Anda di halaman 1dari 14

LITERATURE RIVIEW

TERAPI PADA DM TIPE 1

ABSTRAK
Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit gangguan kronis dalam metabolisme
protein,
lemak, dan karbohidrat. DM digambarkan sebagai peningkatan glukosa darah setelah
semua jenis makan. Pada tahun 2019 International Diabetes Federation memperkirakan ada 463
juta penderita DM di seluruh dunia. Tujuan dilakukannya literature review ini adalah untuk
membahas tatalaksana yang tepat pada kasus diabetes melitus tipe 1. Sumber referensi yang
digunakan untuk menyusun tulisan ini meliputi 20 artikel yang didapat dengan melakukan
literature searching di Sumber NCBI, Google scholar dan 4 buku yang semuanya
dipublikasikan dalam rentang tahun 2000-2020. Literature sarching tersebut dilakukan dengan
menggunakan kata kunci Diabetes, diabetes melitus tipe 1, tatalaksana dan filter berupa
rentang publikasi tahun 2000-2020. Hasil yang ditemukan dari literature searching ini adalah
9897 artikel yang kemudian dipilih 20 artikel dan 4 buku berdasarkan informasi yang
dibutuhkan. Referensi yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan metode systematic
literature review yang mencakup kegiatan mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengembangkan
penelitian dengan topik tertentu secara sistematis. Hasil literature review in menunjukkan
bahwa tatalaksana pengelolaan DM tipe-1 dilakukan dengan beberapa penangaan, yaitu dengan
pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga,dan edukasi, yang didukung oleh pemantauan
mandiri.

Kata kunci: diabetes; diabetes melitus tipe1;


tatalaksana

MANAGEMENT OF TYPE 1 DIABETES MELLITUS

ABSTRACT
Diabetes mellitus or DM is a chronic disorder in the metabolism of protein, fat and
carbohydrates. DM is described as an increase in blood glucose after all types of eating.
In
2019 the International Diabetes Federation estimated there were 463 million people with
diabetes worldwide. The purpose of this literature review is to discuss the appropriate
management of type 1 diabetes mellitus. The reference sources used to compile this paper
include 20 articles obtained by conducting literature searches on NCBI sources, Google
scholarships and 4 books, all of which were published in a span of years 2000-2020. The
sarching literature was carried out using the keywords Diabetes, type 1 diabetes mellitus,
management and filters in the form of publication ranges from 2000-2020. The results found
from this literature searching were 9897 articles, which were then selected 20 articles and 4
book based on the information needed. The references that have been obtained are then
analyzed using the systematic literature review method which includes the activities of collec

ting, evaluating, and systematically developing research with certain topics. The results of this
literature review show that the management of type-1 diabetes mellitus is carried out with
several measures, namely by giving insulin, eating arrangements, exercise, and education,
which is supported by independent monitoring (home monitoring).
Keywords: diabetess; type 1 diabetes mellitus;
therapy
PENDAHULUAN sekresi insulin oleh sel beta pankreas
Diabetes melitus adalah suatu kelompok dan atau ganguan fungsi insulin
gangguan metabolik dengan (resistensi insulin) (Trisnawati &
karakteristik hiperglikemia atau kadar Setyorogo, 2013; Depkes, 2005).
glukosa daraha yang tingi yang dapat
terjadi karena kelainan sekresi insulin, Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 atau
kerja insulin atau kedua- yang dulu dikenal dengan nama Insulin
duanya.Hiperglikemia kronik pada Dependent Diabetes Mellitus (IDDM),
Diabetes berhubungan dengan terjadi karena kerusakan sel beta
kerusakan jangka panjang, disfungsi pankreas (reaksi autoimun). Sel beta
dan kegagalan beberapa organ tubuh, pankreas merupakan satu-satunya sel
terutama mata, ginjal, syaraf, jantung tubuh yang menghasilkan insulin yang
dan pembuluh darah (Priyono & bettiza, berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
2010; American Diabetes Association dalam tubuh. Bila kerusakan sel beta
(ADA) 2004). Secara global, pankreas telah mencapai 80-90% maka
diperkirakan 422 juta orang dewasa gejala DM mulai muncul. kerusakan sel
hidup dengan diabetes pada tahun 2014, ini lebih cepat terjadi pada anak-anak
dibandingkan dengan 108 juta pada daripada dewasa. Sebagian besar
tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh
(dengan usia yang distandarisasi) telah karena proses autoimun dan sebagian
meningkat hampir dua kali lipat sejak kecil non autoimun. DM tipe 1 yang
tahun 1980, meningkat dari 4,7% tidak diketahui penyebabnya juga
menjadi 8,5% pada populasi orang disebut sebagai type 1 idiopathic dan
dewasa. Kasus diabetes melitus di ditemukan insulinopenia tanpa adanya
Indonesia menurut Riset Kesehatan petanda autoimun dan mudah sekali
Dasar (Riskesdas) memperlihatkan mengalami ketoasidosis. DM tipe 1
peningkatan angka prevalensi yang sebagian besar (75% kasus) terjadi
cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di sebelum usia 30 tahun dan DM tipe 1ni
tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari
2018 sehingga estimasi jumlah penderita seluruh kasus DM yang ada (American
di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta Diabetes Association, 2018).
orang (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Diabetes melitus tipe 1 dapat terjadi
pada tahun 2018 melaporkan ada 1220 karena gangguan terhadap produksi
anak penyandang DM tipe-1 di insulin akibat kerusakan sel beta
Indonesia. pankreas. Patofisiologi dari DM tipe 1
yakni adanya reaksi autoimun akibat
Klasifikasi diabetes ada beberapa jenis, peradangan pada sel beta. Hal ini
yaitu Diabetes Mellitus yaitu Diabetes menyebabkan timbulnya antibodi
Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe terhadap sel beta yang disebut Islet Cell
II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, Antibody (ICA). Reaksi antigen (sel
dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. beta) dengan antibodi ICA yang
Jenis Diabetes Mellitus yang paling ditimbulkannya menyebabkan
banyak diderita adalah Diabetes hancurnya sel beta. Selain karena
Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe autoimun, DM tipe 1 juga bisa
2 (DM Tipe 2) adalah penyakit disebabkan virus cocksakie, rubella,
gangguan metabolik yang di tandai oleh citomegalo virus (CMV), herpes dan
kenaikan gulah darah akibat penurunan lain-lain (Rustama dkk, 2010).
Autoantibodi yang berkaitan dengan terjadi. Akan tetapi karena glukosa
diabetes adalah glutamicacid dalam darah tidak dapat masuk ke
decarboxylase 65 autoantibodies dalam sel hepar ataupun sel otot, maka
(GAD); tyrosine phosph ataselike hepar akan berusaha lebih keras lagi
insulinoma antigen 2 (IA2); insulin untuk memproduksi glukosa. Selain itu
autoantibodies (IAA); dan β-cellspecific juga akan terjadi proteolisis (proses
zinc transporter 8 autoantibodies pemecahan cadangan protein dalam sel
(ZnT8). Ditemukannya satu atau lebih otot menjadi asam amino) dan lipolisis
dari autoantibodi ini membantu (proses pemecahan lipid dalam jaringan
konfirmasi diagnosis DM tipe-1 (IDAI, adipose menjadi gliserol dan asam
2015). lemak bebas). Semua proses tersebut
akhirnya akan menimbulkan kondisi
Jumlah kasus DM tipe-1 pada anak dan hiperglikemia puasa (Rustama dkk,
remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat 2010).
dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta
penduduk pada tahun 2000 dan 2010. Ginjal tidak dapat menyerap kembali
Data tahun 2003-2009 menunjukkan semua glukosa yang tersaring keluar jika
pada kelompok usia 10-14 tahun, konsentrasi glukosa dalam darah cukup
proporsi perempuan dengan DM tipe 1 tinggi (>180 mg/dL), Hal ini
(60%) lebih tinggi dibandingkan laki- mengakibatkan lolosnya glukosa
laki 28,6%). Pada tahun 2017, 71% tersebut dari proses rearbsorpsi ginjal
anak dengan DM tipe-1 pertama kali dan glukosa akan muncul dalam urin
terdiagnosis dengan Ketoasidosis (glukosuria). Ketika glukosa yang
Diabetikum (KAD), meningkat dari berlebihan diekskresikan ke urin,
tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%. ekskresi ini akan disertai pengeluaran
Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 cairan dan elektrolit yang berlebihan
yang tidak terdiagnosis atau salah pula. Keadaan ini dinamakan diuresis
diagnosis saat pertama kali berobat ke osmotic yang menyebabkan pasien
rumah sakit (Pulungan, 2019) mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria). Sebagai akibat dari
Orang yang menderita DM tipe 1 akan kehilangan cairan yang berlebihan,
mengalami penuruna insulin post pasien akan mengalami dehidrasi dan
prandial, menurunnya insulin post rasa haus (polidipsia) (Homenta, 2012).
prandial pada DM tipe 1 akan
mempercepat proses katabolisme. Manifestasi klinis yang muncul pada
Akibat glukosa yang tidak dapat penderita DM tipe 1 yaitu berupan
memasuki hepar ataupun sel otot, maka poliuria (air kencing keluar banyak) dan
akan dikirimkan sinyal bahwa tubuh polydipsia (rasa haus yang berlebih)
kekurangan cadangan glukosa. Hal yang disebabkan karena osmolalitas
tersebut akan mengakibatkan tubuh serum yang tinggi akibat kadar glukosa
memproduksi glukosa dengan berbagai serum yang meningkat. Penderita DM
cara, yaitu glikogenolisis (pemecahan tipe 1 juga akan mengalamai anoreksia
glikogen dalam hepar untuk diubah dan polifagia (rasa lapar yang berlebih)
menjadi glukosa) dan glukoneogenesis yang terjadi karena glukosuria yang
(proses pembentukan glukosa dari bahan menyebabkan keseimbangan kalori
selain karbohidrat). Kedua proses negatif. Penderita DM tipe 1 akan
tersebut memperparah kondisi mengalami keletihan (rasa cepat lelah)
hiperglikemia yang sebelumnya telah dan kelemahan yang disebabkan
penggunaan glukosa oleh sel menurun. Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah
Pada kulit pasien DM tipe 1 akan pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
mengalami kering, lesi kulit atau luka plasma 2 jam setelah beban antara 140 –
yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal 199 mg/dL. Diagnosis GDPT pula
pada kulit. Sakit kepala, mengantuk, ditegakkan bila setelah pemeriksaan
dan gangguan pada aktivitas disebabkan glukosa plasma puasa didapatkan antara
oleh kadar glukosa intrasel yang rendah, 100 – 125 mg/dL dan pemeriksaan
kram pada otot, iritabilitas, serta emosi TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/Dl
yang labil akibat ketidak seimbangan (Luwiharto & Ginanti, 2020)
elektrolit merupakan. Gangguan
penglihatan seperti pemandangan kabur Diagnosis dari DM tipe 1 sering
yang disebabkan karena pembengkakan mengalami kesalahan dan
akibat glukosa dan sensasi kesemutan keterlambatan. Pada beberapa penderita
atau kebas di tangan dan kaki yang mulai timbulnya gejala sampai menjadi
disebabkan kerusakan jaringan saraf ketoasidosis dapat terjadi sangat cepat,
juga sering di alami oleh penderita DM sedangkan pada penderita yang lain
tipe. Gangguan rasa nyaman dan nyeri dapat timbul secara lambat dapat dalam
pada abdomen pada penderita DM tipe beberapa bulan. Akibat keterlambatan
1 disebabkan karena neuropati otonom diagnosis, penderita DM tipe-1 akan
yang akan menimbulkan konstipasi. memasuki fase ketoasidosis yang dapat
(Smeltzer et al, 2013) berakibat fatal bagi penderita.
Keterlambatan ini dapat juga terjadi
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar karena penderit disangka menderita
pemeriksaan kadar glukosa darah. bronkopneumonia dengan asidosis atau
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas syok berat (IDAI & World Diabetes
dasar adanya glukosuria. Berbagai Foundation, 2015)
keluhan dapat ditemukan pada pasien
diabetes. Keluhan klasik DM ada seperti Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin
poliuria, polidipsia, polifagia, dan Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
penurunan berat badan yang tidak dapat merupakan penyakit yang terjadi
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain pula sebagai akibat proses autoimun yang
berupa lemah badan, kesemutan, gatal, menyerang sel β pankreas sehingga
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada menyebabkan berkurangnya jumlah
pria, serta pruritus vulvae pada wanita produksi hormon insulin (Agustira,
(PERKENI, 2011). Diagnosis DM dapat 2019). Diabetes melitus tipe 1
ditegakkan melalui tiga cara: 1. Jika merupakan penyakit yang dapat
keluhan klasik ditemukan, maka berakibat fatal jika tidak di tangani
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu dengan tepat. Penatalaksanaan diabetes
>200 mg/dL atau 2. glukosa plasma melitus tipe 1 menurut Perkeni (2015)
puasa ≥ 126 mg/dL sudah cukup untuk dan kowalak (2011) di bagi menjadi
menegakkan diagnosis DM. 3. Tes terapi farmakologis dan non
toleransi glukosa oral (TTGO). Apabila farmakologis. Terapi farmakologis pada
hasil pemeriksaan tidak memenuhi DM tipe 1 berupa pemberian terapi
kriteria normal atau DM, bergantung antihiperglikemia dan pemberian
pada hasil yang diperoleh, maka dapat insulin, dan juga dapat berupa
digolongkan ke dalam kelompok kombinasi antihiperglikemia dengan
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau insulin. Terapi non farmakologi pada
glukosa darah puasa terganggu (GDPT). DM tipe 1 berupa pengaturan pola
makan dan gaya hidup yang sehat membantu psikologis penderita dan
(WHO, 2016). Tujuan dilakukannya keluarga. Lima pilar tata laksana DM
penulisan literature review ini adalah tipe-1 pada penderita adalah injeksi
untuk mengetahui tatalaksana yang insulin, pemantauan gula darah, nutrisi,
tepat pada kasus DM tipe 1. Literature aktivitas fisik, serta edukasi. Dalam
review ini perlu dilakukan agar menangani DM tipe-1, dibutuhkan
memudahkan pembaca untuk pendekatan holistik dari tim tenaga
mengetahui informasi terkait kesehatan terintegrasi yang terdiri atas
penanganan DM tipe 1 dokter endokrinologi, ahli gizi, psikiater
atau psikolog dan, edukator DM
METODE (Pulungan 2019). Prinsip penanganan
Penulisan artikel ini menggunakan Diabates Melitus secara umum ada lima
metode literature review. Tulisan ini sesuai dengan Konsensus Pengelolaan
terbentuk atas informasi yang didapat DM di Indonesia tahun 2006 adalah
dari 20 artikel dari jurnal indonesia dan untuk meningkatkan kualitas hidup
international dan 4 buku yang pasien DM. tujuan dari penatalaksanaan
dipublikasikan dalam rentang tahun DM ada tujuan untuk jangka pendek,
2000-2020. Referensi yang digunakan tujuan jangka panjang dan tujuan akhir.
didapat dengan melakukan literature Tujuan jangka pendek dari tatalaksana
searching dari database NCBI dan DM adalah untuk menghilangkan
Google Schoolar dengan kata kunci keluhan dan gejala DM,
Diabetes Mellitus; Type 1 Diabetes mempertahankan rasa nyaman dan
Mellitus; Therapy dan filter berupa tercapainya target pengendalian glukosa
rentang publikasi tahun 2000-2020. darah. Tujuan jangka panjang berupa
Hasil yang ditemukan dari literature mencegah dan menghambat
searching ini adalah 9897 artikel yang progresivitas penyulit mikroangiopati,
kemudian dipilih 20 artikel dan 4 buku makroangiopati dan neuropati.
berdasarkan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan tujuan akhir dari pengelolaan
Artikel terpilih kemudian dianalisis DM adalah turunnya morbiditas dan
dengan metode systemic literature mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan
review yang mencakup aktivitas tersebut perlu dilakukan pengendalian
pengumpulan, evaluasi, dan glukosa darah, tekanan darah, berat
pengembangan penelitian dengan fokus badan dan profil lipid, melalui
tertentu. pengelolaan pasien secara holistik
dengan mengajarkan perawatan
(Ambarwati, 2012).
HASIL
Diabetes melitus tipe 1 merupakan
Kriteria diagnosis DM (Ikatan Dokter
suatu penyakit yang tidak dapat
Anak Indonesia, diadaptasi dari
disembuhkan, akan tetapi dengan tata
American Diabetes Association)
laksana dan pemantauan yang adekuat
Memenuhi salah satu kriteria:
anak dapat memiliki kualitas hidup
1. Gejala klasik diabetes atau
yang baik. Tujuan dari tatalaksana atau hiperglikemi dan glukosa plasma
terapi pada DM tipe-1 adalah untuk ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L), atau
mencapai kontrol metabolik yang 2. Glukosa puasa plasma ≥126 mg/dL
optimal, mencegah komplikasi akut, (7,0 mmol/L), atau
mencegah komplikasi jangka panjang
mikrovaskular dan makrovaskular, serta
3. Glukosa 2 jam postprandial 200 Regimen insulin bersifat individual,
mg/dL (11,1 mmol/L) dengan Uji yaitu menyesuaikan usia, berat badan,
Toleransi Glukosa Oral, atau lama menderita, target kontrol glikemik,
4. HbA1c > 6,5% sesuai standar pola hidup, dan komorbiditas. Regimen
National Gylcohemoglobin yang disarankan adalah basal bolus
Standardization Program (NGSP) yang diberikan dengan pompa atau
pada labo insulin subkutan minimal 2 kali/hari
atorium dengan menggunakan insulin basal dan
insulin kerja cepat atau pendek karena
PEMBAHASAN paling menyerupai sekresi insulin
komponen pengelolaan DM tipe-1 fisiologis (Paschou et al, 2018).
meliputi pemberian insulin, pengaturan Kebutuhan insulin basal harian dalah
makan, olahraga, dan edukasi, yang berkisar antara 30% (jika menggunakan
didukung oleh pemantauan mandiri insulin reguler) sampai 50% (jika
(home monitoring). Keseluruhan menggunakan insulin kerja cepat) dari
komponen berjalan secara terintegrasi total kebutuhan insulin. Pada pasien
untuk mendapatkan kontrol metabolik dengan insulin reguler, perbandingan
yang baik. Dari faktor penderita juga insulin basal lebih kecil karena insulin
terdapat beberapa kendala pencapaian reguler juga memberikan efek basal.
kontrol metabolik yang baik. Faktor Dosis insulin sisanya disesuaikan untuk
pendidikan, sosioekonomi dan dosis preprandial dengan insulin kerja
kepercayaan merupakan beberapa faktor cepat atau regular (Danne et al, 2018).
yang harus dipertimbangkan dalam
pengelolaan penderita terutama dari segi Terapi nutrisi atau pengaturan makanan
edukasi (IDAI & World Diabetes yang baik dibutuhkan agar kondisi
Foundation, 2015). penderita DM tipe-1 optimal, serta
mencegah komplikasi akut dan kronik.
Insulin merupakan suatu elemen utama Prinsip dari terapi nutrisi adalah makan
bagi kelangsungan hidup penderita DM sehat. Pasien disarankan untuk
tipe-1. Terapi insulin pertama kali mengonsumsi buah, sayur, produk susu
digunakan pada tahun 1922, berupa gandum utuh, dan daging rendah lemak
insulin regular, diberikan sebelum dengan jumlah sesuai usia dan

makan dan ditambah sekali pada malam kebutuhan energi. Kebutuhan kalori per
hari. Namun saat ini telah hari dapat dihitung berdasarkan berat
dikembangkan beberapa jenis insulin badan ideal dan dan kecukupan kalori
yang memungkinkan pemberian insulin yang dianjurkan. Sebagai panduan,
dalam berbagai macam regimen (IDAI distribusi makronutrien adalah
& World Diabetes Foundation, 2015). karbohidrat 45-50% energi, lemak
Tujuan terapi insulin adalah menjamin <35% energi, dan protein 15-20%
kadar insulin yang cukup di dalam tubuh energi. Pasien dan keluarga harus
selama 24 jam untuk memenuhi diajarkan untuk menyesuaikan dosis
kebutuhan metabolisme sebagai insulin insulin berdasarkan konsumsi
basal maupun insulin koreksi dengan karbohidrat sehingga penderita lebih
kadar yang lebih tinggi bolus) akibat fleksibel dalam konsumsi karbohidrat.
efek glikemik makanan (IDAI, 2017). Regimen insulin dibagi ke dalam 3
Insulin dikelompokan berdasarkan lama penanganan untuk DM tipe 1 yaitu
kerjanya yaitu cepat, pendek atau sistem konservatif, sistem intensif, dan
reguler, menengah, dan panjang. sistem basal bolus.
Tabel 1.
Jenis insulin (Maharani et al, 2004)
Awitan Puncak Lama kerja
Jenis insulin Tipe insulin
(jam) kerja (jam) (jam)
Kerja ultra pendek Insulin, lispro, 5-15 menit 1-1,5 3-4
insulin, aspart
Kerja pendek Regular, velosulin 15-30 menit 1-3 5-7
Kerja menengah Lente, neutral 2-4 8-10 18-24
protamine
Hagedon (NPH)
Kerja Panjang Ultralente 4-5 8-14 25-36
Ins. Glargine 6-8 - 24
Regimen insulin sistem konservatif penderita DM tipe 1. Selain itu,
adalah pemberian insulin 2 atau 3 kali aktivitas fisik dapat meningkatkan
perhari dengan pemantauan kadar gula kepercayaan diri anak, mempertahankan
darah di rumah yang longgar / tidak berat badan ideal, meningkatkan
rutin, kontrol ke dokter setiap tiga metabolisme tubuh (IDAI, 2017).
bulan, dan tidak dapat mengubah dosis
insulin sesuka hati. regimen intensif Rekomendasi aktivitas fisik pada anak
berartipemberian insulin minimal empat dengan DM tipe-1 sama dengan populasi
kali sehari disertai dengan pemantauan umum, yaitu aktivitas ≥60 menit
glukosa darah di rumah juga minimal setiap hari yang mencakup aktivitas
empat kali sehari. Sistemn regimen aerobik, menguatkan otot, dan
basal bolus adalah pemberian insulin menguatkan tulang. Aktivitas aerobik
kerja panjang atau kerja menengah sebaiknya tersering dilakukan,
sebelum tidur malam (komponen basal) sementara aktvitas untuk menguatkan
dan kemudian pemberian insulin kerja otot dan tulang dilakukan paling tidak 3
pendek setiap kali sebelum makan kali per minggu.
(Batubara et al, 2017)
Beberapa kondisi yang harus
sehingga penderita lebih fleksibel dalam diperhatikan sebelum aktivitas fisik
konsumsi karbohidrat. Cara ini adalah (1) peningkatan keton, kadar
diketahui meningkatkan control keton darah ≥1,5 mmol/L atau urin 2+
glikemik dan kualitas hidup merupakan kontraindikasi aktivitas fisik,
(Smart,2018). Pada regimen (2) riwayat hipoglikemia, (3)
konvensional, pengaturan makan dengan pemantauan gula darah, anak sebaiknya
memperhitungkan asupan dalam bentuk mengukur gula darah sebelum, saat, dan
kalori sedangkan pada regimen basal- setelah aktivitas fisik, (4) ketersediaan
bolus, pengaturan makan dengan karbohidrat jika terjadi hipoglikemia,
memperhitungkan asupan dalam bentuk dan (5) keamanan dan komunikasi,
gram karbohidrat. Pemilihan jenis sebagai contoh anak sebaiknya
makanan dianjurkan karbohidrat dengan menggunakan identitas diabetes
indeks glikemik dan glicemic load yang (Adolfsson et al, 2018). Asupan cairan
rendah (IDAI, 2017). Terapi juga perlu ditingkatkan sebelum, setelah,
nonfarmakologis untuk DM tipe 1 dan saat olahraga. Pada orang dewasa
adalah berupa aktivitas fisik atau yang menderita DM dianjurkan latihan
olahraga juga sangat penting untuk secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 serta status sosial penderita/keluarga.
menit, yang sifatnya sesuai dengan Edukasi merupakan salah satu kunci
CRIPE (Continous, Rhythmical, kesuksesan tatalaksana diabetes
Interval, Progresive, Endurance mellitus. Edukasi terstruktur terbukti
Training) sesuai dengan kemampuan bermanfaat pada kontrol glikemik
pasien. Sebagai contoh adalah olah raga maupun aspek psikososial. Tujuan dari
ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. edukasi pada pasian DM tipe 1 adalah
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang (1)Menimbulkan pengertian dan
gerak atau bermalasmalasan (Smart, pemahaman mengenai penyakit dan
2018). komplikasinya. (2) Memotivasi
penderita dan keluarganya agar patuh
Pendidikan kesehatan atau edukasi berobat. (3) Memberikan ketrampilan
sangat penting dalam pengelolaan DM penanganan DM tipe-1. (4)
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Mengembangkan sikap positif terhadap
Pendidikan kesehatan atau edukasi pada penyakit sehingga tercermin dalam pola
pasien DM sebaiknya dilakukan oleh hidup sehari-hari. (5) Mencapai kontrol
semua pihak yang terkait dalam metabolik yang baik sehingga terhindar
pengelolaanDM, seperti dokter, perawat, dari komplikasi. (6) Mengembangkan
ahli gizi. Pendidikan kesehatan kemampuan untuk memberikan
pencegahan primer harus diberikan keputusan yang tepat dan logis dalam
kepada kelompok masyarakat resiko pengelolaan sehari-hari. (7)
tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder Menyadarkan penderita bahwa DM
diberikan kepada kelompok pasien DM. tipe-1 bukanlah penghalang untuk
Sedangkan pendidikan kesehatan untuk mencapai cita-cita (IDAI & World
pencegahan tersier diberikan kepada Diabetes Foundation, 2015).
pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun (Ambarwati, Diabetes melitus tipe 1 merupakan
2012). penyakit kronik dan memerlukan
pengobatan seumur hidup, maka pasien
Edukasi yang diberikan adalah serta keluarga harus dapat melakukan
pemahaman tentang perjalanan pemantauan kadar glukosa darah serta
penyakit, pentingnya pengendalian penyakitnya dirumah. Hali ini sangat
penyakit, komplikasi yang timbul dan diperlukan karena sangat menunjang
resikonya, pentingnya intervensi obat upaya pencapaian normoglikemia.
dan pemantauan glukosa darah, cara monitoring dapat dilakukan secara
mengatasi hipoglikemia, perlunya lansung (darah) dan secara tidak
latihan fisik yang teratur, dan cara langsung (urin). Pemeriksaan glukosa
mempergunakan fasilitas kesehatan. darah secara lansung lebih tepat
Mendidik pasien bertujuan agar pasien menggambarkan kadar glukosa pada
dapat mengontrol gula darah, saat pemeriksaan. Pemeriksaan adalam
mengurangi komplikasi dan pemantauan sebaiknya dilakukan
meningkatkan kemampuan merawat diri dengan teratur pada saat awal perjalanan
sendiri (Putra & Berawi, 2015). penyakit, pada setiap penggantian dosis
insulin atau pada saat sakit (Deliana,
Edukasi/pendidikan merupakan unsur 2020).
penting pengelolaan DM tipe 1, yang
harus dilakukan secara terus menerus Target kadar glukosa darah penderita
dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan harus tergantung pada keadaan individu
penderita tersebut, berdasarkan usia, SIMPULAN
lama sakit diabetes, resiko hipoglikemia Tatalaksana pengelolaan DM tipe-1
berat, adanya pernyakit kardiovaskuler, dilakukan dengan beberapa penangaan,
serta life expectancy. Target yang yaitu dengan pemberian insulin,
diharapkan ialah, untuk glukosa darah pengaturan makan, olahraga,dan
puasa antara 72 – 125 mg/dl, dan 2 jam edukasi, yang didukung oleh
setelah makan antara 90 – 180 mg/dL pemantauan mandiri (home monitoring).
(Imran, 2013). Keseluruhan komponen berjalan secara
terintegrasi untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang baik.

https://doi.org/10.2337/dc18-
S002
DAFTAR PUSTAKA
Acerini, C. (2018). clinical practice Batubara, J. R. L., Tridjaja, B,
concensus guidelines: nutritional Pulungan, A. P. (2017). Buku Ajar
management in children and Endokrinologi. Edisi Kedua.
adolescents with diabetes. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Pediatric Diabetes. ISPAD, 19, Dokter Anak Indonesia.
136-54.
https://onlinelibrary.wiley.com/do
i/abs/10.1111/pedi.12738

ADA. (2013) Standards of Medical


Care in Diabetes –. Diabates
Care, 36, Supp 1: S11 – 66.
pencegahan dan penatalaksanaan
penderita diabetes mellitus.
Publikasi Ilmiah Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2(1),
55-70.
http://hdl.handle.net/11617/2831

American Diabetes Association. (2018).


Classification and diagnosis
of diabetes mellitus. Diabetes
Care, 41(Suppl 1), S13– S27.
Danne, T., Phillip, M., Buckingham, B.
A, Jarosz-Chobot, P., Saboo, B.,
Urakami T. (2018). ISPAD
Clinical Practice Concensus
Guidelines: Insulin treatment in
children and adolescents with
diabetes. Pediatric Diabetes,
(19),115-35.
https://doi.org/10.1111/j.1399544
8.2009.00578.x

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2017).


Diagnosis dan Tata Laksana
Diabetes Melitus Tipe-1 pada
Anak dan Remaja. Jakarta. Unit
Kerja Koordinasi Endokrinologi

Imran, A. (2013). Targets for Glycemic


Control. Can J Diabetes, vol, 37,
supp, 1p, S31 – S34.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2013
.01.016

Kemenkes. (2018). Riset kesehatan


dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai