7) Memiliki riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau

hipertensi yang diderita sebelum kehamilan.

8) Memiliki penyakit kronis seperti COVID 19, TBC, Asma,

Kelainan jantung, ginjal, hati, psikosi, kelainan endokrin

(DM,SLE,dll), tumor, keganansan.

9) Memiliki riwayat kelainan kehamilan sebelumnya seperti

abortus berulang, kehamilan ektopik, molahidatidosa, ketuban

pecah dini (KPD), dan bayi mengalami cacat konginetal.


10) Memiliki riwayat persalinan komplikasi seperti persalinan

Section Caesarea (SC) atau ekstrasi vacuum (forceps)

11) Pernah mengalami komplikasi pasca persalinan seperti

pendarahan post-partum, infeksi masa nifas atau post-partum

blues.

12) Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Diabetes Mellitus

(DM), hipertensi, dan riwayat cacat konginetal

13) Memiliki keluarga atau pernah mengalami kelainan jumlah

janin seperti kehamilan ganda atau janin dempet

14) Pernah mengalami kehamilan dengan kelainan besar janin

seperti pertumbuhan janin terlambat atau berat janin terlalu

besar.

15) Kelainan letak dan posisi janin seperti posisi lintang (oblique)

atau sungsang dengan usia kehamilan (UK) lebih dari 32

minggu.

2.1.5 Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan

Gejala dan tanda bahaya selama kehamilan menurut

Prawirohardjo (2014) adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan UK kurang dari 20 minggu

umumnya dapat menyebabkan aborsi, hal ini disebabkan oleh

kelainan kromosom yang ditemui spermatozoa maupun ovum.

Sedangkan perdarahan yang terjadi pada UK lebih dari 20

minggu umumnya disebabkan oleh placenta Previa.


2) Preeklamsia

Pada umumnya, ibu dengan UK lebih dari 20 minggu dan

disertai dengan peningkatan tekanan darah sering diasosiasikan

preeklamsia. Hal ini dapat diketahui dari tekanan darah sebelum

hamil, selain itu dari data tersebut petugas kesehatan dapat

menentukan apakah ibu tersebut sudah menderita hipertensi

kronis atau tidak.

3) Nyeri di daerah abdominopelvikum

Nyeri di daerah abdominopelvikum biasa terjadi pada

kehamilan trimester kedua dan ketiga, namun jika nyeri tersebut

terjadi secara hebat dan disertai dengan perdarahan maka perlu

diwaspadai solution placenta

4) Muntah yang berlebihan dan terjadi selama kehamilan

berlangsung

5) Dysuria

6) Demam

7) Ketuban pecah dini

8) Uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar ataupun

lebih kecil)

2.2. Corona Virus Disease 19

2.2.1 Pengertian

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020),

Corona virus disease 19 yang disingkat dengan COVID 19 adalah


keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan

hewan. Pada manusia menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa

hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Sedangkan, berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk

COVID 19 per 20 Maret 2020. Definisi infeksi COVID 19 ini

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Suspect Case

a. Pasien dengan gangguan napas akut yang ditandai dengan

demam disertai satu tanda atau gejala penyakit pernapasan

seperti batuk atau sesak napas. Selain itu penderita

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang

melaporkan penularan di komunitas dari penyakit COVID

19 selama 14 hari

b. Pasien dengan gangguan napas akut dan sebelumnya

memiliki kontak dengan kasus terkonfirmasi atau probable

COVID 19 dalam 14 hari terakhir

c. Pasien dengan gejala pernapasan berat yang ditandai

dengan demam yang disertai batuk ataupun sesak napas

serta memerlukan perawatan di rumah sakit. Selain itu

tidak adanya alternative diagnosis lain yang secara

lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.

2) Probable case
a. Kasus terduga dengan hasil test dari COVID 19 inkonklusif,

atau

b. Kasus terduga yang hasil testnya tidak dapat dikerjakan

karena alasan apapun

3) Confirm case merupakan pasien yang hasil pemeriksaan

laboratorium infeksi COVID 19 positive, terlepas dari ada atau

tidaknya gejala dan tanda klinis.

Sehingga dapat saya simpulkan, COVID 19 merupakan virus

yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga

penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Selai itu

COVID 19 dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu

1) Suspect Case merupakan pasien yang memiliki gangguan

pernapasan ringan hingga berat setelah memiliki kontak dengan

penderita confirm ataupun probable dan atau datang ke wilayah

yang melaporkan kejadian COVID 19

2) Probable case merupakan kasus terduga COVID 19 dengan

hasil test inkonklusif atau tidak dapat dikerjakan karena alasan

apapun.

3) Confirm Case adalah kasus yang menunjukkan hasil

pemeriksaan COVID 19 positive

2.2.2 Patifisiologi

Corona virus disease 19 dapat melewati membrane mukosa,

terutama mukosa nasal dan laring, kemudia memasuki paru – paru


melalui traktus respiratorius. Selanjutkanya, virus akan menyerang

organ target yang mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2

(ACE2) seperti paru – paru, jantung, system renal dan traktus

gastrointestinal (Gennaro dkk., 2020).

Protein S pada SARS-CoV-2 memfasilitasi masuknya virus

corona ke dalam sel target. Masuknya virus bergantung pada

kemampuan virus untuk berkaitan dengan ACE2, yaitu reseptor

membrane ekstraseluler yang diekspresikan pada sel epitel dan

bergantung pada priming protein S ke protease selular, yaitue

TMPRSS2 (Handayani dkk,.2020). sedangkan menurut Zhang, dkk

(2020) protein S pada SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki stuktur

tiga demensi yang hamper identic pada domain receptor- biding,

Protein S pada SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan

ACE 2 pada manusia. Pada analisis lebih lanjut, ditemukan bahwa

SARS-CoV-2 memiliki pengenalan yang lebih baik terhadap ACE 2

pada manusia dibandingkan dengan SARS-CoV.

Periode inkubasi untuk COVID 19 adalah antara 3 hingga 14

hari. Hal ini ditandai dengan kadar leukosit dan limfosit yang masih

normal atau sedikit menurun, serta penderita belum merasakan gejala.

Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui aliran darah, terutama

menuju keorgan yang mengekspresikan ACE2 dan pasien mulai

merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal,

kondisi pasien mulai memburuk dengan ditandai oleh timbulnya

sesak, menurunnya limfosit, dan peburukan lesi di paru – paru. Jika


fase tidak teratasi, dapat terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome

(ARDS), sepsis dan komplikasi lain. Tingkat keparahan klinis

berhubungan dengan usia (lebih dari 70 tahun), komorbiditas seperti

diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hipertensi,

kehamilan dan obesitas (Gennaro dkk,2020; Susilo dkk,2020).

2.2.3 Manifestasi Klinis

Berdasarkan hasil penelitian dari 72.314 kasus COVID 19

terkonfimasi, suspect dan asimptomatik didapatkan rata – rata

kematian terjadi pada usia lebih dari 80 tahun 14.8%, 70 – 79 tahun

8.0%, 60 – 69 tahun 3.6%, 50 – 59 tahun 1.3%, 40 – 49 tahun 0.4%,

10 – 39 tahun 0.6%. Sedangkan mortalitas berdasarkan jenis kelamin

laki – laki 2.8% sedangkan perempuan 1.7%. Adapun mortilitas

berdasarkan penyakit penyerta atau komorbid yaitu kardiovaskuler

10.5%, diabetes mellitus 7.3%, penyakit pparu kronik 6.3%, hipertensi

6.0%, kanker 5.6%, sedangkan tanpa komorbid 0.9%.

Manifestasi klinis yang berkaitan dengan infeksi COVID 19

adalah sebagai berikut:

1) Uncomplicated illness adalah pasien dengan gejala non-specific

seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat,

malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diwaspadai pada

pasien immunocompromised.

2) Pneumonia ringan adalah pasien dengan pneumonia dan tidak

ada tanda pneumonia berat


3) Pneumonia berat adalaha dengan demam atau dalam

pengawasan infeksi saluran napas ditambah dengan sati dari :

a. Frekuensi napas lebih dari 30 kali per menit

b. Distress pernapasan berat

c. Saturasi oksigen (SpO2) kurang dari 90% jika tidak

memakai oksigen tambahan.

4) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kreteria

pada pasien dewasa sebagai berikut :

PaO 2
a. ARDS ringan : 201 – 300 mmHg pada ventilator
FiO 2

dengan PEEP atau CPAP lebih dari sama dengan 5 cm

H2O

PaO 2
b. ARDS sedang : 100 – 200 mmHg pada ventilator
FiO 2

dengan PEEP atau CPAP lebih dari sama dengan 5 cm

H2O

PaO 2
c. ARDS berat : kurang dari 100 mmHg pada
FiO 2

ventilator dengan PEEP atau CPAP lebih dari sama

dengan 5 cm H2O

5) Sepsis merupakan pasien yang menderita disfungsi organ yang

mengancam jiwa disebabkan oleh disregulasi respon tubuh

terhadap dugaan atau terbukti infeksi, tanda disfungsi organ

adalah perubahan status mental atau kesadaran, susak napas,

saturasi oksigen menurun, urin output menurun, takikardi, nadi

lemah, ekstermitas dingin, atau hasil laboratorium menunjukkan


koagulapati, tromosiopenia, asidosis, laktat yang tinggi ataupun

hyperbilirubinemia. Selain itu, penderita juga bisa mengalami

syok sepsis ditandai dengan hipotensi yang menetap sekalipun

sudah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan

vasopressor.

2.2.4 Tanda Gejala dan Tingkat Keparahan Penyakit

Presentasi klinis dan gejala COVID-19 bervariasi dalam

frekuensi dan tingkat keparahan. Gejala klinis mayor adalah demam,

batuk, mialgia atau kelelahan, ekspektorasi dan dyspnea. Adapun

gejala minor meliputi sakit kepala atau pusing, diare, mual dan

muntah. Hasil klinis pemeriksaan laboratorium menunjukan

limfositopenia, peningkatan kadar C‐reactive protein (CRP),

peningkatan lactic dehydrogenase (LDH), dan leukositopenia. Gejala

klinis secara umum menunjukan adanya infeksi virus pada sistem

pernapasan (Long‐quan Li, et al. 2020).

Menurut Zu ZY, et al. (2020). Tingkat keparahan penyakit pada

pasien COVID-19 berdasarkan manifestasi klinis dibagi dalam 4

katagori sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Kriteria keparahan penyakit COVID-19 (ZI Yue Zu,

et al. 2020)

Type Findings
Mild Gejala klinis ringan (demam < 38°C, dengan atau tanpa
batuk, tidak dispnea, tidak gasping, tidak ada penyakit
kronis, gejala berkurang tanpa pengobatan). No imaging
findings of pneumonia.
Moderet Demam, gejala pernapasan, Imaging findings of
e pneumonia.
Severe Gangguan pernapasan, RR >30 kali per menit, SpO2
<93% saat istirahat dan Pa O2/ Fi O2 <300 mm Hg.
Critical Respiratory Failure, membutuhkan bantuan mekanis.
Syok. Kegagalan organ “ekstrapulmoner”, membutuhkan
perawatan intensif.

2.2.5 Penularan Virus

Menurut Xu G, et al. (2020), penularan virus COVID-19 antar

manusia ke manusia melalui 7 transmisi (droplet, kontak langsung,

kontak tidak langsung, penularan melalui orang dengan tanpa gejala,

penularan antar keluarga, transmisi aerosol dan transmisi okuler).

Sedangkan dugaan transmisi Fecal-oral dan Vertical Transmission

masih belum terkonfirmasi. Dalam hal ini dapat pula dijelaskan pada

gambar sebagai berikut :

Gambar 2.4. Mode Penularan COVID-19. *Bingkai yang


sempurna telah dikonfirmasi sedangkan bingkai bertitik
belum dikonfirmasi
(Xu G, et al. 2020)
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostic

1) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang digunakan adalah pemeriksaan

Rapid test dan PCR Swab test, selain itu biasa digunakan adalah

hematologi rutin, hitungan jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisa

gas darah, hemostatis, laktat dan prokalsitonin dapat dikerjakan

sesuai dengan indikasi.

2) Pemeriksaan Thorax

Pada pasien dengan pneumonia dilakukan foto thorax, bisa

dilanjutkan dengan CT Scan thorax dengan kontras. Hal ini

dilakukan untuk melihat lebih detail kelainan, seperti gambaran

ground glass opacity, konsolidasi, efusi plura dan gambaran

pneumonia lainnya.

Gambar 2.5. Gambaran pasien COVID 19 dengan


Pneumonia
2.3 KERANGKA KONSEP

: Tidak diteliti
: Yang diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
Gambar 2.6. Kerangka konsep literature review Faktor status kesehatan
menderita COVID 19 terhadap pengaruh proses kehamilan

Anda mungkin juga menyukai