JURUSAN FARMASI
TAHUN 2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “OBAT-OBATAN PENGINDUKSI OVULASI” ini tepat pada
waktunya.
Adapun maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas perkuliahan Farmakologi II. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................i
A. Kesimpulan ........................................................................................11
B. Saran ..................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketidaksuburan merupakan masalah global yang memengaruhi sekitar
10-15% pasangan di seluruh dunia. Di antara berbagai penyebab
ketidaksuburan pada wanita, gangguan ovulasi menjadi faktor utama yang
menyebabkan kesulitan dalam mencapai kehamilan. Ovulasi yang tidak
teratur atau tidak terjadi sama sekali dapat menghambat terjadinya
pembuahan dan kehamilan.
Penyebab Gangguan Ovulasi
1. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): Merupakan salah satu penyebab
paling umum gangguan ovulasi. PCOS terjadi ketika tubuh wanita
menghasilkan hormon yang tidak seimbang, menyebabkan pertumbuhan
folikel yang tidak teratur di dalam ovarium.
2. Gangguan Hormonal: Ketidakseimbangan hormon reproduksi seperti
hormon luteinizing (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH) dapat
mengganggu proses ovulasi.
3. Gangguan Tiroid: Hipotiroidisme atau hipertiroidisme dapat
memengaruhi siklus ovulasi.
4. Berat Badan yang Tidak Seimbang: Kegemukan atau kekurangan berat
badan dapat memengaruhi produksi hormon reproduksi dan menyebabkan
gangguan ovulasi.
1
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur matang dari ovarium
yang siap untuk dibuahi oleh sperma. Proses ini merupakan langkah kunci
dalam siklus menstruasi wanita dan menjadi momen paling subur dalam
siklus tersebut. Ketika ovulasi terjadi secara teratur, kesempatan untuk
pembuahan dan kehamilan meningkat.
Bagi wanita yang mengalami gangguan ovulasi, seperti PCOS,
penginduksi ovulasi merupakan strategi yang penting untuk meningkatkan
kesempatan kehamilan. Dengan menggunakan obat-obatan yang
mempengaruhi produksi hormon dan proses ovulasi, wanita dapat
memperbaiki atau memulihkan siklus ovulasi mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penginduksi ovulasi ?
2. Apa fungsi obat penginduksi ovulasi ?
3. Bagaimana efek-efek yang dihasilkan obat penginduksi ovulasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa obat penginduksi ovulasi !
2. Untuk mengetahui fungsi obat penginduksi ovulasi !
3. Untuk mengetahui efek-efek dari obat penginduksi ovulas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gangguan Ovulasi: Wanita dengan siklus ovulasi yang tidak teratur atau
tidak terjadi sama sekali, seperti yang sering terjadi pada sindrom ovarium
polikistik (PCOS) atau gangguan hormonal lainnya.
2. Ketidaksuburan: Pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil karena
masalah ovulasi pada wanita.
3. Ketidakseimbangan Hormonal: Gangguan pada hormon reproduksi
seperti hormon luteinizing (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH).
3
Keberhasilan penginduksi ovulasi dapat bervariasi tergantung pada sejumlah
faktor, termasuk jenis obat yang digunakan, kondisi pasien, dan faktor-faktor
lainnya. Namun, proses ini juga tidak terlepas dari risiko dan efek samping,
seperti peningkatan risiko kehamilan ganda, sindrom hiperstimulasi ovarium
(OHSS), dan komplikasi kehamilan.
4
b. Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) Antagonist
Contohnya adalah ganirelix dan cetrorelix. Berbeda dengan agonis
GnRH, antagonis GnRH bekerja dengan langsung menghambat
reseptor GnRH di kelenjar pituitari, yang menghentikan pelepasan
FSH dan LH. Penggunaan antagonis GnRH umumnya dimulai
setelah beberapa hari stimulasi ovarium untuk mencegah ovulasi
prematur.
3. Insulin-Sensitizing Agents
Obat-obatan seperti metformin, yang biasanya digunakan dalam
pengobatan diabetes tipe 2, juga dapat digunakan sebagai obat penginduksi
ovulasi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Metformin membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin,
yang dapat mengurangi produksi hormon androgen berlebihan dan
merestorasi ovulasi normal.
4. Aromatase Inhibitors:
Seperti letrozole (Femara), yang awalnya digunakan dalam pengobatan
kanker payudara tetapi juga dapat membantu merangsang ovulasi pada
wanita dengan PCOS.
5
Indikasi: Clomifene adalah obat penyubur kandungan. Clomifene juga
digunakan untuk menangani infertilitas atau ketidaksuburan pada
wanita yang mengalami gangguan ovulasi, seperti polycystic ovarian
syndrome (PCOS).
Kontraindikasi: Kehamilan, penyakit hati atau riwayat penyakit hati,
dan hipersensitivitas terhadap obat ini.
Efek samping: gangguan menstruasi, pembesaran ovarium,
ketidaknyamanan perut, penglihatan kabur, ketidaknyamanan
payudara, mual dan muntah
Farmakokinetik:
a. Absorbsi:
• Half-life eliminasi: 5-7 hari
• Onset: 5-10 hari
• Waktu plasma puncak: 6,5 jam
• Bioavaibilitas: mudah diserap disaluran cerna
b. Metabolisme: Metabolisme clomiphene citrate terjadi di hepar
(hati)
c. Eliminasi: Clomiphene citrate dieliminasi melalui feses
(42%) dan urine (8%).
Bentuk sediaan obat: Tablet
Kekuatan sediaan: 50mg
6
2. Gonadotroponis yaitu Hormon sintesis yang merangsang pertumbuhan
folikel ovarium dan ovulasi. Yang termasuk golongan ini yaitu Human
Menopausal Gonadotropin (hMG).
Contoh obatnya yaitu Menotropin.
Mekanisme: LH & FSH adalah gonadotropin hipofisis yang
merangsang fungsi gonad, termasuk spermatogenesis & ovulasi
Penjelasan: menotropin adalah campuran hormon folikel-stimulasi
(FSH) dan hormon luteinisasi (LH) yang digunakan dalam penginduksi
ovulasi. FSH merangsang pertumbuhan folikel, sementara LH memicu
ovulasi. Menotropin membantu mempersiapkan ovarium dan
merangsang ovulasi, sehingga meningkatkan peluang kehamilan pada
wanita dengan gangguan ovulasi.
Indikasi: untuk merangsang ovulasi pada wanita yang mengalami
gangguan ovulasi, termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS),
anovulasi, atau gangguan ovulasi lainnya yang menghambat kehamilan
Kontraindikasi: Kehamilan (dapat merusak janin), hipersensitivitas,
riwayat penyakit kanker ovarium dan hipertensi
Efek samping: Nyeri perut, mual, nyeri ditempat suntikan, pusing,
diare, nyeri payudara
Farmakokinetik:
Konsentrasi serum FSH:
• SC: 1.7-15.9 mIU/mL
• IM: 0.5-10.1 mIU/mL
Konsentrasi serum LH adalah 0-3.2 mIU/mL untuk kedua rute
pemberian
Half-life
a. Fase awal
• FSH: 4 jam
• LH: 20 menit
b. Tahap akhir
7
• FSH: 70 jam
• LH: 4 jam
Eliminasi
Ekskresi: Urin (8% tidak berubah)
Bentuk sediaan obat: Injeksi
Kekuatan sediaan: 75 IU FSH + 75 IU LH
8
Kontraindikasi: gagal ginjal, gangguan hati, gangguan jantung, dan
hipersensitivitas.
Efek samping: mual, muntah, gangguan pernapasan, gangguan hati
Farmakokinetik
a. Absorbsi
• Bioavailability: 50-60%
• Waktu plasma puncak:
* Rilis reguler: 2-3 jam
* Rilis diperpanjang: 4-8 jam
b. Distribusi:
* Protein bound: VD: 650 L
c. Metabolisme: Tidak dimetabolisme dihati
d. Eliminasi
* Half-life: 4-9 jam
* Klirens ginjal: 450-540 L/mL
* Eksresi: di urin 90%
Bentuk sediaan: Tablet
Kekuatan sediaan: 500mg
9
4. Aromatase Inhibitor, obat golongan ini awalnya digunakan dalam
pengobatan kanker payudara, tetapi obat ini juga dapat membantu
merangsang ovulasi pada wanita dengan PCOS
Contoh obat: Letrozole
Mekanisme: Inhibitor aromatase - memblokir konversi androgen
menjadi estrogen dengan mengikat ke kelompok heme enzim
aromatase, yang pada gilirannya menghambat aktivitasnya.
Penjelasan: letrozole bekerja sebagai penginduksi ovulasi dengan
menghambat enzim aromatase, yang mengurangi konversi androgen
menjadi estrogen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar estrogen
dalam tubuh, yang pada gilirannya merangsang pelepasan FSH dari
kelenjar pituitari dan memicu pertumbuhan folikel
ovarium serta ovulasi.
Indikasi: indikasi utama penggunaan letrozole meliputi pengobatan
kanker payudara hormon-reseptor positif pada wanita pasca-menopause
dan penginduksi ovulasi pada wanita dengan gangguan ovulasi,
terutama sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap obat atau eksipien,
dan wanita hamil
Efek samping: Nyeri punggung, dispneia, mual, batuk, kelelahan,
konstipasi, diare
Farmakokinetik
a. Absorbsi: diabsorbsi cepat setelah pemberian oral
b. Distribusi: Volume distribusi sekitar 1,9 L/kg
c. Metabolisme: Metabolisme letrozole menjadi metabolitnya yang
tidak aktif secara farmakologis (carbinol) dibantu oleh enzim CYP3A4.
Enzim CYP2A6 juga berperan dalam proses metabolisme letrozole
menjadi carbinol dan analog keton. Letrozole menghambat enzim
CYP2A6 dan CYP2C19 pada mikrosom manusia
d. Eleminasi:
• Waktu paruh eliminasi: 2 hari
• Ekskresi: di urine 90%
Bentuk sediaan: Tablet
Kekuatan sediaan: 2,5mg
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan obat penginduksi ovulasi menjadi solusi dalam perawatan
infertilitas, khususnya pada wanita dengan gangguan ovulasi. Obat-obatan
tersebut dirancang untuk merangsang perkembangan folikel ovarium dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya ovulasi. Ada berbagai jenis obat yang
digunakan untuk menginduksi ovulasi, termasuk klomifen sitrat, hormon
gonadotropin, dan antagonist GnRH. Setiap jenis obat memiliki mekanisme
kerja yang berbeda, dan pemilihan tergantung pada diagnosis dan kondisi
spesifik pasien.
Penggunaan obat penginduksi ovulasi dapat menyebabkan efek
samping, seperti hiperstimulasi ovarium, nyeri perut, atau perubahan mood.
Penting bagi dokter dan pasien untuk memahami risiko ini dan mengelolanya
dengan hati-hati. Meskipun obat penginduksi ovulasi dapat meningkatkan
peluang kehamilan, keberhasilan tergantung pada faktor individu. Selain itu,
ada risiko kembar, sindrom hiperstimulasi ovarium, dan komplikasi lain yang
harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakan obat ini.
Konseling dan pemantauan yang tepat oleh tenaga medis sangat
penting selama penggunaan obat penginduksi ovulasi. Hal ini memastikan
pasien memahami prosesnya, mengelola ekspektasi, dan meminimalkan risiko
yang terkait dengan pengobatan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang obat-obatan penginduksi ovulasi tersebut sehingga dapat menambah
pengetahuan mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Medscape.com 2024
11
13