Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman obat di dunia.
Wilayah hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia
setelah Brazili. Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada di dunia, terdapat 30.000 jenis
dapat dijumpai di Indonesia dan 940 jenis diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat
dan telah dipergunakan dalam pengobatan tradisional secara turun-temurun oleh berbagai
etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan obat tersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan
obat yang terdapat dikawasan Asia (Masyhud,2010). Salah satu dari sekian banyak
tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan jamblang (Eugenia
cumini Merr merupakan nama dulu dari Syzygium cumini). Tumbuhan ini dikenal
dengan berbagai macam nama seperti di India dan Malaysia dikenal dengan nama jaman,
jambul, jambu, jamelong, di Indonesia dikenal sebagai jambulan, jamblang (Jawa Barat),
juwet atau duwet (Jawa Timur), dan jambu kaliang (Sumatra Barat) (Arifin, 2006).
Tumbuhan jamblang ini dilaporkan mengandung senyawa kimia antara lain suatu
alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Tumbuhan ini
memiliki banyak khasiat tidak lain karena memiliki kandungan kimia yang fungsinya
dapat mengobati suatu penyakit. Salah satunya adalah senyawa flavonoid. Flavonoid
meru- pakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa ini
dapat digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti
kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga dapat digunakan sebagai anti bakteri,
anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi (Sriningsih, 2008). Penelitian ini bertujuan
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa Flavonoid dari daun Jamblang
(Syzygium cumini). Syzygium cumini termasuk kedalam keluarga suku jambu-jambuan
(Myrtaceae). Jenis ini termasuk jenis asli kawasan Indo-Malaysiana, termasuk Indonesia.
Masyarakat di kawasan ini telah lama mengenalnya sebagai tanaman buah yang dapat di
konsumsi. Informasi terakhir menge- nai tumbuhan jenis ini adalah kegunaannya sebagai
bahan baku obat diabetes militus (Mudiana, 2007).Menurut Mahmoud et. al (2001)
bahwa secara umum genus Syzygium mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid,
alkaloid, tannin, terpenoid, yang digunakan di dalam dunia pengobatan antara lain untuk
antiradang, penahan rasa sakit, dan anti jamur. Flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mem- punyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga
jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau neoflavonoid.Senyawa-senyawa flavonoid
1
terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
sistem 1,3-diarilpropana.Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak
ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa
flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi
dari struktur tersebut.Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen
dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil ditunjukkan pada Gambar 1. Flavonoid
merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gu gus hidroksil yang tidak tersub
stitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari pelarut
tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan ( Rijke,
2005). Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan ekstraksi.
Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat
kepolarannya. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari
bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan
kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna ataumendekati sempurna (Ansel,
1989 dalam Sjahid, 2008). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
maserasi.
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong atau berupa
serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi (Voigt, 1995 dalam Sjahid, 2008).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen-kom ponen campuran tersebut diantara du a fase, yaitu fase diam (padat
atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Dalam kromatografi lapis tipis pemilihan sistem
pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, tetapi akan lebih cepat
dengan mengambil pengalaman para peneliti, yaitu dengan daftar pustaka yang sudah
ada.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengetahui adanya isolasi senyawa flavonoid yang terdapat dalam tanaman daun
jamblang
2. Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa Flavonoid dari daun Jamblang
(Syzygium cumini).

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara metode ekstraksi daun jamblang
2. Bagaimana cara identifikasi daun jamblang

1.4 MANFAAT PENELITIAN

2
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dasar yang dapat memberikan informasi
tentang taksonomi dan distribusi jamblang (S. cumini) di Aceh Besar, data yang diperoleh
diharapkan dapat menjadi data pembanding peneliti, pemerintah, dan instansi/lembaga terkait
yang ingin meneliti lebih lanjut tentang jamblang.

1.5. HIPOTESIS

1.6. KEASLIAN PENELITIAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FLAVONOID

Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri
dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan
tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen
yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang
dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian
akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan
memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.

Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan
kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin
memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau
biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis
flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh
serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat menolak
sejenis ulat tertentu.

3
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di
alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen
tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah,
sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan
obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.

Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas
nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu.
Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses
evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid
berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi
dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal
pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.

2.2 Sifat Kimia dan Fisika dari Senyawa Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu
agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut
polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida.
Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid
sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai
macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.

2.3 Kromatografi kolom

4
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak
bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan
atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair – padat
(KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada
adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-
padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut
dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa
komponen campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa
mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita
mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang
telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor
ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –komponen
lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi
pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di
antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada
fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk
teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya
secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada
fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase
bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang
mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan.
Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran
pelarut.
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi
kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan.
Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti
kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air).

5
Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair
sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat
yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat
yang penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat
permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada
umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam
kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir
membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari
zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk
pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.
Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu
resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion
adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion – ion
oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair
(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan
padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama
operasi berlangsung setiap ion
akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion
yang diserap.
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus
ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut.
Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas
resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa
banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode
kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan
kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah “exchausted”. Dalam
keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan
menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan
dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil

6
benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin
penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen.
Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah
mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi dapat di
kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu diantaranya
adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat dua parameter
utama lainnya untuk menilai kinerja.

2.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer Uv-Vis


Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energy
yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul.
Besar energy yang diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari ground
state ke keadaan tereksitasi yang memiliki energy lebih tinggi. Serapan tidak terjadi
seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik tetapi hanya pada
system-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan p dan non bonding
electron.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap
(Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Berdasarkan teori tersebut, pinsip kerja dari alat ini adalah suatau cahaya
monokromatik akan melalui suatu media yang memiliki suatu konsentrasi tertentu, maka
sakan membentuk spectrum cahaya, namun ketika melewati monokromator, cahaya yang
keluar hanya akan terdapat satu cahaya yaitu yang sesuai dengan setting awal, misalnya
warna hijau. Setelah keluar dari monokromator, cahaya akan menembus sampel atau
larutan yang kemudian menuju detector dimana cahaya yang di hasilkan dari sampel akan
di ubah menjadi listrik yang kemudian akan terbaca hasil pada read out (monitor).
Spectrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara 400 nm sampai 800
nm. Pada tekhnik sptrofotometri, cahaya dari sumber cahaya diuraikan menggunakan
prisma sehingga di peroleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan

7
diperiksa. Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang
gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur.
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer dari warna
yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada
tabel berikut ini :

PANJANG WARNA WARNA


GELOMBANG TERLIHAT KOMPLEMENTER
<400 Ultraviolet -
400-450 Violet Kuning
450-490 Biru Jingga
490-550 Hijau Merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Inframerah

Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang berputar
pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi blanko,
sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan sampel akan
diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat
perubahan voltase dari sumber cahaya.
Berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari:
1. Spektrofotometer Optika Sinar Tunggal (Single Beams Optic).
a. Semua cahaya melewati seluruh sel sampel.
b. Contoh alat spektrofotometer single beam adalah spektronik 20.
c. Alat ini merupakan desain paling awal tetapi masih banyak digunakan baik
dalam pengajaran maupun laboratorium industry
2. Spektrofotometer Optika Sinar Ganda (Double Beams Optic).
a. Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas.

8
b. Berkas cahaya pertama melewati sel pembanding, dan cahaya yang
lainnya melewati sel sampel.
c. Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor.
d. Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah.
e. Beberapa alat double beam memiliki dua detektor, sampel dan sinar
penghubung diukur pada waktu yang sama.

2.5 Tanaman

Jamblang (Syzygium cumini)

2.5.1 Nama Tanaman


Nama Lain : Daun Jamblang
Nama Tanaman Asal : Syzygium cumini
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak asiri, fenol (methylxanthoxylin),
alkaloid (jambosine), asam organik,

9
triterpenoid, resin yang berwarna merah tua
mengandung asam elagat dan tanin.
Penggunaan : Astringensia, obat kencing manis
Pemerian : Bau lemah, rasa pahit, dan kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2.5.2 Klasifikasi Tanaman


Kerajaan: Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Myrtales
Famili:Myrtaceae
Genus:Syzygium
Spesies: S. cumini
2.5.3 Dekripsi / Morfologi Tanaman
Tanaman ini tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan
Australia tropik. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan
jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Pohon
dengan tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang
banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat
memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata,
pertulangan menyirip, permukaan atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm,
warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk malai dengan cabang yang berjauhan,
bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan, kelopak bentuk
lonceng berwarna hijau muda, mahkota bentuk bulat telur, benang sari banyak,

10
berwarna putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm,
masih muda hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan. Biji satu, bentuk
lonjong, keras, warnanya putih. Berakar tunggang, bercabang-cabang, berwarna
cokelat muda. Biasanya, buah jamblang yang masak dimakan segar. Rasanya agak
asam dan sepat. Kulit kayu bisa digunakan sebagai zat pewarna.
Pohon jamblang (Syzygium cumini) kokoh dan memiliki tinggi 10-20 m,
diameter batang 40-90 cm percabangannya rendah, tajuknya beraturan atau bulat,
menyebar selebar 12 m, kayunya yang berada di pangkal batang kasar berwarna
kelabu tua. Batangnya tebal, seringkali tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak.
Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang
atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertualangan
menyirip, permukaan atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau
(Verheiji & Coronel, 1997). S. cumini memiliki bunga majemuk berbentuk malai
dengan cabang yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung
percabangan, kelopak bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota berbentuk
bulat telur, benang sari banyak, panjangnya 4-7 mm, berwarna putih, daun baunya
harum, bakal buahnya dengan 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm panjangnya,
berwarna putih. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau,
setelah masak warnanya merah tua keunguan, bergerombol mencapai 40 butir,
daging buah berwarna kuning kelabu sampai ungu, mengandung banyak sari buah,
hampir tidak berbau, dengan rasa sepat keasaman. Bijinya 0-5 butir, bentuk lonjong,
keras, panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau sampai cokelat. Berakar tunggang
bercabang-cabang, berwarna cokelat muda (Verheiji & Coronel, 1997). Menurut
Palmbob (2004).

2.6 Manfaat Jamblang


Jamblang (Syzygium cumini) kaya akan senyawa antocyanin, glukosida, asam
ellagic, isoqueletin, kaemferol dan myrecetin. Bijinya mengandung alkaloid, jambolin,
dan glikosida. Jambolin atau antimelin dapat menghentikan konversi diastatic pati
menjadi gula dan ekstrak bijinya dapat menurunkan tekanan darah sampai 34,6% dan hal

11
ini dikaitkan dengan kandungan asam ellagic. Bijinya kaya akan flavonoid dan anti
oksidan (Ayyanar & Babu, 2012).
Kandungan buah jamblang untuk setiap 100 gr adalah 84-86 gr, air, 0,20,7 gr protein,
0,3 gr lemak, 14-16 gr, karbohidrat, 0,3-0,9 gr, serat, 0,4-0,7 gr abu, 8-15 gr posfor, 1,2
mg besi, 0,01 mg, riboflavin, 0,3 mg niasin, dan 5- 18 mg vitamin C (Yulistyarini et al.,
2000). Daging buahnya digunakan untuk membuat selai, jeli, jus, cuka dan pudding.
Buahnya juga digunakan untuk membuat anggur dalam jumlah besar di Filipina.
Daunnya digunakan sebagai pakan ternak dan sebagai makanan bagi ulat sutra di India.
Ekstrak daunnya menghasilkan minyak esensial yang digunakan sebagai wewangian
dalam sabun. (Chaudhary & Mukhophadyay, 2012).

BAB III
METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Laboratorium farmasi institut sains dan teknonologi nasional

3.2 Bahan dan Alat

Bahan :


 Metanol  serbuk Mg
 n-heksan  NaOH
 etilasetat  H2SO4 pekat
 pereaksi Mayer  Kloroform
 pereaksi Wagner  Aseton
 pereaksi Hager  silika gel dan plat KLT
 aquadest HCl pekat GF2

12
Alat :

 Gelas kimia  lampu UV


 Evaporator  seperangkat alat
 Corong kromatografi lapis tipis
 statif dan klem  seperangkat alat
 pipet mikro kromatografi kolom
 pipet tetes  botol semprot
 botol vial  oven
 pisau  spektrofotometer UV-Vis
 Penggaris  dan spektrofotometer
 neraca analitik Infra merah.

3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan

Sampel berupa daun Jamblang (Syzygium cumini) yang segar dikumpulkan dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar
matahari kemudian dirajang hingga halus.

3.4 Ekstraksi

Sebanyak 400 gram sampel berupa serbuk halus daun jamblang (Syzygium cumini)
dimaserasi dengan metanol selama 4×24 jam, setiap 24 jam pelarut diganti dengan yang
baru hingga filtrat tidak berwarna. Filtrat dipekatkan dengan evaporator pada suhu 40 ºC
sehingga menghasilkan ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol disuspensi dengan
perbandingan metanol:air (2:1) dan dipartisi berturutturut dengan n-heksan, etil asetat
sehingga diperoleh masing-masing partisi dari fraksi tersebut. Hasil partisi dari fraksi-
fraksi tersebut dievaporasi pada suhu 30-40 ºC sampai diperoleh ekstrak dari n-heksan,
etil asetat, dan ekstrak air. Kemudian selanjutnya dilakukan uji fitokimia.

Uji Flavonoid. Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 ml


metanol kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi. Tabung pertama digunakan
sebagai tabung kontrol, tabung kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut ditambahkan
NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada masing-masing tabung

13
dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi perubahan warna maka positif
mengandung flavonoid (Harborne, 2008 dalam Taher, 2011)

Uji Alkaloid. 0,1g ekstrak metanol d ilarutkan dengan 10 mL kloroform amoniakal


dan hasilnya di bagi dalam dua tabung. Tabung pertama ditambahkan dengan asam sulfat
(H2SO4) 2 N. lapisan asam dipisahkan, di bagi dalam 2 tabung reaksi dan masing-masing
tabung dilakukan pengujian dengan menggunakan pereaksi Mayer dan Wagner. Tabung
kedua dilakukan pengujian dengan pereaksi Hager. Jika terbentuk endapan maka sampel
tersebut positif (+) alkaloid.

Uji Steroid. 0,1 g ekstrak metanol ditambahkan 2 ml kloroform kemudian


ditambahkan lagi 5 tetes H2SO4 6 M. Uji positif adanya steroid pada larutan dengan
perubahan warna larutan menjadi coklat.

Uji Terpenoid. Untuk uji terpenoid, ekstrak kental metanol yang diperoleh pada
tahap ekstraksi ditimbang sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan 20 mL etanol, 2 mL
kloroform dan 3 mL H2SO4 pekat. Uji positif adanya terpenoid ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi merah (Lathifah, 2008)

Uji Saponin. Ekstrak kental metanol yang diperoleh pada tahap ekstraksi ditimbang
sebanyak 0,1 gram dilar utkan dengan air panas sebanyak 15 mL kemudian dipanaskan
selama 5 menit. Selanjutnya disaring dan filtratnya diambil sebanyak 10 mL dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Larutan kemudian di kocok-kocok. Uji positif
adanya saponin pada larutan ditandai dengan terbentuknya busa/buih.

Uji kemurnian Ekstrak metanol hasil kromatografi kolom diuji kemurniannya


dengan kromatografi lapis tipis dua dimensi dengan menggunakan beberapa eluen. Jika
isolat tetap menunjukkan pola noda tunggal, maka dapat dikatakan bahwa isolat telah
murni. Kemudian diidentifikasi isolatmurni dengan menggunakan spektrofotometri UV-
Vis dan Spektrofotometer IR.

14
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad A, Sjamsul. 1986. Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam.
Jakarta: Departemen Pendi dikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka.
2. Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta : ANDI
3. Akbar, H. Rizki. 2010. Isolasi dan Identifikasi Golongan Flavonoid Daun
Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi Sebagai Antioksidan.
Skripsi. Departemen Kimia, Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor.
4. Anonim 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan “Jamblang
(Duwet)”.www.iptek.net.id/ind/teknoligo_pangan/index.php. (12Desember
2006)
5. Daniel. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi Etil
Asetat dari Daun Tumbuhan Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav).
Mulawarman Scientifie. Tesedia dalam //fmipa.umul.ac.id/pdf/164.

15
6. Masyhud. 2010. Tanaman Obat Indonesia. http://www.dephut.
go.id/indexphp? =id /node/54(diakses tanggal 12 Januari 2011)

16

Anda mungkin juga menyukai