Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

”Keperawatan Gerontik”

DISUSUN OLEH :
NAMA : AHMAD GERRY N. MOKOAGOW
NIM : 01707010002
KELAS :KEPERAWATAN A

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Keprawatan Gerontik” ini
dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Respirasi 2. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua…

Kotamobagu, 25 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1. LATAR BELAKANG..................................................................3
2. RUMUSAN MASALAH.....................................................................3
3. TUJUAN..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

1. PENGERTIAN.............................................................................4
2.
BAB III PENUTUP.................................................................................................
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................
3.2 SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi
satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linner dapat
digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan
(handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewujudkan kemandirian usaha
sosial ekonomi lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
11.37% penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang
cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian
dan pemanfaatan hasil – hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk
mempersiapkan pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based yang
harus dibuat sebagai integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada
semua tingkatan agar langkah – langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat
dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas public, justifikasi tindakan keperawatan
dan bahan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian asas dan hukum organisasi keperawatan gerontik
2. Pengertian lansia dalam kependudukan di Indonesia (Keadaan dan
permasalannya)
3. Definisi upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asas dan hukum organisasi keperawatan gerontik.
2. Untuk mengetahui lansia dalam kependudukan di Indonesia (Keadaan dan
permasalannya)
3. Untuk mengetahui definisi upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
1) Asas dan hukum organisasi keperawatan gerontik
Hukum dan Per-UU Terkait Lansia : 1. UU No. 4 /1965 tentang
pemberian bantuan bagi orang jompo. 2. UU No.14/1969 tentang ketentuan
pokok mengenai tenaga kerja 3. UU No.6 /1974 tentang ketentuan pokok
kesejahteraan sosial 4. UU No.3 /1982 tentang jaminan sosial tenaga kerja 5. UU
No.2 /1989 tentang sistem pendidikan nasional 6. UU No. 2 /1992 tentang usaha
perasuransian 7. UU No.4 /1992 tentang perumahan & pemukiman.
UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang
Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo. Berisi : --Hak, kewajiban, tugas, serta
tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan. --Upaya
pemberdayaan.
 Organisasi sebagai Wadah Koordinasi
Organisasi sebagai wadah koordinasi yang senantiasa dapat mengkaji dan
meneliti instrument perundang-undangan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan penanganan lansia serta menghimpun bahan pertimbangan dan
saran untuk kebijakan presiden di bidang lansia, dalam rangka melaksanakan
amanat Pasal 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia Serta untuk menyinergikan upaya-upaya peningkatan
kesejahteraan social lansia yang dilakukan oleh pemerintah dan unsur
masyarakat, yaitu Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia).
 Organisasi yang Menghimpun Para Lansia berdasarkan Berbagai Latar
Belakang
a) Pensiunan dari pegawai negeri sipil, bergabung dalam Persatuan
Wredatama Republik Indonesia (PWRI).
b) Pensiunan dari keluarga ABRI begabung dalam Persatuan Purnawirawan
dan Warrakawuri Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(PEPAPABRI).
c) Pensiunan pegawai tiap departemen atau BUMN atau bank dan lain-lain
perusahaan besar yang memiliki organisasi sejenis. d. Para lansia yang
bergabung dalam kelompok kegiatan sejenis yang sama-sama diminati
dan disenangi, baik dalam bentuk paguyuban, seperti Pandu Wredha,
perkumpulan olaghraga/senam lansia, kegiatan keagamaan seperti
kelompok pengajian, persekutuan do’a, dan lain-lain.
 Organisasi yang Menghimpun Para Peminat Lansia
Perhimpunan Gerontologi Indonesia (PERGERI), yang didirikan pada
tanggal 14 Desember 1984. PERGERI ini dibentuk dengan tujuan: a) untuk
ikut serta membantu pemerintah dalam program pembangunan nasional,
khususnya di bidang pembinaan dan perawatan lansia, agar para lansia masih
berguna semaksimal mungkin; b) mengembangkan studi dan penelitian
tentang lansia; c) memandu hubungan kerjasama dngan badan-badan social
pemerintahan, swasta, organisasi sejenis dan seminat di dalam dan di luar
negeri.
 Organisasi Lain
Organisasi lainnya yang belum tertampung dalam tiga kelompok organissi di
atas seperti : a. Upaya mendirikan institute geriatric dan gerontology. b.
Upaya merealisasikan dibentuknya pusat informasi bagi lansia yang lazim
disebut dengan Clearing House. c. Upaya menyalurkan tenaga kerja lansia
yang masih memerlukan lapangan kerja/ Bursa Kerja Lansia. d. Upaya
meningkatan pendidikan dan kegiatan melalui The University of the Thrid
Age.
 Organisasi lansia internasional
PBB dengan segala unitnya telah membentuk UN-programme on Ageing.
Beberapa askes yang dapat dihubungi antara lain : United Nations Home
Page On Ageing : http://www.un.org/ecosocdev/topicse/ageing.htm b.
ESCAPE social Development Division :
http://www.unescap.org/pop/index.htm c. Information on International Day
of Older Persons : http://www.un.org/NewLinks/older/ dan sebagainya.

2) Lansia dalam kependudukan di Indonesia (Keadaan dan permasalannya)


Di Indonesia sendiri, setiap tanggal 29 Mei selalu diperingati sebagai
Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional. Untuk tahun 2014 kemarin, tema yang
diusung adalah ”Jadikan Lanjut Usia Indonesia Sejahtera” dengan sub tema
”Pengabdianku Untuk Orang Tua”. Definisi Lansia menurut Undang-undang
(UU) Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia adalah orang yang
telah berusia 60 tahun ke atas atau sering disebut sebagai penduduk dengan usia
non-produktif. Perayaan Hari Lansia Nasional itu sendiri dicanangkan pertama
kali oleh Presiden Soeharto tahun 1996 sebagai bentuk keperdulian dan
penghargaan atas penduduk Lansia.
Menurut data pemerintah, hingga kini jumlah lansia mencapai 18 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta
lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Nantinya di tahun 2050, satu dari empat
penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan
penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita. Sayangnya, perhatian terhadap
penduduk lansia ini dianggap masih sangat kurang. Belum ada satupun kota di
Indonesia yang memenuhi kriteria kota ramah lansia. Sebuah kota didefinisikan
ramah lansia jika memiliki banyak ruang publik yang dapat digunakan penduduk
lansia untuk bersosialisasi serta tersedianya sistem transportasi dan pelayanan
umum yang memperhatikan keterbatasan lansia.
Mengingat begitu besarnya peran penduduk lansia, kebijakan yang akan
diambil oleh pemerintah harus komprehensif bersinergi dengan kebijakan
penduduk usia produktif. Momen ini juga harus dijadikan sebagai awal dari
reformasi kebijakan pemerintah di sektor kependudukan. Terlalu lama
pengelolaan kependudukan di Indonesia dijalankan dengan mekanisme asal-
asalan. Padahal dengan kekuatan jumlah penduduk terbesar ke-3 di dunia,
Indonesia harus menaruh perhatian serius terhadap persoalan kependudukan ini.
Kebijakan yang ada, sering kali bersifat populis jangka pendek. Padahal tidak
diindahkannya dimensi kependudukan dalam kerangka pembangunan, sama
artinya dengan ”menyengsarakan” generasi mendatang.
Banyak teori yang menyebutkan penduduk sebagai salah satu faktor
strategis dalam mendukung pembangunan nasional. Penduduk adalah subyek
dan obyek pembangunan. Sebagai subyek, penduduk harus dibina dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga mampu menjadi mesin penggerak
pembangunan. Sebagai obyek, pembangunan harus dapat dinikmati oleh
masyarakat. Dengan demikian, pembangunan harus diperhitungkan dengan
seksama, dengan memperhitungkan kemampuan penduduk, sehingga masyarakat
mampu berpartisipasi secara aktif.
Di periode Orde Baru, pemerintah sebetulnya cukup sukses dalam
mengelola persoalan kependudukan. Banyak kebijakan yang kemudian
dihasilkan, bersifat terintegrasi demi menciptakan penduduk yang berkualitas.
Sayangnya di era reformasi, masalah kependudukan justru menjadi salah satu
sektor yang paling terabaikan. Otonomi daerah sepertinya tidak berkorelasi
dengan otonomi pengelolaan penduduk. Banyak daerah yang justru tidak
menganggap penting pengelolaan kependudukan. Akibatnya peningkatan
penduduk semakin tidak terkendali, sehingga di banyak daerah khususnya Jawa
dan Bali, terjadi over populated dengan kualitas penduduk yang semakin
memprihatinkan.

3.) Model pemberian pelayanan perawatan professional pada klien dan lansia
1. PENDEKATAN FISIK
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh,tingkat kesehatan yang masih bias dicapai dan dikembangkan,
penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dibagi atas dua bagian yakni:
 Klien lanjut usia yang masih aktif dimana keadaan fisiknya masih mampu
bergaerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit.Perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.Kebersihan
perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian.
2. PENDEKATAN PSIKIS
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab.Perawat hendaknya memilikikesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa aman.
3. PENDEKATAN SOSIAL
Menagadakan diskusi dan tukar pikiran serat bercerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.Jadi
pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara werda dengan
werda maupun werda dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi misalnya jalan pagi, menonton film
atau hiburan-hiburan lain. Para werda perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar
seperti nonton televise, mendengarkan radio atau membaca surat kabar dan majalah.
Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatantidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia.
Menurut Drs. H. Manan dalam bukunya Komunikasi Dalam Perawatan
mengatakan: tidak sedikit klien tidak bias tidur karena stress. Setres memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, kelurga dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa
katakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan lain sebagainya.
Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian
terhadapsekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut
menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia
luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi
yang tinggal di Panti Werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain
selalu mengadakan kontrak sesame mereka, makan dan duduk bersama, menanamkan
rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, punya hak dan kewajiban
bersama.Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik
sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan
pelayanan klien lanjut usia di Panti Werda,
4. PENDEKATAN SPIRUTUAL
Perawat harus bias memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan
sakit, atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi
kematian,DR. Tonny Seyiabudhi mengemukakan bahwa: maut seringkali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini disadari oleh berbagai macam factor, seperti
ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang
sering menyertai, kegelisaan untuk tidak berkumpul lagi dengan keluarga/lingkungan
sekitarnya dan lain sebagainya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-
reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup
ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermat, dimanakah letak kelemahan dan
dimana pula letak kekuatan klien, agar perawatan selanjutnya akan lebih terarah lagi.
Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya perawatan dengan tim
berkewajiban untuk mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan
penderitaannya.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan saya adalah keperawatan gerontik merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linner dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.

2. Saran
Saran saya sebagai mahasiswa keperawatan kita perlu memahami cara merawat
lansia dan memahami keinginan mereka dengan cara pendekatan dengan
berkomunikasi teraupetik.
DAFTAR PUSTAKA

Maryam Siti, dkk. (2008) ”Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.” Jakarta. Salemba
Medika

https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/30/sarana-pelayanan-kesehatan-lanjut-
usia/

http://www.askep-lansia-komunitas.blogspot.com//
Nugroho, wahjudi. 2000. Perawatan Lanjut Usia Edisi ke-2. Jakarta: EGC
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis Edisi
ke-6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai