Anda di halaman 1dari 15

Makalah

KEPERAWATAN KRITIS
“DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN”

OLEH:
KELAS D SEMESTER VI
KELOMPOK 2
1. Supriyadi Djafar
2. Harnum Aswadi
3. Zulkarnain H. Musa
4. Anggriani Eka Putri Nento
5. Isra Mahmud
6. Anggun O. Luneto
7. Helda Cristiana Tomasong
8. Ainun Asri AMZ. Badu
9. Fatma Bakari
10. Nurlaila Idrus
11. Nurhayati Usman Lamasay
12. Ade Melyawati S. Dewi
13. Tri Susastro A. Hemeto
14. Rizka Nur
15. Nur Fajriatika Lihawa
16. Aida Riyanti Salamanja
17. Mega P. Sudirman
18. Zulfikal R. Lihawa
19. Dewi Pertama Wiratma
20. Wiradita Gumalangit
21. Della Puspita Hasan
22. Aulia Nursuciani Mohamad
23. Nurlaila Lasulika

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
bersama untuk menyelesaikan makalah ini.

Atas limpahan rahmat dan hidayah Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan Judul “Dilema Etik dalam Keperawatan “ Mata Kuliah
Keperawatan Kritis. Kami mengakui bahwa sebagai manusia biasa memiliki
banyak keterbatasan dalam segala hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat baik dan sempurna. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat bermanfaat .
Kami menyadari bahwa penulisan laporan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu menuntun kita menuju jalan yang benar.

Wasalammualaikum Wr. Wb

Gorontalo, Februari 2020.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk


kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya.
Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika
dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui
dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode
etik.

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan


didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat
memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema
etik.

Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak


adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar
tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya
didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu
makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa
yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari dilema etik keperawatan
2. Apa saja prinsip moral dalam menyelesaikan masalah etik.
3. Bagaiamana langkah-langkah penyelesaian masalah atau dilema etik
4. Bagaiamana enam pendekatan dalam mengahadapi dilema etik
5. Apa saja hal-hal yang berikaitan dengan masalah
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari dilema etik
keperawatan
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui prinsip-prinsip moral dalam
menyelesaikan masalah etik.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui langkah-langkah penyelesaian
masalah atau dilema etik
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui enam pendekatan dalam mengahadapi
dilema etik
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui hal-hal apa saja yang berikaitan
dengan masalah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dilema Etik Keperawatan

Pengertian dilema adalah pilihan sulit yang sama-sama tidak mengenakkan


untuk dipilih. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dilema adalah situasi sulit
dimana seseorang harus menentukan pilihan antara dua pilihan atau kemungkinan
yang sama-sama tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan. Bisa juga
dikatakan situasi yang sulit dan membingungkan.

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
etik ini, sukar untuk menentukan mana yang benar atau salah serta dapat
menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.

Dilema etik bisa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak
lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Pada saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti
rasa marah, frustasi, dan takut, saat prosespengambilan keputusan rasional yang
harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik
dari seorang perawat.

2.2. Prinsip Moral dalam Menyelesaikan Masalah Etik.

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif
yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah.Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional.
Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan oleh perawat dalam pendekatan
penyelesaian masalah / dilema etis adalah :

1. Otonomi

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah
bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang


menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.

Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi


kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat
kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah Sakit, ekonomi, tersedianya
informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk
memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan
yang diinginkan .

2. Benefisiensi

Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan


juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik
dengan otonomi.

3. Keadilan (justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).


Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang
relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari keadilan
menurut beauchamp dan childress adalah mereka yang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara
tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka


menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula,
sebagai, Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru
masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non malefisien

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara fisik
dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien. Contoh ketika
ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan
pemberian transfuse darah akhirnya transfuse darah tidak diberikan karena
prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan
prinsi nonmaleficince.

5. Veracity (kejujuran)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan


oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya salama menjalani perawatan.
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor
knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.

Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur


karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan
meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya.
Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan
kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut
dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

6. Fidelity (Menepati janji)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan


komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.

7. Confidentiality (Kerahasiaan)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang


klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada
satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan
oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien
dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.

8. Accountability (Akuntabilitas)

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa


tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.

2.3. Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Atau Dilema Etik

Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :

1. Pengkajian.

Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat
langsung dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya
data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu:

a. Apa yang menjadi fakta medik?


b. Apa yang menjadi fakta psikososial?
c. Apa yang menjadi keinginan klien?
d. Apa nilai yang menjadi konflik?
2. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang
terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson
and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
a. Tentukan tujuan dari treatment.
b. Identifikasi pembuat keputusan
c. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.
3. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil
keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan
putusan yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi
komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat
selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk,
karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih atau berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh
perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para
pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan
yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2
(dua) alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik,
bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil
keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai
karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau
lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali
klien atau keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di
dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
4. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.
2.4. Enam Pendekatan Dalam Mengahadapi Dilema Etik
Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema
tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
(1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan
(3) kemungkinan ketahuan dan konsekuensi nya.

2.5. Hal Yang Berikaitan Dengan Masalah


Beberapa hal yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1. Konflik Etik Antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian
kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien,
maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan
yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan
tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara
perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman
sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman
sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau
dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
2. Menghadapi Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Keperawatan
Atau Pengobatan.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-
bentuk pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya
tehnologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan
kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan
dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan
dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan
hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk
tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak
terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih
tidak etis.
3. Masalah Antara Peran Merawat Dan Mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat
adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai
factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.
Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan
banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah perifer
(puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan
antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul
dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi
di Negara-negara lain. Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah,
pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga
kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para
pelaku asuhan keperawatan hal ini semakin tidak jelas penyelesaiannya.
4. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat
tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang
dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat
ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab
“tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau
pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan
yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami
dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan
menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar
hak pasien.
5. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan Dan Barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang
berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien
yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang
berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan
seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam
inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi
karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien,
memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan
hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai
yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga
harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang
lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan
tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung
jawab terhadap peralatan dan barang di tempat kerja.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang


melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan
kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut


dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang
tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman
dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

3.2. Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara


mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk
menyelesaikan suatu dilema etik.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Focione, P. A. (1995). Using the California Critical Thinking Skills Test in


Research, valution, and Assessment. Millbrae,CA, California Academic
Press.
Priharjo, R (1995). Praktek Keperawatan profesional. Jakarta : EKG.
Priharjo, Robert. 2008. Pengantar Etika Keperawatan.

Rismalinda. 2011. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan.Jakarta : Trans Info

Media

Sudarma, momon. 2008. sosiologi untuk kesehatan. Jakarta : salemba

medika

Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan

Thompson, E.B., 1985, Drug Bioscreening Graceway Publishing Company, Inc.

America, 40, 118.

Tappen, M.R, Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing

Leadership and Management. 3 rd Ed. Philadelphia FA. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai