Anda di halaman 1dari 3

Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang

berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi
etika deontologi yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Atau dengan kata lain suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang
baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan.
Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak menjadi
kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah
kewajiban kita untuk bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak
orang lain atau mencurangi orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya
sendiri sehingga wajib dihindari.
Contoh kasus dari etika deontologi: Jika seseorang diberi tugas dan
melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu dianggap benar, sedang dikatakan
salah jika tidak melaksanakan tugas.
Kasus
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber
umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir
angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu.
Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter
merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker
rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak
cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat
ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau
keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan
dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih
ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan
“apakah operasi saya bisa diundur dulu suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara
singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…
ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak
operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi.
= melanggar otonomi / dilema etik
3. Contoh: Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali
seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hukum.
= confiedentelly (kerahasiaan)
a) Keadilan (justice)
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan
sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat sesuai
dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang
sederajat harus menerima sumber pelayanan kesehatan dalam jumlah sebanding.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut
prinsip ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.Keadilan
berbicara tentang kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa secara merata.
Fokus hukum adalah perlindungan masyarakat, sedangkan fokus hukum kesehatan
adalah perlindungan konsumen.

b) Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
Permasalaan yang muncul dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi
kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya informasi
dll.

c) Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran
harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan pasien. Kejujuran merupakan dasar
terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Perawat sering kali
tidak memberitahukan kejadian sebenarnya kepada pasien yang sakit parah.
Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh dari
pasien dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional tanpa persetujuan pasien.
Kecuali jika pasien merupakan korban atau subjek dari tindak kejahatan, maka
perbuatan tersebut dapat diajukan ke depan pengadilan dimana perawat menjadi
seorang saksi.

d) Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan merupakan tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu
kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli pada pasien merupakan salah satu aspek dari prinsip
ketaatan. Peduli kepada pasien merupakan komponen paling penting dari praktik
keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal. Prinsip ketaatan juga
mempunyai arti tidak melanggar untuk melakukan hal yang membahayakan pasien.

Anda mungkin juga menyukai