Anda di halaman 1dari 3

Teori Deontologi.

A. Pengertian

Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini berprinsip pada aksi atau
tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus
diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan membunuh.

Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal
ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika keperawatan meliputi
kemurahan hati (beneficence).Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk melakukan
kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan pasien.

Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal
ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika keperawatan meliputi
kemurahan hati (beneficence).Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk melakukan
kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan pasien

Prinsip ini seringkali sulit diterapkan dalam praktik keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan
sering memberikan dampak yang merugikan pasien, serta tidak ada kepastian yang jelas apakah perawat
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan kesehatan, keselamatan dan keamanan
pasien.

a) Keadilan (justice)

Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan
yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini berarti
bahwa kebutuhan kesehatan dari mereka yang sederajat harus menerima sumber pelayanan kesehatan
dalam jumlah sebanding. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut
prinsip ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.Keadilan berbicara tentang
kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa secara merata. Fokus hukum adalah perlindungan
masyarakat, sedangkan fokus hukum kesehatan adalah perlindungan konsumen.

b) Otonomi

Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan menentukan tindakan atau
keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih. Permasalaan yang muncul dari penerapan prinsip ini
adalah adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya informasi dll.

c) Kejujuran (veracity)

Prinsip kejujuran menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Kejujuran harus dimiliki perawat
saat berhubungan dengan pasien. Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien. Perawat sering kali tidak memberitahukan kejadian sebenarnya kepada
pasien yang sakit parah. Kejujuran berarti perawat tidak boleh membocorkan informasi yang diperoleh
dari pasien dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional tanpa persetujuan pasien. Kecuali jika
pasien merupakan korban atau subjek dari tindak kejahatan, maka perbuatan tersebut dapat diajukan
ke depan pengadilan dimana perawat menjadi seorang saksi.

d) Ketaatan (fidelity)

Prinsip ketaatan merupakan tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab
dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan
konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian. Peduli pada pasien merupakan salah satu aspek dari
prinsip ketaatan. Peduli kepada pasien merupakan komponen paling penting dari praktik keperawatan,
terutama pada pasien dalam kondisi terminal. Prinsip ketaatan juga mempunyai arti tidak melanggar
untuk melakukan hal yang membahayakan pasien.

Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam
Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-
benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. "Deontologi" (Deontology) berasal
dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu: deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti
ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan.

Para penganut etika deontologis, seperti Immanuel Kant (1724- 1804) sebagai pelopornya misalnya,
berpendapat bahwa norma moral itu mengikat secara mutlak dan tidak tergantung dari apakah ketaatan
atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak. Misalnya norma moral "jangan bohong"
atau "bertindaklah secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu apakah menguntungkan atau
tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya.
Hukum moral mengikat mutalk semua manusia sebagai makhluk rasional.

B.Konsep-konsep Deontologi

1. Sistem etika ini hanya menenkankan suatu perbuatan dasarkan pada wajib tidaknya kitmelakukan
perbuatan itu.

2. Yang disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak yang baik, semua hal lain di sebut baik
secara terbatas atau dengan syarat. Contohnya: kesehatan, kekayaan, intelegensia. adalah baik juka
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia. Tetapi jika digunakan oleh kehendak jahat, semua hal
itu menajdi jahat sekali.

3. Kehendak menjadi baik, jika bertindak karena kewajiban. Kalauperbuatan dilakukan dengan suatu
maksud atau motif lain.perbuatan itu tidak bisa di sebut baik, walaupun perbuatan itu suatu
kecendrungan atau watak baik.

4. Perbuatan dilakukan berdasarkan kewajiban, bertindak sesuai dengan kewajiban si sebut legalitas.
Dengan legalitas kita memenuhi norma hukum.

Contoh kasus dari etika deontologi :1. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannyasesuai dengan
tugas maka itu dianggap benar, sedangdikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.

2. Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etikadeontology bukan karena tindakan itu
mendatangkanakibat baik bagi pelakunya melainkan karena tindakanitu sejalan dengan kewajiban si
pelaku untuk misalnyamenberikan pelayanan terbaik untuk semuakonsumennya, untuk mengembalikan
hutangnya sesuaidengan perjanjian , untuk menawarkan barang dan jasadengan mutu sebanding
dengan harganya.

Daftar pustaka

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2013, Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhnemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai