Anda di halaman 1dari 18

FARMAKOLOGI INFEKSI SALURAN KEMIH

FARMAKOLOGI II

DISUSUN OLEH

NAMA :FAJRI ACHMAD JAMIL


NIM :2120112349
KELAS :4C

DOSEN :Apt. Ria Afrianti, M.Farm


PENGAMPU

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
2023
INFEKSI SALURAN KEMIH(ISK)

DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Dari sudut pandang mikrobiologi,
Urinary Track Infections (UTI) terjadi bila mikroorganisme patogen dideteksi di urin, uretra,
bladder, ginjal, atau prostat.

Umumnya, pertumbuhan >105 organisme/ml dari sediaan urin “mid stream” yang bersih
mengindikasikan suatu infeksi. Tetapi, seringkali pada UTI yang sebenarnya, pada pasien-
pasien yang simtomatis, jumlah yang lebih kecil telah dapat dikatakan sebagai infeksi (10 2-
104 organisme/ml), atau pada sampel yang berasal dari aspirasi supra pubis atau dari sampel
yang diambil dari kateter. Sebaliknya, pada midstream urin yang terkontaminasi, jumlah
koloninya bisa >105 /ml. Infeksi yang rekuren setelah terapi antibiotik dapat disebabkan oleh
strain bakteri yang persisten, atau karena reinfeksi oleh strain yang baru. Infeksi rekuren oleh
strain yang sama dalam waktu 2 minggu terapi dapat disebabkan oleh infeksi ginjal atau
prostat yang relaps atau koloni di vagina atau usus yang persisten yang menyebabkan
reinfeksi blader. Dysuri,urgensi dan frekuensi yang tidak diikuti bakteriuria menunjukkan
“acute urethral syndrome”.

ETIOLOGI

Etiologi penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah Escherichia coli, yang telah
dilaporkan pada 70-95% pada kasus ISK. Infeksi saluran kemih juga dipengaruhi oleh faktor
inang, seperti umur, adanya komorbiditas, kerusakan korda spinalis, atau kateterisasi

Sekitar 80% kasus ISK uncomplicated disebabkan oleh E coli dan 10-15% kasus disebabkan
oleh Staphylococcus saprophyticus. Pada kasus sistitis dan pyelonephritis uncomplicated juga
terkadang dapat disebabkan oleh spesies Kelbsiella, Enterobacter, Proteus dan Enterococcus
faecalis.
PATOFISIOLOGI

Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated

Infeksi pada saluran kemih akibat jalur ascending dimulai dari kolonisasi pada area periuretra
oleh flora saluran gastrointestinal dan kemudian terjadi kolonisasi pada uretra. Patogen
kemudian melakukan migrasi ke kandung kemih dan melakukan ekspresi pada pili dan
adhesin yang menyebabkan kolonisasi dan invasi pada sel payung kandung kemih.
Sistem kekebalan tubuh kemudian mengaktifkan respons inflamasi dengan infiltrasi
neutrophil untuk mengeradikasi bakteri. Akan tetapi, beberapa bakteri dapat menghindari
sistem imun melalui invasi sel inang dan juga melakukan perubahan morfologi yang dapat
menyebabkan resistensi terhadap neutrofil dan membentuk biofilm.

Bakteri yang bertahan melewati sistem imun kemudian memproduksi toksin dan protease
yang merusak sel inang dan juga menyediakan nutrisi penting untuk pertahanan bakteri dan
proses migrasi ke ginjal. Apabila terjadi kolonisasi pada ginjal, maka bakteri dapat
mengeluarkan toksin yang merusak sel ginjal pada inang. Apabila pasien tidak menjalani
terapi, maka patogen dapat melewati sawar epitel tubuler pada ginjal dan menyebabkan
bakteremia.

Infeksi Saluran Kemih Complicated

ISK complicated  umumnya memiliki patofisiologi yang menyerupai ISK uncomplicated.


Akan tetapi, pada ISK complicated umumnya terjadi gangguan kandung kemih. Salah satu
penyebab umum dari ISK complicated  adalah pemasangan kateter.
Respons imun akibat pemasangan kateter menyebabkan akumulasi fibrinogen pada kateter,
yang merupakan lingkungan yang cocok untuk kolonisasi uropatogen dengan cara ekspresi
protein pengikat fibrinogen. Langkah selanjutnya sama dengan proses infeksi pada
ISK uncomplicated, yaitu infiltrasi neutrofil, multiplikasi uropatogen, pembentukan biofilm,
kerusakan epitel, dan infeksi pada ginjal. Uropatogen yang menyebabkan
ISK complicated dapat menyebabkan bakteremia dengan melewati sawar sel epitel tubuler.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi infeksi dan umur
penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang paling sering dijumpai, ditandai
dengan adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang disertai
diare.
TERAPI FARMAKOLOGI

Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract infection yang utama adalah
pemberian antibiotik. ISK hanya diterapi jika menimbulkan keluhan. Pemilihan terapi juga
perlu mempertimbangkan adanya komorbiditas, tingkat keparahan penyakit, dan potensi
resistensi obat.

Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik per oral yang efektif terhadap bakteri coliform aerobik gram negatif,
seperti E coli, adalah pilihan terapi pada pasien dengan infeksi saluran kemih bagian bawah.
[2,4,11,13] Pemilihan terapi antibiotik perlu mempertimbangkan adanya resistensi obat,
riwayat terapi sebelumnya, dan hasis kultur dan resistensi.[17]

Sistitis Uncomplicated
Pada sistitis uncomplicated, dapat diberikan nitrofurantoin selama 5 hari. Pilihan antibiotik
lain adalah kotrimoksazol  dengan durasi terapi 7 hari.
Nitrofurantoin monohidrat diberikan 100 mg, 2 kali sehari selama setidaknya 5 hari.
Sementara itu, kotrimoksazol dapat diberikan 160/800 mg, 2 kali sehari selama 7 hari.
Kotrimoksazol hanya dipilih jika tingkat resistensi lokal di bawah 20%.
Pilihan antibiotik lain adalah fosfomycin trometamol dosis tunggal 3 gram; atau
pivmecillinam  400 mg, 3 kali sehari selama setidaknya 3 hari.[2,4,11,13]

Sistitis Complicated

Pasien dengan sistitis complicated mengalami peningkatan risiko kegagalan terapi.


Sistitis complicated dapat timbul pada pasien dengan diabetes, gejala selama 7 hari atau lebih
sebelum mencari perawatan, gagal ginjal, kelainan fungsional atau anatomi saluran
kemih, transplantasi ginjal, terpasang kateter, atau imunosupresi.
OBAT YANG DIGUNAKAN

Obat-Obat infeksi saluran kemih

1. Cotrimoxazole (trimetoprim dengan sulfametoxazol)


Farmakologi cotrimoxazole adalah sebagai antibiotik spektrum luas untuk mengatasi
infeksi bakteri Gram positif maupun negatif yang rentan, seperti infeksi saluran kemih (ISK)
akibat Escherichia coli ataupun shigellosis akibat Shigella flexneri atau Shigella sonnei.

a. Farmakodinamik

Cotrimoxazole terdiri atas kombinasi trimetoprim dengan sulfametoxazol. Keduanya


bekerja dengan menghambat sintesis asam tetrahidrofolat yang merupakan kofaktor
metabolik yang esensial dalam sintesis purin, thymidine, glycine dan methionine pada
bakteri. Apabila terjadi hambatan dalam sintesis komponen tersebut, bakteri tidak dapat
berkembang biak.

Penggabungan trimetoprim dengan sulfametoxazol telah dilaporkan mampu meningkatkan


efikasi dan secara in vitro dilaporkan mengurangi kejadian resistensi.

b. Farmakokinetik

Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa volume distribusi (Vd) trimetoprim lebih


besar daripada sulfametoxazol. Hal ini diduga terjadi akibat perbedaan kelarutan lipid.
Trimetoprim dan sulfametoxazole dieliminasi dari tubuh terutama melalui ekskresi ginjal.
Sekitar 20% sulfametoxazol dimetabolisme di hati menjadi N4-asetilsulfametoxazol yang
kemudian diekskresikan dalam urine.[10]

-Absorpsi

Setelah cotrimoxazole dikonsumsi secara oral, trimetoprim akan diabsorbsi lebih


cepat daripada sulfametoxazol. Puncak konsentrasi trimetoprim adalah 2 jam, sedangkan
puncak konsentrasi sulfametoxazol adalah 4 jam setelah dosis tunggal per oral.

Baik sulfametoxazol maupun trimetoprim bersifat lipofilik, sehingga konsentrasi obat


pada jaringan paru dan ginjal lebih tinggi daripada plasma. Trimetoprim dapat juga
ditemukan pada cairan akueous, ASI, cairan serebrospinal, cairan telinga, dan cairan sinovial.
Trimetoprim juga dapat melewati cairan amnion dan mencapai jaringan janin pada
konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi pada serum wanita hamil.[1,3,5,11]

-Distribusi

Trimetoprim didistribusikan secara cepat dan terkonsentrasi di jaringan. Adapun


sebanyak 44% trimetoprim dan 70% sulfamethoxazole berikatan dengan plasma. Ikatan
protein terhadap sulfamethoxazole secara signifikan akan mengurangi ikatan protein terhadap
trimetoprim.

Volume distribusi trimetoprim hampir 9 kali lebih banyak daripada sulfametoxazol.


Obat ini secara cepat dapat masuk ke dalam cairan cerebrospinal dan sputum. Selain itu,
trimetoprim juga dapat ditemukan di bronkus, cairan plasenta, dan ASI. Konsentrasi
trimetoprim dan sulfametoxazol dapat juga ditemukan di empedu. [1,3,5,10,11]

-Metabolisme

Cotrimoxazole dimetabolisme di hati. Trimetoprim dimetabolisme menjadi metabolit


oksida dan hidroksilasi; sedangkan sulfametoxazol akan berkonjugasi dengan asam
glukoronat.[1,10]

-Eliminasi

Ekskresi trimetoprim dan sulfamethoxazole adalah melalui ginjal dengan mekanisme


filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Hampir 50% dari dosis trimetoprim akan
diekskresikan melalui urine dalam waktu 24 jam dalam bentuk yang tetap. Trimetoprim juga
diekskresikan melalui ASI.

2. ciprofloxacin

Farmakologi ciprofloxacin adalah antibiotik spektrum luas kelas fluorokuinolon.


Metabolisme ciprofloxacin terjadi di hati. Sebesar 30-50% metabolitnya dieliminasi melalui
urine dan 15-43% lagi melalui feses. Secara struktural, ciprofloxacin mirip dengan asam
nalidiksat. Meski begitu, ciprofloxacin mengandung atom fluor pada salah satu rantainya dan
lebih poten daripada asam nalidiksat.[7,8]

a. Farmakodinamik

Ciprofloxacin adalah antibiotik bakterisidal spektrum luas, kelas fluorokuinolon.


Ciprofloxacin bekerja dengan cara berikatan dengan enzim pada bakteri yaitu DNA gyrase
dan topoisomerase. Ciprofloxacin akan menginhibisi replikasi DNA bakteri, serta repair dan
rekombinasi bakteri. Ciprofloxacin efektif dalam melawan bakteri Gram negatif maupun
Gram positif, seperti Escherichia coli, Salmonella spp., Shigella spp., Neisseria sp., dan
Pseudomonas aeruginosa.[3,9]

b. Farmakokinetik

Profil farmakokinetik ciprofloxacin sedikit berbeda antara pasien dewasa, anak, dan
lansia. Konsentrasi serum puncak ciprofloxacin dilaporkan sedikit lebih tinggi pada pasien
geriatri dibandingkan pada orang dewasa yang lebih muda. Hal ini diduga akibat peningkatan
bioavailabilitas, penurunan volume distribusi, dan penurunan klirens ginjal.

Bioavailabilitas suspensi oral ciprofloxacin pada anak adalah sekitar 60%. Setelah dosis
oral tunggal 10 mg/kg ciprofloxacin yang diberikan sebagai suspensi oral untuk anak-anak
usia 4 bulan sampai 7 tahun, konsentrasi puncak plasma rata-rata adalah 2,4 ug/mL.[1]

-Absorpsi

Ciprofloxacin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran cerna, terutama pada
duodenum, dan bagian proksimal dari jejunum. Absorpsi terjadi melalui proses difusi secara
pasif. Bioavailabilitas per oral berkisar 70-80%. Awitan konsentrasi puncak plasma dari
ciprofloxacin yakni sekitar 2 jam.[1,3,9]

-Distribusi

Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, sehingga kadar pada jaringan
biasanya lebih besar dibandingkan konsentrasi di serum. Ciprofloxacin dapat ditemukan
terutama di ginjal, kantung empedu, hati, paru-paru, cairan gingival, jaringan ginekologi,
jaringan prostat, termasuk melewati plasenta, ASI, dan cairan serebrospinal. Volume
distribusi mencapai 2,7 L/kg, dengan ikatan terhadap protein plasma sebesar 20-40%.
[1,3,7,9]

-Metabolisme

Metabolisme sebagian besar ciprofloxacin terjadi di hati oleh enzim CYP1A2. Ciprofloxacin
akan diubah sebagian dalam bentuk desthyleneciprofloxacin (M1), sulphociprofloxacin (M2),
oxociprofloxacin (M3), dan formylciprofloxacin (M4) dalam konsentrasi rendah.[1,3]

-Eliminasi
Eliminasi ciprofloxacin 30-50% melalui urine dan 15-43% melalui feses. Waktu paruh
eliminasi sekitar 3–5 jam pada orang dewasa dan 2-5 jam pada anak-anak.

3. levofloxacin

Farmakologi levofloxacin utamanya adalah dengan menyebabkan kematian sel bakteri akibat
inhibisi dan peningkatan konsentrasi dari enzim gyrase dan topoisomerase.

a. Farmakodinamik

Farmakodinamik levofloxacin bekerja dengan berdifusi masuk melalui dinding sel bakteri
dan menginhibisi DNA gyrase (topoisomerase II bakterial). DNA gyrase merupakan enzim
yang dibutuhkan untuk replikasi DNA, transkripsi RNA, dan perbaikan kesalahan pada DNA
bakteri. Dengan menginhibisi DNA gyrase akan menghentikan pertumbuhan bakteri.

Fungsi fisiologis dari gyrase dan topoisomerase IV adalah menginisiasi proses


pembelahan kromosom untuk replikasi DNA yang penting untuk kelangsungan hidup
pertumbuhan bakteri, namun disaat yang sama enzim ini juga mempunyai kemampuan untuk
memfragmentasi genom. Kuinolon bekerja dengan meningkatkan konsentrasi enzim pemecah
kompleks DNA ini sehingga menginhibisi proses replikasi DNA bakteri dan bahkan
menyebabkan kematian sel.

b. Farmakokinetik

Farmakokinetik levofloxacin diserap cepat setelah administrasi melalui rute oral dan
didistribusikan secara luas.

-Absorbsi

Levofloxacin diserap secara cepat setelah administrasi oral. Peak plasma concentration
biasanya 1 sampai 2 jam setelah dosis per oral. Bioavailabilitas tablet 500 mg dan 750 mg
mencapai hingga 99%, menggambarkan penyerapan dosis per oral secara total.

Apabila diberikan melalui intravena, mean ± SD peak plasma concentration pada dosis 500
mg pemberian selama 60 menit mencapai 6.2 ± 1.0 mg/mL, dan pada dosis 750 mg
pemberian selama 90 menit mencapai 11.5 ± 4.0 mg/mL.

Dosis levofloxacin berbentuk linear dan bisa diprediksi setelah pemberian regimen per oral
atau intravena. Kondisi stabil levofloxacin dalam tubuh dicapai dalam waktu 2 jam pada
regimen 500 mg maupun 750 mg pemberian tunggal. Rata-rata peak plasma concentration
pada pemakaian 1 kali sehari secara multipel adalah 5.7 ± 1.4 mg/mL dan 0.5 ± 0.2 mg/mL
pada sediaan 500 mg, serta 8.6 ± 1.9 mg/mL dan 1.1 ± 0.4 mg/mL pada sediaan 750 mg.
Sedangkan rata-rata peak plasma concentration pada pemberian intravena 500 mg adalah 6.4
± 0.8 mg/mL dan 0.6 ± 0.2 mg/mL, dan pada pemberian 750 mg intravena adalah 12.1 ± 4.1
mg/mL dan 1.3 ± 0.71 mg/mL.

Konsentrasi plasma setelah pemberian oral maupun intravena jika dibandingkan absorpsinya
adalah sama. Maka rute per oral dan per intravena dapat disesuaikan dengan keadaan pasien.
Namun administrasi per oral levofloxacin yang dibarengi dengan makanan memiliki peak
plasma concentration lebih lama 1 jam ,serta konsentrasinya berkurang sebanyak 14%. Maka
tablet levofloxacin lebih baik dikonsumsi 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

-Distribusi

Rata-rata volume distribusi levofloxacin berkisar dari 74 sampai 112 L setelah administrasi
tunggal dan multipel, sediaan 500 mg atau 750 mg. Hal ini menggambarkan bahwa distribusi
levofloxacin ke jaringan tubuh bersifat luas.

Levofloxacin bisa mencapai jaringan kulit dan lepuh kulit dalam waktu 3 jam setelah
administrasi. Penetrasi levofloxacin ke jaringan paru-paru dapat dikatakan sangat bagus yaitu
2-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan lainnya, dengan rata-rata 2.4 ± 11.3
mg/mL dalam 24 jam. Levofloxacin menempel pada serum protein 24%-38% terutama serum
albumin pada manusia.

-Metabolisme

Levofloxacin secara konsisten dan stabil dimetabolisme sebagai D-ofloxacin. Levofloxacin


dimetabolisme dan diekskresikan di urin dalam keadaan yang sama. Pada administrasi oral,
87% ditemukan di urin dalam waktu 48 jam, dan ditemukan di feses <4% dalam waktu 72
jam.

-Ekskresi

Levofloxacin diekresikan di urine dalam keadaan yang tidak diubah. Rata-rata waktu paruh
6-8 jam setelah pemberian levofloxacin 500 mg atau 750 mg secara oral atau intravena. Rata-
rata kecepatan waktu pembersihan levofloxacin dalam tubuh manusia adalah 144-226
mL/min, sedangkan pembersihan pada renal berkisar antara 96-142 mL/min. Tidak ada
kristal levofloxacin yang ditemukan di dalam sampe urin.

4. Nitrofurantoin

Farmakologi nitrofurantoin adalah sebagai antibiotik yang digunakan untuk mencegah


dan mengobati infeksi saluran kemih. Nitrofurantoin bekerja dengan cara menghambat siklus
asam sitrat dan juga pembentukan DNA, RNA, dan sintesis protein dinding sel bakteri.[1,3]

a. Farmakodinamik

Farmakodinamik nitrofurantoin secara garis besar yaitu melalui konversi nitrofurantoin


menjadi banyak zat turunan yang sangat reaktif terhadap bakteri yang memiliki
nitroreduktase.

Nitrofurantoin merupakan zat inaktif yang memerlukan reduksi dari gugus nitro oleh
enzim nitroreduktase pada bakteri agar efek antimikrobanya teraktivasi. Nitrofurantoin
direduksi menjadi zat perantara elektrofilik reaktif oleh flavoprotein bakteri yang memiliki
fungsi untuk mengubah atau menonaktifkan molekul mikro dan makro pada bakteri. Selain
itu, nitrofurantoin dapat menghambat enzim tertentu yang memiliki peran dalam metabolisme
karbohidrat bakteri pada siklus asam sitrat, sehingga mencegah terbentuknya ATP.

Hasil dari mekanisme di atas adalah hambatan pada inisiasi translasi protein ribosom,
sehingga menyebabkan inhibisi siklus asam sitrat dan sintesis DNA, RNA, serta protein
bakteri. Secara bersamaan, bakteri tidak diberikan kesempatan untuk memperbaiki kerusakan
yang terjadi.[3,8,9]

b. Farmakokinetik

Farmakokinetik nitrofurantoin dipengaruhi oleh makanan. Obat ini utamanya dikeluarkan


melalui urine.

-Absorpsi

Berdasarkan konsentrasi plasmanya, nitrofurantoin dosis 100 mg memiliki


kemampuan untuk terlarut yang sama dengan nitrofurantoin dosis 50 mg. Nitrofurantoin
mencapai konsentrasi plasma puncak 0,875 hingga 0,963 mg/L dengan area under the curve
(AUC) 2,21 hingga 2,42mg\*h/L. Bila dikonsumsi bersama makanan, akan terjadi
peningkatan absorpsi dan peningkatan durasi konsentrasi terapeutik nitrofurantoin di urine.
[3,10,11]

-Distribusi

Data mengenai volume distribusi pada manusia masih belum jelas, namun dilaporkan
volume distribusi nitrofurantoin pada anjing adalah 0,46 L/kg. Nitrofurantoin dapat terikat
hingga 90% pada protein plasma.[3]

-Metabolisme

Metabolisme nitrofurantoin terjadi di hepar. Nitrofurantoin dimetabolisme menjadi


aminofurantoin sebanyak 0,8-1,8% dan kurang dari 0,9% dimetabolisme menjadi metabolit
lain.[3]

-Eliminasi

Sebanyak 27-50% dari dosis oral diekskresikan melalui urine dalam bentuk tidak berubah.
Total dosis yang dieliminasi melalui urine adalah sebanyak 90%.

5. Amoxicillin

Farmakologi amoxicillin atau amoksisilin adalah melalui efek bakterisid terhadap bakteri
pada fase multiplikasi. Amoxicillin akan menginhibisi biosintesis dinding sel bakteri dan
menyebabkan eradikasi bakteri.

a. Farmakodinamik

Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam, tapi tidak tahan terhadap penilinase.
Obat ini Stabil dalam suasana asam lambung, dan aktif melawan bakteri gram positif yang
tidak menghasilkan beta-laktamase, serta beberapa bakteri gram negatif karena obat tersebut
dapat menembus pori-pori di membran fosfolipid bakteri.[1,11]

Amoxicillin memiliki efek bakterisidal yang bekerja terhadap bakteri yang sensitif terhadap
obat ini. Obat ini bekerja dengan cara menghambat biosintesis dinding sel mukopeptida.
Pemberian oral adalah pilihan, karena diabsorpsi lebih baik daripada obat derivat penisilin
lain yang diberikan secara parenteral.[1,11]
Amoxicillin terutama diekskresikan ke urine, dalam bentuk yang tidak berubah. Ekskresinya
dapat dihambat dengan pemberian probenesid sehingga memperpanjang efek terapi.
Dikeluarkannya enzim penisilinase oleh bakteri dalam menghadapi serangan obat ini,
menyebabkan inaktivasi oleh plasmid, sehingga obat ini tidak dapat kehilangan efek
terapinya.[1,11]

b. Farmakokinetik

Farmakokinetik amoxicillin cukup baik terutama bila diberikan peroral. Bioavailabilitas bisa
mencapai 95% peroral.[3,4]

-Absorpsi

Amoxicillin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, dan tidak tergantung
adanya makanan. Bioavailabilitas berkisar antara 74─92%, dan bisa mencapai 95% peroral.
[3,4]

Konsentrasi puncak dalam serum terjadi dalam 1─2 jam. Waktu puncak dalam plasma darah
bergantung pada bentuk sediaan, yaitu dalam 2 hari untuk obat bentuk kapsul, 3 hari untuk
tablet extended release, dan 1 hari untuk suspensi.[3,4]

Karena amoxicillin diekskresikan terutama di ginjal, konsentrasi dalam serum akan


meningkat pada penderita gangguan ginjal. Absorpsi peroral pada neonatus lebih lambat,
sehingga Konsentrasi puncak dalam serum pada neonatus didapat dalam waktu 3‒4,5 jam.
[3,4]

-Distribusi

Distribusi amoxicillin terbanyak dalam cairan tubuh dan tulang, termasuk paru-paru, sekresi
bronkial, sekresi sinus maksilaris, empedu, cairan pleura, sputum, dan cairan telinga tengah.
Konsentrasi obat di dalam cairan serebrospinal sebesar <1%, dalam ikatan protein plasma
sebesar 17‒20%. Pada wanita hamil, amoxicillin dapat melewati sawar plasenta.[3,4]

-Metabolisme

Biotransformasi amoxicillin terjadi di hepar. Waktu paruh amoxicillin +1 jam pada orang
dewasa, sedangkan pada anak bisa lebih singkat. Waktu paruh pada neonatus cukup bulan
berkisar 3‒4 jam, pada infant dan anak-anak berkisar 1‒2 jam, dan pada penderita gagal
ginjal lebih memanjang.[3,4]

-Eliminasi

Sekitar 50‒80% dosis amoxicillin diekskresikan melalui urin tanpa berubah bentuk. Ekskresi
obat ke ginjal akan lebih lama pada neonatus dan infant <3 minggu, karena fungsi ginjal yang
belum sempurna

6. Fosfomycin

Secara farmakologi, fosfomycin atau fosfomycin trometamol merupakan antibiotik yang


memiliki efek inhibisi terhadap sintesis membran sel bakteri, sehingga menyebabkan
kematian bakteri. Fosfomycin trometamol diserap melalui saluran pencernaan dan
didistribusikan dengan jangkauan organ yang cukup luas.

a. Farmakodinamik

Fosfomycin trometamol diserap cepat setelah konsumsi oral dan diubah menjadi asam bebas
(fosfomycin). Fosfomycin trometamol tidak berikatan dengan plasma protein, sehingga
tersedia dalam bentuk molekul aktifnya. Di dalam darah, molekul aktif ini akan dibawa ke sel
bakteri dengan mediator gliserofosfat atau glukosa 6-fosfat.[4]

Fosfomycin trometamol merupakan analog fosfoenolpiruvat, yang bekerja dengan cara


menginhibisi enzim sitoplasma enolpiruvat transferase dengan mengikat sisi aktif residu
sistein. Obat ini juga mencegah kondensasi fosfoenolpiruvat dengan uridin difosfate (UDP)-
N-asetilglukosamin. Bila keduanya berikatan, terbentuk UDP-N-asetil muramat acid yang
berperan dalam proses pembuatan dinding sel bakteri.[4]

b. Farmakokinetik

Fosfomycin trometamol diabsorbsi melalui saluran pencernaan, lalu didistribusikan ke


beberapa organ. Namun, organ dengan distribusi utama adalah organ saluran kemih.
Fosfomycin akan diekskresikan melalui urine tanpa proses metabolisme.

Dengan terhambatnya proses tersebut, sintesis membran sel bakteri terganggu dan bakteri
akhirnya mati. Selain itu, fosfomycin juga mencegah penempelan bakteri pada sel uroepitel.
Efektivitas fosfomycin menurun pada urine dengan pH <6.[10]

-Absorbsi
Setelah konsumsi oral, fosfomycin trometamol diserap di usus halus dengan cepat dan
memiliki bioavailabilitas sekitar 40%. Bila fosfomycin trometamol 3 gram (50 mg/kgBB)
dikonsumsi dalam kondisi perut kosong, konsentrasi maksimal (Cmax) berkisar antara 21,8–
32,1 mg/L, yang dapat tercapai dalam waktu 2–2,5 jam.[4,11]

Konsentrasi maksimal pada urine tercapai dalam waktu 4 jam dan bertahan pada konsentrasi
tinggi (>128 mg/L) selama 1–2 hari setelah pemberian obat. Pada kondisi perut terisi
makanan, penyerapan fosfomycin dapat berkurang.[4,10,11]

-Distribusi

Fosfomycin trometamol memiliki kemampuan eliminasi infeksi pada saluran kemih yang
baik karena terdistribusi dengan baik ke sistem saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih,
prostat, dan vesikula seminalis). Namun, distribusi fosfomycin trometamol juga menjangkau
daerah lain seperti paru-paru, tulang, cairan serebrospinal, jaringan radang dan cairan abses.
[2]

Fosfomycin bisa mempertahankan konsentrasi tingginya dalam urine, sehingga dapat


dikonsumsi dalam 1 dosis. Volume distribusi (Vd) dari fosfomycin trometamol berkisar
antara 100–170 L untuk individu dengan berat tubuh 70 kg.[11]

-Metabolisme

Fosfomycin trometamol bertahan dalam bentuk aktifnya selama berada dalam tubuh. Obat ini
dieliminasi melalui urine tanpa menjalani metabolisme. Waktu paruh fosfomycin trometamol
dalam serum adalah 3,6 jam pada pasien dengan kondisi ginjal normal dan dapat memanjang
pada golongan lanjut usia.[12,13]

-Eliminasi

Mayoritas fosfomycin trometamol akan dieliminasi lewat urine, sedangkan sebagian kecil
akan dieliminasi lewat feses dalam bentuk aktifnya. Proses eliminasi fosfomycin trometamol
dari tubuh berlangsung dalam 3 hari dengan kondisi ginjal yang normal.[13]

7. Cefuroxime

Farmakologi cefuroxime adalah sebagai antibiotik golongan sefalosporin generasi kedua.


Obat ini mengganggu sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri.[3]
a. Farmakodinamik

Cefuroxime adalah obat golongan sefalosporin generasi kedua dengan aktivitas antibakterial.
Cefuroxime berikatan pada penicillin-binding proteins (PBP) pada membran dinding sel
bakteri.

PBP adalah enzim yang terlibat dalam tahap terminal pembentukan dinding sel bakteri dan
berperan dalam membentuk dinding sel ketika terjadi pertumbuhan dan pembelahan bakteri.
Ikatan cefuroxime pada PBP akan menyebabkan inaktivasi PBP, sehingga mengganggu
ikatan silang rantai peptidoglikan sehingga menyebabkan lisis sel bakteri. [3]

Cefuroxime dapat digunakan dalam tata laksana infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi
saluran pernapasan bawah, infeksi saluran kemih, serta infeksi kulit dan jaringan lunak. Obat
ini juga dapat digunakan untuk terapi gonorrhea inkomplit dan penyakit Lyme.[4]

b. Farmakokinetik

Farmakokinetik cefuroxime dipengaruhi oleh makanan. Sediaan oral berupa cefuroxime


axetil memiliki gugus axetil yang akan dimetabolisme menjadi asetaldehid dan asam asetat.
[3]

-Absorpsi

Pada sediaan oral, cefuroxime axetil, penyerapan akan dibantu oleh kandungan axetil yang
dimiliki yang kemudian mengalami proses hidrolisis hingga dapat melepaskan cefuroxime ke
traktus gastrointestinal dan aliran darah. Bioavailabilitas sediaan oral akan meningkat ketika
dikonsumsi bersama makanan, dari 37% menjadi 52%.[2,3]

-Metabolisme

Pada sediaan oral, cefuroxime axetil akan diubah menjadi bentuk aktifnya yaitu cefuroxime,
dalam waktu kurang 3 menit setelah diserap di saluran pencernaan. Konsentrasi serum
puncak umumnya akan didapatkan setelah 2 jam.[3,4]

-Distribusi

Cefuroxime didistribusikan ke seluruh cairan ekstrasel. Sekitar 50% cefuroxime serum


berikatan dengan protein.[6]

-Ekskresi
Cefuroxime diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah. Pada pasien dengan
fungsi ginjal normal, eliminasi cefuroxime didapatkan sekitar 1,4 jam dan cefuroxime akan
terekskresi sempurna setelah 24 jam. Pada pasien yang memiliki klirens kreatinin < 10
ml/menit, eliminasi cefuroxime mencapai 16,8 jam.

8. Gentamycin

Farmakologi gentamicin adalah sebagai antibiotik golongan aminoglikosida yang


menginhibisi sintesis protein bakteri. Obat ini berdifusi utamanya ke cairan ekstraseluler, dan
didistribusikan sebagian kecil dengan berikatan pada protein plasma.

a. Farmakodinamik

Gentamicin memiliki efek bakterisidal terhadap bakteri Gram-positif (Staphylococcus sp) dan
bakteri Gram-negatif (Citrobacter sp, Enterobacter sp, Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus
sp, Serratia sp, Pseudomonas aeruginosa). Gentamicin menghambat sintesis protein bakteri
dengan cara berikatan pada ribosom prokariotik subunit 30s dan 50s. [1,2,4,7]

b. Farmakokinetik

Gentamicin memiliki absorpsi yang kurang baik jika diberikan per oral. Ekskresi utamanya
via urine dalam bentuk yang tidak berubah.

-Absorpsi

Absorpsi gentamicin pada saluran cerna rendah. Absorpsi cepat jika diberikan secara
intramuskular, dengan waktu mencapai konsentrasi plasma tertinggi berkisar antara 30-60
menit. [1,7]

-Distribusi

Gentamicin terdistribusi secara luas ke jaringan, limfe, pleura, cairan sendi maupun
peritoneum. Gentamicin dapat menembus sawar plasenta. Akan tetapi penetrasi menembus
sawar darah otak serta jaringan okular rendah. Distribusi gentamicin berikatan dengan protein
plasma <30%. [7]

-Metabolisme

Gentamicin tidak mengalami perubahan bentuk karena tidak dimetabolisme oleh tubuh. [1]

-Eliminasi
Gentamicin terutama dieliminasi di ginjal. Eliminasi gentamicin pada empedu hanya sedikit.
[7] Gentamicin dieliminasi dalam bentuk aktif tanpa perubahan bentuk.

Fungsi ginjal berperan penting dalam proses eliminasi obat ini. Pada penderita dewasa tanpa
penurunan fungsi ginjal, waktu paruh eliminasi berkisar 2-4 jam, sedangkan pada individu
dengan gangguan fungsi ginjal 24-60 jam.

9. Doripenem

Farmakologi doripenem adalah sebagai antibiotik beta laktam kelompok karbapenem.


Doripenem bersifat bakterisidal dan resisten beta laktamase.[3]

a. Farmakodinamik

Doripenem bekerja dengan berikatan pada penicillin binding protein (PBP) yang terletak di
dinding sel bakteri. Doripenem mempengaruhi utamanya PBP 2 dan 3, sehingga mampu
menginhibisi langkah transpeptidasi dalam sintesis peptidoglikan. Hal ini menyebabkan
dinding bakteri menjadi lemah dan lisis. Doripenem dilaporkan 2 hingga 16 kali lebih poten
dibandingkan imipenem, serta sebanding dengan meropenem.[3]

Doripenem mampu mengatasi infeksi berat akibat:

Mikroorganisme Gram negatif: Acinetobacter baumannii, Escherichia coli, Klebsiella


pneumoniae, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa

Mikroorganisme Gram positif: Streptococcus constellatus, Streptococcus intermedius

Mikroorganisme anaerob: Bacteroides caccae, Bacteroides fragilis, Bacteroides


thetaiotaomicron[1,6]

b. Farmakokinetik

Farmakokinetik doripenem dilaporkan bersifat linear dalam rentang dosis 500 mg hingga 1 g
ketika diberikan secara infus intravena selama 1 jam.[1]

-Absorpsi

Doripenem diberikan secara intravena dengan infus. Studi melaporkan bahwa tidak ada
akumulasi doripenem setelah pemberian multipel, baik dalam dosis 500 mg atau 1 g setiap 8
jam selama 7-10 hari pada subjek dengan fungsi ginjal baik. Konsentrasi puncak plasma
adalah 23,0 µg/ml dan area under the curve (AUC) adalah 36,3 µg.jam/ml.[1,3]
-Distribusi

Rata-rata ikatan protein doripenem adalah 8,1%. Volume distribusi pada steady state subjek
sehat adalah 16,8 L. Doripenem dapat terdistribusi ke berbagai jaringan dan cairan tubuh,
termasuk ke cairan peritoneal dan retroperitoneal.[1,3]

-Metabolisme

Doripenem dimetabolisme melalui dehidropeptidase-1 menjadi bentuk inaktif doripenem-M1.


-Doripenem nampaknya tidak dipengaruhi oleh enzim CYP450.[3]

-Eliminasi

Doripenem diekskresikan dalam bentuk tak berubah terutama melalui ginjal. Rata-rata waktu
paruh eliminasi doripenem pada subjek sehat dewasa bukan lansia adalah 1 jam dan rata-rata
klirens plasma adalah 15,9 L/jam. Rata- rata klirens ginjal adalah 10,3 L/jam. Setelah
pemberian dosis 500 mg doripenem dengan label radioaktif, kurang dari 1% terdeteksi di
feses setelah 1 minggu.

Anda mungkin juga menyukai