Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT-OBATAN PENGINDUKSI OVULASI


Dosen Pengampu: Apt, Elma Viorentina S, S.Farm,. M.Clin. Pharm

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Arif Syaputra 2248401033

Tri Septi Secaria 2248401021

Mery Rachmawati 2248401061

Meytias Hesta Vaneca 2248401059

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “OBAT-OBATAN PENGINDUKSI OVULASI” ini tepat pada
waktunya.
Adapun maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas perkuliahan Farmakologi II. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 6 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................i

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................1


B. Runusan Masalah ..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................3

A. Pengertian Induksi Ovulasi ................................................................3


B. Penggolongan Obat-Obatan Penginduksi Ovulasi ............................4
C. Obat-Obatan Penginduksi Ovulasi ....................................................5

BAB III PENUTUP .....................................................................................11

A. Kesimpulan ........................................................................................11
B. Saran ..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketidaksuburan merupakan masalah global yang memengaruhi sekitar
10-15% pasangan di seluruh dunia. Di antara berbagai penyebab
ketidaksuburan pada wanita, gangguan ovulasi menjadi faktor utama yang
menyebabkan kesulitan dalam mencapai kehamilan. Ovulasi yang tidak
teratur atau tidak terjadi sama sekali dapat menghambat terjadinya
pembuahan dan kehamilan.
Penyebab Gangguan Ovulasi
1. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): Merupakan salah satu penyebab
paling umum gangguan ovulasi. PCOS terjadi ketika tubuh wanita
menghasilkan hormon yang tidak seimbang, menyebabkan pertumbuhan
folikel yang tidak teratur di dalam ovarium.
2. Gangguan Hormonal: Ketidakseimbangan hormon reproduksi seperti
hormon luteinizing (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH) dapat
mengganggu proses ovulasi.
3. Gangguan Tiroid: Hipotiroidisme atau hipertiroidisme dapat
memengaruhi siklus ovulasi.
4. Berat Badan yang Tidak Seimbang: Kegemukan atau kekurangan berat
badan dapat memengaruhi produksi hormon reproduksi dan menyebabkan
gangguan ovulasi.

Penginduksi ovulasi adalah salah satu metode yang digunakan dalam


bidang reproduksi manusia untuk membantu wanita yang mengalami
gangguan ovulasi atau ketidaksuburan dalam mencapai kehamilan. Ovulasi
yang tidak teratur atau tidak terjadi sama sekali dapat menjadi hambatan
utama dalam proses reproduksi. Gangguan ovulasi dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS), gangguan
hormon, dan masalah medis lainnya.

1
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur matang dari ovarium
yang siap untuk dibuahi oleh sperma. Proses ini merupakan langkah kunci
dalam siklus menstruasi wanita dan menjadi momen paling subur dalam
siklus tersebut. Ketika ovulasi terjadi secara teratur, kesempatan untuk
pembuahan dan kehamilan meningkat.
Bagi wanita yang mengalami gangguan ovulasi, seperti PCOS,
penginduksi ovulasi merupakan strategi yang penting untuk meningkatkan
kesempatan kehamilan. Dengan menggunakan obat-obatan yang
mempengaruhi produksi hormon dan proses ovulasi, wanita dapat
memperbaiki atau memulihkan siklus ovulasi mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penginduksi ovulasi ?
2. Apa fungsi obat penginduksi ovulasi ?
3. Bagaimana efek-efek yang dihasilkan obat penginduksi ovulasi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa obat penginduksi ovulasi !
2. Untuk mengetahui fungsi obat penginduksi ovulasi !
3. Untuk mengetahui efek-efek dari obat penginduksi ovulas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penginduksi Ovulasi


Penginduksi ovulasi adalah proses medis yang bertujuan untuk
merangsang pelepasan sel telur (ovulasi) dari ovarium wanita yang
mengalami gangguan ovulasi atau masalah kesuburan. Tujuan utama dari
penginduksi ovulasi adalah untuk meningkatkan kesempatan terjadinya
kehamilan dengan memperbaiki atau memulihkan siklus ovulasi yang tidak
teratur atau tidak terjadi sama sekali.

Penginduksi ovulasi biasanya direkomendasikan untuk wanita yang


mengalami salah satu dari kondisi berikut:

1. Gangguan Ovulasi: Wanita dengan siklus ovulasi yang tidak teratur atau
tidak terjadi sama sekali, seperti yang sering terjadi pada sindrom ovarium
polikistik (PCOS) atau gangguan hormonal lainnya.
2. Ketidaksuburan: Pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil karena
masalah ovulasi pada wanita.
3. Ketidakseimbangan Hormonal: Gangguan pada hormon reproduksi
seperti hormon luteinizing (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH).

Penginduksi ovulasi bekerja dengan berbagai mekanisme,


tergantung pada jenis obat yang digunakan. Secara umum, obat penginduksi
ovulasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pelepasan hormon-
hormon yang mengatur ovulasi. Contoh mekanisme kerja obat-obatan
penginduksi ovulasi adalah:

1. Stimulasi Hormonal: Obat-obatan seperti Clomiphene Citrate (Clomid)


bekerja dengan meningkatkan produksi hormon penstimulasi folikel
(FSH) dan hormon luteinizing (LH) dari kelenjar pituitari.
2. Stimulasi Ovarium: Gonadotropin adalah obat yang secara langsung
merangsang ovarium untuk menghasilkan folikel dan ovulasi.

3
Keberhasilan penginduksi ovulasi dapat bervariasi tergantung pada sejumlah
faktor, termasuk jenis obat yang digunakan, kondisi pasien, dan faktor-faktor
lainnya. Namun, proses ini juga tidak terlepas dari risiko dan efek samping,
seperti peningkatan risiko kehamilan ganda, sindrom hiperstimulasi ovarium
(OHSS), dan komplikasi kehamilan.

B. Penggolongan Obat-Obatan Penginduksi Ovulasi


Obat penginduksi ovulasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa golongan
spesifik berdasarkan mekanisme kerja dan sifat-sifat farmakologisnya. Berikut
adalah beberapa golongan obat penginduksi ovulasi yang umum:

1. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)


Contohnya adalah klomifen sitrat. Obat ini bekerja dengan memblokir
reseptor estrogen di hipotalamus, yang mengarah pada peningkatan
pelepasan gonadotropin dari kelenjar pituitari, seperti hormon folikel-
stimulasi (FSH) dan hormon luteinisasi (LH).
2. Gonadotropins
Merupakan hormon yang langsung merangsang ovarium. Biasanya
disuntikkan secara subkutan. Dalam kategori ini, terdapat FSH
rekombinan dan LH rekombinan yang tersedia sebagai produk farmasi
untuk merangsang perkembangan folikel ovarium.
a. Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Agonists
Contohnya adalah leuprorelin, goserelin, dan nafarelin. Obat-
obatan ini bekerja dengan menghambat produksi hormon-hormon
reproduksi (FSH dan LH) melalui penghambatan pelepasan GnRH
dari hipotalamus. Penggunaan GnRH agonis bertujuan untuk
menghentikan siklus menstruasi alami dan menciptakan kondisi
yang lebih optimal untuk stimulasi ovarium.

4
b. Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Antagonist
Contohnya adalah ganirelix dan cetrorelix. Berbeda dengan agonis
GnRH, antagonis GnRH bekerja dengan langsung menghambat
reseptor GnRH di kelenjar pituitari, yang menghentikan pelepasan
FSH dan LH. Penggunaan antagonis GnRH umumnya dimulai
setelah beberapa hari stimulasi ovarium untuk mencegah ovulasi
prematur.
3. Insulin-Sensitizing Agents
Obat-obatan seperti metformin, yang biasanya digunakan dalam
pengobatan diabetes tipe 2, juga dapat digunakan sebagai obat penginduksi
ovulasi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Metformin membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin,
yang dapat mengurangi produksi hormon androgen berlebihan dan
merestorasi ovulasi normal.
4. Aromatase Inhibitors:
Seperti letrozole (Femara), yang awalnya digunakan dalam pengobatan
kanker payudara tetapi juga dapat membantu merangsang ovulasi pada
wanita dengan PCOS.

C. Obat- Obatan Penginduksi Ovulasi


Berikut obat-obatan penginduksi ovulasi sesuai golongannya:
1. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
 Contoh obatnya: Clomiphine citrate
 Mekanisme: Mengikat reseptor estrogen, menginduksi ovulasi dengan
meningkatkan keluaran gonadotropin hipofisis
Penjelasan: bekerja sebagai penginduksi ovulasi dengan cara mengikat
reseptor estrogen di hipotalamus, menghasilkan efek anti-estrogenik
yang meningkatkan pelepasan hormon folikel-stimulasi (FSH) dari
kelenjar pituitari. Ini merangsang pertumbuhan folikel dalam ovarium
dan mempersiapkan sel telur untuk ovulasi. Ovulasi terjadi ketika sel
telur matang dilepaskan dari ovarium.

5
 Indikasi: Clomifene adalah obat penyubur kandungan. Clomifene juga
digunakan untuk menangani infertilitas atau ketidaksuburan pada
wanita yang mengalami gangguan ovulasi, seperti polycystic ovarian
syndrome (PCOS).
 Kontraindikasi: Kehamilan, penyakit hati atau riwayat penyakit hati,
dan hipersensitivitas terhadap obat ini.
 Efek samping: gangguan menstruasi, pembesaran ovarium,
ketidaknyamanan perut, penglihatan kabur, ketidaknyamanan
payudara, mual dan muntah
 Farmakokinetik:
a. Absorbsi:
• Half-life eliminasi: 5-7 hari
• Onset: 5-10 hari
• Waktu plasma puncak: 6,5 jam
• Bioavaibilitas: mudah diserap disaluran cerna
b. Metabolisme: Metabolisme clomiphene citrate terjadi di hepar
(hati)
c. Eliminasi: Clomiphene citrate dieliminasi melalui feses
(42%) dan urine (8%).
 Bentuk sediaan obat: Tablet
 Kekuatan sediaan: 50mg

6
2. Gonadotroponis yaitu Hormon sintesis yang merangsang pertumbuhan
folikel ovarium dan ovulasi. Yang termasuk golongan ini yaitu Human
Menopausal Gonadotropin (hMG).
 Contoh obatnya yaitu Menotropin.
 Mekanisme: LH & FSH adalah gonadotropin hipofisis yang
merangsang fungsi gonad, termasuk spermatogenesis & ovulasi
Penjelasan: menotropin adalah campuran hormon folikel-stimulasi
(FSH) dan hormon luteinisasi (LH) yang digunakan dalam penginduksi
ovulasi. FSH merangsang pertumbuhan folikel, sementara LH memicu
ovulasi. Menotropin membantu mempersiapkan ovarium dan
merangsang ovulasi, sehingga meningkatkan peluang kehamilan pada
wanita dengan gangguan ovulasi.
 Indikasi: untuk merangsang ovulasi pada wanita yang mengalami
gangguan ovulasi, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS),
anovulasi, atau gangguan ovulasi lainnya yang menghambat kehamilan
 Kontraindikasi: Kehamilan (dapat merusak janin), hipersensitivitas,
riwayat penyakit kanker ovarium dan hipertensi
 Efek samping: Nyeri perut, mual, nyeri ditempat suntikan, pusing,
diare, nyeri payudara
 Farmakokinetik:
Konsentrasi serum FSH:
• SC: 1.7-15.9 mIU/mL
• IM: 0.5-10.1 mIU/mL
Konsentrasi serum LH adalah 0-3.2 mIU/mL untuk kedua rute
pemberian
Half-life
a. Fase awal
• FSH: 4 jam
• LH: 20 menit
b. Tahap akhir

7
• FSH: 70 jam
• LH: 4 jam
Eliminasi
Ekskresi: Urin (8% tidak berubah)
 Bentuk sediaan obat: Injeksi
 Kekuatan sediaan: 75 IU FSH + 75 IU LH

3. Insulin Senitizer digunakan untuk mengobati resistensi insulin pada wanits


dengan PCOS dan dapat membantu merangsang ovulasi.
 Contoh obat: Metformin
 Mekanisme: metformin membantu merangsang ovulasi pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) dengan cara menurunkan
resistensi insulin, mengatur produksi hormon reproduksi, dan
menurunkan produksi hormon androgen. Ini membantu mengembalikan
keseimbangan hormonal dan memfasilitasi proses ovulasi. Metformin
sering digunakan sebagai bagian dari strategi pengobatan yang lebih
luas untuk gangguan ovulasi
 Indikasi: dalam beberapa kasus, metformin dapat digunakan sebagai
bagian dari strategi pengobatan untuk merangsang ovulasi pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau gangguan ovulasi
lainnya yang terkait dengan resistensi insulin.

8
 Kontraindikasi: gagal ginjal, gangguan hati, gangguan jantung, dan
hipersensitivitas.
 Efek samping: mual, muntah, gangguan pernapasan, gangguan hati
 Farmakokinetik
a. Absorbsi
• Bioavailability: 50-60%
• Waktu plasma puncak:
* Rilis reguler: 2-3 jam
* Rilis diperpanjang: 4-8 jam
b. Distribusi:
* Protein bound: VD: 650 L
c. Metabolisme: Tidak dimetabolisme dihati
d. Eliminasi
* Half-life: 4-9 jam
* Klirens ginjal: 450-540 L/mL
* Eksresi: di urin 90%
 Bentuk sediaan: Tablet
 Kekuatan sediaan: 500mg

9
4. Aromatase Inhibitor, obat golongan ini awalnya digunakan dalam
pengobatan kanker payudara, tetapi obat ini juga dapat membantu
merangsang ovulasi pada wanita dengan PCOS
 Contoh obat: Letrozole
 Mekanisme: Inhibitor aromatase - memblokir konversi androgen
menjadi estrogen dengan mengikat ke kelompok heme enzim
aromatase, yang pada gilirannya menghambat aktivitasnya.
Penjelasan: letrozole bekerja sebagai penginduksi ovulasi dengan
menghambat enzim aromatase, yang mengurangi konversi androgen
menjadi estrogen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar estrogen
dalam tubuh, yang pada gilirannya merangsang pelepasan FSH dari
kelenjar pituitari dan memicu pertumbuhan folikel
ovarium serta ovulasi.
 Indikasi: indikasi utama penggunaan letrozole meliputi pengobatan
kanker payudara hormon-reseptor positif pada wanita pasca-menopause
dan penginduksi ovulasi pada wanita dengan gangguan ovulasi,
terutama sindrom ovarium polikistik (PCOS).
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap obat atau eksipien,
dan wanita hamil
 Efek samping: Nyeri punggung, dispneia, mual, batuk, kelelahan,
konstipasi, diare
 Farmakokinetik
a. Absorbsi: diabsorbsi cepat setelah pemberian oral
b. Distribusi: Volume distribusi sekitar 1,9 L/kg
c. Metabolisme: Metabolisme letrozole menjadi metabolitnya yang
tidak aktif secara farmakologis (carbinol) dibantu oleh enzim CYP3A4.
Enzim CYP2A6 juga berperan dalam proses metabolisme letrozole
menjadi carbinol dan analog keton. Letrozole menghambat enzim
CYP2A6 dan CYP2C19 pada mikrosom manusia
d. Eleminasi:
• Waktu paruh eliminasi: 2 hari
• Ekskresi: di urine 90%
 Bentuk sediaan: Tablet
 Kekuatan sediaan: 2,5mg

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan obat penginduksi ovulasi menjadi solusi dalam perawatan
infertilitas, khususnya pada wanita dengan gangguan ovulasi. Obat-obatan
tersebut dirancang untuk merangsang perkembangan folikel ovarium dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya ovulasi. Ada berbagai jenis obat yang
digunakan untuk menginduksi ovulasi, termasuk klomifen sitrat, hormon
gonadotropin, dan antagonist GnRH. Setiap jenis obat memiliki mekanisme
kerja yang berbeda, dan pemilihan tergantung pada diagnosis dan kondisi
spesifik pasien.
Penggunaan obat penginduksi ovulasi dapat menyebabkan efek
samping, seperti hiperstimulasi ovarium, nyeri perut, atau perubahan mood.
Penting bagi dokter dan pasien untuk memahami risiko ini dan mengelolanya
dengan hati-hati. Meskipun obat penginduksi ovulasi dapat meningkatkan
peluang kehamilan, keberhasilan tergantung pada faktor individu. Selain itu,
ada risiko kembar, sindrom hiperstimulasi ovarium, dan komplikasi lain yang
harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakan obat ini.
Konseling dan pemantauan yang tepat oleh tenaga medis sangat
penting selama penggunaan obat penginduksi ovulasi. Hal ini memastikan
pasien memahami prosesnya, mengelola ekspektasi, dan meminimalkan risiko
yang terkait dengan pengobatan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang obat-obatan penginduksi ovulasi tersebut sehingga dapat menambah
pengetahuan mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Banerjee Ray P, Ray A, Chakroborti PS. Comparison of efficacy of letrozole


and clomiphene citrate in ovulation induction in Indian women
with polycystic ovarian syndrome. Arch Gynecol
Obstet. 2012;285:873–7.

He D, Jiang F. Meta analysis of letrozole versus clomiphene citrate in


polycystic ovary syndrome. Reprod Biomed Online. 2011;23:91–6.

Medscape.com 2024

11
13

Anda mungkin juga menyukai