Anda di halaman 1dari 3

Prinsip dan azas etik keperawatan paliatif

a.    Otonomi (Autonomy) otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri,
dan nomos yang berarti aturan. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan anatomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
1)        Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberi tahu sebelumnya.
2)        Melakukan sesuatu tanpa member informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan.
3)        Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
4)        Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghentikan informasi
tersebut.
5)        Memaksa klien member informasi tentang hal-hal yang mereka susah tidak bersedia
menjelaskannya.

b.    Berbuat baik ( Beneficience ) berarti hanya melalukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan  dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dan otonomi.
Contoh perawatan yang menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam keadaan
resiko serangan jantung.
c.       Keadilan ( justice ), prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang  sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
Contoh  : seorang perawat sedang bertugas sendirian disuatu unit RS kemudian ada seorang
klien yang baru masuk bersaman dengan klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut.
Agar perawat tidak menghindar dari satu klien, klien yang lainnya maka perawat seharusnya
dapat mempertimbangkan faktor-faktor dalam situasi tersebut, kemudian bertindak
berdasarkan pada prinsip keadilan.
d.   Tidak  merugikan ( Nonmaleficience ) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya /
cedera fisik dan psikologis pada klien. Johnson (1989) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak
melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfuse darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi
klien bertambah buruk dan terjadilah pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan
untuk memberikan transfuse darah. Dalam hal ini, akhirnya transfuse darah tidak diberikan
karena prinsip Beneficience walaupun sebenarnya pada saat bersamaan terjadi
penyalahgunaan prinsip maleficience.
e.    Kejujuran ( veracity ), prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaian kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, kompresensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan proknosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
parternalistik bahwa “ doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh : Ny. M seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat dir s dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut
masuk kerumah sakit yang sama dan meninggal. Ny. M bertanya berkali-kali kepada perawat
tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak
mengatakan kematian suami Ny. M kepada Ny. M perawat tidak diberi alas an apapun untuk
petunjuk tersebut dan mengatakan keprihatinannyan kepada perawat kepala ruangan, yang
mengatakan bahwa intruksi harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
f.       Menepati janji ( fidelity ), prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji
dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji
serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalaha kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehattan dan meminimalkan
penderitaan.
g.    Kerahasiaan ( confidentiality ) aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga prifasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
klien harus dihindari.
h.    Akuntabilitas ( accountability ) akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, klien, sesame karyawan dan
masyarakat. Jika salah member dosis obat pada klien perawat tersebut dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, oleh dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.( Potter & perry ,2005)

Issue etik pada keperawatan paliatif

Sifat perawatan paliatif berfokus pada perdebatan tentang masalah etika pada kematian. Keadaan
pada akhir hidup dapat mengakibatkan dilema etik yang lebih rumit oleh isue isue tentang
kompetensi orang yang akan meninggal, hak mereka untuk menolak atau menerima perawatan
dalam mempertahankan integritas pribadi mereka atas kematian mereka sendiri. Dilema etika
mungkin timbul dari perbedaan nilai-nilai, ditempatkan pada nilai kehidupan dan wali mereka.

Dalam keperawatan paliatif, isue etik merupakan isue yang terkait dari penanganan di akhir hidup
yang menyangkut keputusan etis, moral, dan hukum oleh keluarga dan para tenaga medis. Setiap
orang memiliki hak untuk mengakses setiap kemungkinan pengobatan, berapapun harga dalam
keuangan, waktu, dan sumber daya yang tersedia.

Dalam keperawatan paliatif diluar negeri ada empat masalah utama, yaitu mempertahankan hidup
berdasarkan interverensi kesehatan, manusia memiliki hak dan kewajiban untuk mengurusi
hidupnya sendiri, dalam pengambilan keputusan ditentukan oleh dukungan keluarga dan orang
terpercaya pasien, dan pengambilan keputusan tergantung biaya.

Pengambilan keputusan bersama, perawat harus bersama dengan pasien untuk menguntungkan
pasien dan meminimalkan cedera pasien, pasien berhak memilih pengobatan atau menolaknya.

Empat klasifikasi hak pasien untuk menolak pengobatan :

1. Pasien cukup tau dalam pengambilan keputusan


2. Pasien tidak cukup mengetahui jalan pengambilan keputusan, tetapi setuju apapun dengan
tindakan medis yang akan dilakukan untuk pasien
3. Pasien tidak tahu tentang apa yang akan dilakukan dan tidak setuju
4. Pasien tau tentang yang harus dilakukan tetapi tetap tidak menyetujui

Anda mungkin juga menyukai