Disusun Oleh:
T.A 2020/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Obstetri yang berjudul “Plasenta Previa”.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing “Ati Sulianty, SST, M. Kes” yang telah membimbing kami, teman-teman yang
telah memberi dukungan terhadap kami sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun dosen pembimbing
sangat diharapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
i
Daftar isi
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1-2
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1-2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN TEORI 3-10
2.1 Definisi Plasenta Previa 3-4
2.2 Etiologi Placenta Previa 4-5
2.3 Patofisiologi Placenta Previa 5
2.4 Faktor Resiko Plasenta Previa 5
2.5 Asuhan Yang di Berikan 6-7
2.6 Contoh Kasus Plasenta Previa 7-10
BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan
pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian
maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah
Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per
100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per
100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019)
menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di
Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%),
sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya
tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus ini masih
menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil besar dalam
angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan kesehatan. Di RS
Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985) melaporkan prevalensi
plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Obstetri Kebidanan
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko, asuhan, serta contoh kasus
dari placenta previa
1.4 Manfaat
Mengetahui dan menambah wawasan tentang materi plasenta previa kepada kami para
mahasiswa dan pembaca.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae = didepan ; vias : jalan).
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi placenta yang
normal adalah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
(Winknjosastro, 1999)
3
d. Plasenta previa letak rendah
- Jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tapi tidak sampai menutupi jalan
lahir.
- Plasenta letak rendah, dimana pinggir plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir
pembukaan (pada pemeriksaan dalam tidak teraba).
- Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga
tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari osteum uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap plasenta letak normal. (Prawirohardjo,
2008).
2.2 Etiologi
a. Etiologi dari proses terjadinya plasenta previa sampai saat ini belum jelas
b. Diperkirakan karena adanya gangguan distribusi vaskularisasi uterus atau atrofi desidua
misalnya akibt perdarahan persalinan sebelumnya
c. Jika ada massa tumor di korpus/segmen atas uterus ( misalnya mioma),kemungkinan
plasenta juga akan berimplantasi dibawah,tetapi belum jelas hubungannya.
Gejala/tanda Plasenta previa:
a. perdarahan pervaginam,warna merah segar
b. bagian terbawah janin belum masuk panggul atau adanya kelainan letak janin
4
2.3 Patofisiologi
Plasenta akan menanamkan diri di tempat yang memiliki vaskularisasi baik, sebagai salah
satu cara memenuhi kebutuhan perkembangan janin. Ketika fundus uteri tidak mampu
memenuhi kebutuhan tersebut, maka plasenta akan mencari tempat yang tepat dan
memenuhi kriterianta untuk ditempati, sehingga plasenta tertanam pda bagian bawah
uterus, dimana secara anatomi terletak dekat dengan pembuluh darah yang mampu
memenuhi kebutuhannya nanti. (Oyesele dkk, 2006)
Prinsip dasar penanganan yaitu pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus
segera dikirim kerumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi darah dan operasi.
a. Penanganan pasif:
b. Cara persalinan
Factor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan
dipilih,tergantung:jenis plasenta previa,perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang,
keadaan umum ibu hamil, keadaan janin: hidup,gawat,dan meninggal,pembukaan jalan
lahir,paritas,fasilatas penolong dan RS.
6
Setelah melihat factor-faktor diatas, ada dua jenis persalinan untuk plasenta previa ini yaitu:
persalinan pervaginam dan persalinan perabdominal.
1) Amniotami, dengan indikasi: plasenta previa lateralis atau marginalis (letak rendah),bila
telah ada pembukaan 4 cm; pada primigravida dengan plasenta previa marginalis pada
pembukaan lrbih dari 5cm ; pada plasenta lateralis atau marginalis dengan janin sudah
meninggal.
2) Adapun keuntungan dari dilakukannya amniotami adalah: agar bagian terbawah janin
yang berfungsi sebagai tampon,akan menekan plasenta yang berdarah, dan perdarahan
yang akan berkurang atau berhenti; partus akan berlangsung lebih cepat;bagian plasenta
yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin,gerakan dan regangan segmen bawah rahim,
sehingga tidak tidak ada lagi plasenta yang lepas
3) Namun apabila amniotami tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dilakukan
cumin Willet Gausz dan versi Braxton-hicks, yaitu dengan menembus plasenta
4) Namun cara Cuman Willet dan versi Braxton-Hicks ini suda ditinggalakan delam dunia
kebidanan modern,akan tetapi kedua cara ini masih mempunyai tempat tertentu seperti
dalam keadaan darurat sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi perdarahan
banyak,atau apabila SC tidak mungkin dilakukan di RS yang fasilitasnya terbatas.
5) Selain persalinan secara pervaginam,dapat juga dengan persalinan perabdominal secara
SC (section Caesarea). Persalinan dengan SC ini dilakukan dengan indikasi: Semua
plasenta lateralis posterior,karena perdarahan yang sulit dikontroldan banyak; pada
primigravida dengan plasenta previa lateralis,juga dengan perdarahan banyak, kan
cenderung berulang; Plasenta semuanya sengan panggul sempit,juga letak lintang
6) Tujuan dilakukannya SC ini,yaitu untuk mempercepat mengangkat dan menghentikan
sumber perdarahan,dan agar dapat memberikan kesempatan kepada uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan dapat berhenti dan untuk menghindarkan perlukaan
serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh aoabila dilakukan persalian pervaginam
7
7) Pengaruh plasenta previa terhadap janin: gangguan aliran darah dalam tali pusat karena
tertekan tali pusat; depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgetik yang diberikan
kepada ibu,perdarahan untrakranial dan kelainan bawaan.
# Objektif:
KU: Lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 90/70mmHg, N: 92x/m, R: 24x/m, S: 36,5C
TB: 150cm
BB: 60kg (Sebelum hamil: 50kg)
Inspeksi : terlihat pengeluaran darah pervaginam sebanyak 150cc.
Palpasi :
- Leopold I : TFU ½ pusat-px (30cm), pada fundus teraba bagian lunak dan tidak
melenting yakni bokong.
8
- Leopold II : Pada bagian kiri perut teraba bagian keras dan memanjang yakni
punggung janin dan pada bagian kanan teraba bagian bagian kecil yakni ektremitas
janin.
- Leopold III : Pada terbawah janin teraba ada satu bantalan yang mengganjal pada
bagian segmen bawah rahim.
- Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Auskultasi : DJJ : 144x/m
Perkusi : reflex patella kiri – kanan : (+)
TP : 02-05-2012
TBBJ : (30-12) X 155 = 2790 gram
Pemeriksaan Laboratorium : Hb :10,5 gr
# Assesment:
Ny. Y, 30 tahun, GIIIPIIA0M0, hamil 32 minggu, punggung kiri, kedudukan kepala,
bagian terbawah janin belum masih PAP, janin intra uteri tunggal hidup. Ibu dengan plasenta
previa.
Masalah : Ibu cemas dengan kehamilannya
Kebutuhan : atasi kecemasan ibu dengan memberikan penjelasan tentang keadaan janin
dan keadaan ibu.
Diagnosa Potensial : - Terjadinya perdarahan antepartum
- Terjadinya gawat janin
- Terjadinya aspiksia
Antisipasi : - Melakukan kolaborasi dengan Dokter Obgyn
- Penatalaksanaan perdarahan antepartum
- Penatalaksaan aspiksia pada BBL
# Planning:
Jelaskan keadaan ibu saat ini dan hasil pemeriksaan yaitu kehamilan ibu mengalami
komplikasi dimana ari-ari berada pada bagian bawah rahim dan ibu harus dirujuk
Lakukan observasi ttv, perdarahan, dan djj
Anjurkan ibu melakukan beristirahat total dan mengurangi aktivitas yang berat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi
ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium
internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.
Klasifikasi plasenta previa yaitu Plasenta previa totalis. Plasenta previa parsialis,
marginalis dan plasenta previa letak rendah. Derajat plasenta previa akan tergantung kepada
luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya riwayat section secareae dipersalinan
sebelumnya, dimana hal tersebut dihubungkan dengan jejas pada uterus, yang memungkinkan
plasenta mencari tempat yang tepat untuk menanamkan diri, multiparitas, pada ibu dengan
paritas lebih dari 2 memiliki kemungkinan mengalami plasenta previa 60% - 70% (Erez dkk,
2012), kehamilan kembar, kelainan hematologi ibu, kebiasaan ibu yang kurang baik seperti
mengkonsumsi rokok dan obat obatan terlarang. Gejala yang paling sering terjadi pada plasenta
previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan
tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
Tugas yang berjudul “Plasenta Previa” akhirnya dapat terselesaikan. Makalah ini
penulis susun dengan segenap usaha agar dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya informasi yang di dapat oleh penulis. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Irianti, Bayu dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta:Sagung Seto
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Rahmawati, Titik, S. Keb. 2012. Dasar Dasar Kebidanan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: Trans Info Media
Maryunani, Anik. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info Media
https://id.scribd.com/doc/100249877/Asuhan-Kebidanan-SOAP-Plasenta-Previa
12