DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Agung wicaksono 11194561920080
Devi Cahyana 11194561920088
Friko Bobby Pramana 11194561920097
Mitha Ariani 11194561920096
M. Wildan 1194561920097
Hamidah 11194561920097
Siti Janatul Ulfah 11194561920098
Sri Suryaningsih 11194561920099
Wayan Lilis Alfianti 11194561920100
Yahayu 11194561920102
Dosen Pembimbing :
Cyntia Eka F. Tjomiadi,S.Kep., Ns., MNS
2. Debridement
sebuah tindakan pengangkatan jaringan nekrotik yang ada pada
luka. Jaringan nekrotik adalah jaringan mati akibat degradasi enzim
secara progresif sehingga terjadi perubahan morfologi pada jaringan
tersebut, hal ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap
jaringan yang rusak.
3. Pemeriksaan lab
a. GDP ( Gula Darah Puasa )
dihitung berdasarkan harga yang berlaku atau harga dasar yang
konstan. GDP normal yang berlaku untuk menilai barang dan jasa
akhir dengan harga ditahun tersebut. Sedangkan GDP yang riil,
mengukur nilai barang dan jasa dengan menggunakan harga yang
tetap.
Normal (tidak menderita diabetes) : di bawah 108 mg/dl
Prediabetes : 108-125 mg/dl
Diabetes : di atas 125 mg/dl
b. GD 2 jam PP( gula darah 2 jam post prandial) nilai normal <140 mg/dl
c. ABI dextra dan sinistra :
Jawab: salah satu pemeriksaan non invasive untuk mengatasi
Penyakit peripheral arterial (PAD) dengan tujuan menilai fungsi
sirkulasi pada arteri kaki.
d. Mean Arterial Pressure (MAP)
Jawab :hitungan rata-rata tekanan darah arteri yang dibutuhkan agar
sirkulasi darah sampai ke otak. MAP yang dibutuhkan agar pembuluh
darah elastis dan tidak pecah serta otak tidak kekurangan oksigen /
normal MAP adalah 70-100 mmHg. Apabila <70 atau >100 maka
tekanan rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu dengan
meningkatkan atau menurunkan tekanan darah pasien tersebut.
4. Dekstra
Jawab adalah bagian kanan
5. Sinistra
Jawab : adalah bagian kiri
6. TD ( Tekanan Darah)
Jawab : Yang dimaksud dengan Tekanan Darah adalah jumlah tenaga
darah yang ditekan terhadap dinding Arteri (pembuluh nadi) saat Jantung
memompakan darah ke seluruh tubuh manusia.
7. Nadi
Jawab : adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari
jantung.
8. Rontgen
Jawab : adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar
bagian dalam dari tubuh seseorang.
9. Osteomielitis
Jawaban: infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo
(sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk
menggambarkan kondisi klinis dimana tulang terinfeksi oleh
mikroorganisme (Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).
13. Metronidazole
Jawab : adalah antibiotik untuk mengobati berbagai infeksi akibat bakteri.
Obat ini tergolong dalam kelas antibiotik yang dikenal dengan
nitroimidazoles. Cara kerja obat metronidazole adalah dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri dan protozoa.
14. Ceftriaxone
Jawab :
a. Pengertian : kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics.
Ceftriaxone bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.
b. Indikasi : Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk
keadaan parah atau yang mengancam nyawa seperti meningitis.
c. Kontraindikasi : Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap
penicillin dan obat antibakteri golongan beta laktam lainnya berisiko
lebih besar mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap Ceftriaxone
d. Efek samping : Kontraindikasi untuk neonatus (bayi baru lahir ≤28
hari) yang mengalami hiperbilirubinemia (kandungan bilirubin dalam
darahnya tinggi) terutama yang prematur karena Ceftriaxone
dilaporkan menggantikan bilirubin dari ikatannya dengan albumin,
yang berpotensi menyebabkan terjadinya ensefalopati bilirubin
15. Ranitidine
Jawab :
Pengertian : obat yang dapat digunakan untuk menangani gejala atau
penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam
lambung. obat maag yang termasuk dalam golongan antihistamin,
lebih tepatnya disebut H2-antagonis.Ranitidin digunakan untuk
mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri uluhati akibat ulkus atau tukak lambung, dan masalah asam
lambung tinggi lainnya.
Indikasi : Mengobati ulkus lambung dan duodenumMelindungi
lambung dan duodenum agar tidak sampai teradi ulkus, Mengobati
masalah yang disebabkan oleh asam pada kerongkongan, contohnya
pada GERDMencegah tukak lambung agar tidak berdarahDigunakan
sebelum operasi bedah, supaya asam datang tidak tinggi selama
pasien tidak sadar.
Kontraindikasi : LansiaIbu hamilIbu menyusuiKanker
lambungPenyakit ginjalMengonsumsi obat non-steroid anti-
inflamasiSakit paru paruDiabetesMasalah dengan sistem kekebalan
tubuhPorfiria akut (gangguan metabolisme langka)
Efek samping : Kegelisahan, depresi, halusinasi ,Reaksi alergi seperti
kulit ruam, gatal atau gatal-gatal, pembengkakan wajah, bibir, atau
lidahGangguan pernapasanPerdarahan yang tidak biasa atau memar
Muntah Menguningnya kulit atau mata.
16. Amputasi
Jawab : adalah hilangnya bagian tubuh, seperti jari, lengan, atau tungkai
akibat cedera atau terjadi secara terencana melalui prosedur operasi,
misalnya untuk mencegah penyebaran infeksi.
B. JUMP 2 : MENGIDENTIFIKASI MASALAH (PERTANYAAN PADA KASUS)
1. Apa yang menyebabkan kaki pasien hingga keluar nanah dan berbau?
2. Mengapa pada luka kaki pasien terdapat nanah dan berbau?
3. Apa penyebab kaki pasien lama baru sembuh?
4. Apa yang menyebabkan kaki pasien bengkak?
5. Mengapa luka pada kaki pasien tidak kunjung sembuh setelah
mengkonsumsi obat-obatan warung?
6. Apa saja tanda dan gejala pada penderita diabetes?
7. Apakah luka kaki tersebut merupakan komplikasi pada penyakit DM ?
8. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan penyakit DM?
9. Mengapa pasien DM sering mengalami keluhan sering kencing, sering
merasa haus dan lapar, serta mengalami penurunan berat badan?
10. Dari tanda gejala yang diderita pasien termasuk tipe berapakah DM
tersebut?
11. Berapa nlai normal GDP, GD 2 jam PP?
12. Mengapa dilakukan pemeriksaan lab GDP dan GD 2 jam PP ?
13. Apakah indikasi pemeriksaan GD?
14. Apakah Kontraindikasi Pemeriksaan GD?
15. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan GD?
16. Bagaimana Penkes sebelum melakukan pemeriksaan GD?
17. Apakah yang menyebabkan GD pada pasien DM tidak normal (tinggi)?
18. Jelaskan definisi dari pemeriksaan ABI?
19. Berapakah Nilai normal Pemeriksaan ABI?
20. Apa kegunaan pemeriksaan ABI dextra pada penyakit pasien tersebut ?
21. Apakah Indikasi ABI?
22. Apakah Kontraindikasi ABI?
23. Bagaimana Pemberian Penkes ABI?
24. Apakah definisi dari pemeriksaan MAP?
25. Berapakah Nilai normal Pemeriksaan MAP?
26. Apakah Indikasi MAP?
27. Apakah Kontraindikasi MAP?
28. Bagaimana pemberian Penkes MAP?
29. Berapa rentang nilai normal pemeriksaan Tanda Tanda Vital?
30. Apakah penyebab osteomilitis di metatarsal pada pasien dalam kasus?
31. Apakah penyebab terjadinya Osteomilitis?
32. Melihat data yang ada pada kasus berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk penyembuhan pada penyakit DM?
33. Melihat data yang ada di kasus sudah masuk tahapan gread berapakah
DM tersebut?
34. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari terapi medis actraid, Lantus ,
Metronidazole, Cefriaxone, Ranitidin?
35. Apakah Definisi dari debridement?
36. Apakah Indikasi dan kontraindikasi dari debridement?
37. Bagaimana cara melakukan prosedur debridement ?
38. Mengapa dokter menganjurkan untuk dilakukan debridebement ?
apakah karena luka kaki tersebut ?
39. Mengapa dilakukan amputasi pedis tersebut ?
40. Hal apa saja yang harus diperhatikan saat dilakukan tindakan
amputasi ?
41. Apakah yang terjadi jika kaki pasien tidak diamputasi ?
42. Apakah Indikasi dan kontra indikasi pada tindakan amputasi pedis
sinistra ?
43. Diet apa yang baik untuk pasien pada kasus tersebut?
A. Nadi
Bayi : 120-130 x/mnt
Anak : 80-90 x/mnt
Dewasa : 70-80 x/mnt
Lansia : 60-70 x/mnt
B. Tekanan Darah
Bayi :70-90/50 mmHg
Anak :80-100/60 mmHg
Remaja :90-110/66 mmHg
Dewasa muda :10-125/60-70 mmHg
Dewasa tua :130-150/80-90 mmHg
C. Suhu Tubuh
Normal : 36oC - 36,9 oC
Sub Febris : 37 oC - 38 oC
Febris : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC
D. Pernapasan / Respirasi
Bayi : 30-40 x/mnt
Anak : 20-30 x/mnt
Dewasa : 16-20 x/mnt
Lansia : 14-16 x/mnt
30. Apakah penyebab osteomilitis di metatarsal pada pasien dalam kasus?
Jawab : Infeksi bakteri pada tulang sehingga menyebar ke aliran darah
dan terdapat nanah serta barbau yang tidak sedap.
31. Apakah penyebab terjadinya Osteomilitis?
Jawab : Penyebab utama osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus
aureus. Contohnya, pasca operasi patah tulang atau penggantian
panggul, bakteri dapat menyebabkan infeksi pada area tulang tersebut.
32. Dari kasus berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan
pada penyakit DM?
Jawab : Untuk penyembuhan pada kasus dm ini tergantung dari
keparahan penyakit itu sendiri karena setiap orang berbeda-beda jadi
waktu penyembuhan nyapun tidak bisa ditentukan kapan bisa sembuh,
dan bisa dilihat lagi pada kasus ini mungin waktu penyembuhan nya
bisa lama. Yang pasti semua butuh proses.
33. Melihat data yang ada di kasus sudah masuk tahapan gread berapakah
DM tersebut?
Jawab : Pada kasus ini masuk ke gread 5 karena lukanya ditandai
dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren-gangren
diseluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.
34. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari terapi medis actraid, Lantus ,
Metronidazole, Cefriaxone, Ranitidin?
Jawab :
36 Penyakit ginjal
36 Mengonsumsi ob
non-steroid anti-
inflamasi
36 Diabetes
36 Masalah dengan
sistem kekebalan
tubuh
36 Porfiria akut
(gangguan
metabolisme lang
C. Tahap Kerja
1. Masukkan jarum penusuk (lancet) pada alatnya (lancing
device).
a. Pastikan bahwa jarum yang dipakai masih baru dansteril.
b. Jarum penusuk hanya digunakan untuk sekali pakai
2. Masukkan strip test kedalam alat pengukur (glucose
meter) .Pastikan bahwa test strip yang digunakan belum
kadaluwarsa
3. Letak kanujung jari yang akan ditusuk (gunakan jari tengah,
jari manis atau telunjuk)
4. Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau
alcohol swab untuk menghindari infeksi
5. Tusukkan jarum pada ujung jari secara tegak lurus, cepat dan
tidak terlalu dalam.
a. Apabila darah hanya keluar sedikit maka dapat ditekan dengan
pelan jari yang telah ditusuk untuk membantu mengeluar
kandarah, tetapi jangan terlalu kuat
b. Bila darah tidak cukup keluar, tusukkan jarum dijari kedua.
6. Tempelkan ujung strip test kebulatan darah sampai tersebar
merata bagian untuk sampelnya.Jangan meneteskan darah ke
strip dan jangan terlalu keras menempelkan teststrip.Bila sampel
darah sudah memadai maka alat akan mulai mengukur
(waktu pengukuran terlihat di display dalam hitungan mundur).
7. Tempelkan kasa atau kapas beralkohol keujungjari yang
tertusukuntuk menghentikan perdarahan
8. Lihat hasil pengukuran pada glucometer. Bila angka hasil
pengukuran sangat tinggi atau rendah, Anda mungkin perlu
mengulangi pengukuran untuk memastikan
A. Nadi
Bayi : 120-130 x/mnt
Anak : 80-90 x/mnt
Dewasa : 70-80 x/mnt
Lansia : 60-70 x/mnt
Ø Catatan :
1) Takikardia (Nadi di atas normal) : Lebih dari 100 x/menit
2) Bradikardia (Nadi dibawah normal) : Kurang dari 60x/menit
B. Tekanan Darah
Bayi :70-90/50 mmHg
Anak :80-100/60 mmHg
Remaja :90-110/66 mmHg
Dewasa muda :10-125/60-70 mmHg
Dewasa tua :130-150/80-90 mmHg
Ø Catatan :
1. Hipotensi :Kurang dari 90/60 mmHg
2. Normal :90-120/60-80 mmHg
3. Pre Hipertensi :120-140/80-90 mmHg
4. Hipertensi Stadium 1 :140-160/90-100 mmHg
5. Hipertensi Stadium 2 : Lebih dari 160/100 mmHg
C. Suhu Tubuh
Normal : 36oC - 36,9 oC
Sub Febris : 37 oC - 38 oC
Febris : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC
Ø Catatan :
1. Hipotermi : Kurang dari 36 oC
2. Hipertermi : Lebih dari 40 oC
3. Oral : 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
4. Axilla : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral.
D. Pernapasan / Respirasi
Bayi : 30-40 x/mnt
Anak : 20-30 x/mnt
Dewasa : 16-20 x/mnt
Lansia : 14-16 x/mnt
Ø Catatan :
1. Ipnea : Pernapasan normal
2. Dispnea : Pernapasan yang sulit
3. Apnea : Pernapasan terhenti
4. Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20
x/menit)
5. Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari
20 x/menit)
30. Apakah penyebab osteomilitis di metatarsal pada pasien dalam kasus?
Jawab: Infeksi bakteri pada tulang sehingga menyebar ke aliran darah
dan terdapat nanah serta barbau yang tidak sedap.
31. Apakah penyebab terjadinya Osteomilitis?
Jawab: Penyebab utama osteomielitis adalah bakteri Staphylococcus
aureus. ... Contohnya, pasca operasi patah tulang atau penggantian
panggul, bakteri dapat menyebabkan infeksi pada area tulang tersebut.
Masuknya bakteri Staphylococcus hingga ke tulang dapat melalui
beberapa cara, yaitu: Melalui aliran darah.
32. Melihat data yang ada pada kasus berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk penyembuhan pada penyakit DM?
Jawab: Untuk penyembuhan pada kasus dm ini tergantung dari
keparahan penyakit itu sendiri karena setiap orang berbeda-beda jadi
waktu penyembuhan nyapun tidak bisa ditentukan kapan bisa sembuh,
dan bisa dilihat lagi pada kasus ini mungin waktu penyembuhan nya bisa
lama. Yang pasti semua butuh proses.
33. Melihat data yang ada di kasus sudah masuk tahapan gread berapakah
DM tersebut?
Jawab: Derajat 5 ditandai dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren-
gangren di seluruh kaki atau sebagaian tungkai bawah (Decroli, dkk
2008)
34. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari terapi medis actraid, Lantus ,
Metronidazole, Cefriaxone, Ranitidin?
Jawab:
Indikasi dan kontraindikasi terapi medis
7. Penyakit ginjal
8. Mengonsumsi ob
non-steroid anti-
inflamasi
10. Diabetes
43. Diet apa yang baik untuk pasien pada kasus tersebut?
Jawab: Ankle Brachial Index (ABI) merupakan rasio atau perbandingan
antara tekanan darah sistolik yang diukur pada pergelangan kaki dengan
arteri brachialis(Aboyans, 2012).
E. JUMP 5
1. Apa anatomi dan fisiologi Diebetes Melitus?
2. Apa yang dimaksud dengan Diebetes Melitus?
3. Apa klasifikasi dari Diebetes Melitus?
4. Apa penyebab terjadinya Diebetes Melitus?
5. Apa patofisiologi Diebetes Melitus?
6. Apa pathway Diebetes Melitus?
7. Apa tanda dan gejala terjadinya Diebetes Melitus?
8. Apa penatalaksanaan Diebetes Melitus?
9. Apa komplikasi pada pasien Diebetes Melitus?
10. Apa pemeriksaan penunjang pada pasien Diebetes Melitus?
11. Bagaiman intervensi pada pasien yang terkena Diebetes Melitus?
F. JUMP 6
A. Anatomi Fisiologi
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan
terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau
langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari
populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga
kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan
eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim
pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin
(Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
GAMBAR
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik & Stozer,
2015) : sekresi glukagon
a. Sel Alfa sekresi insulin
b. Sel Beta
c. Sel Delta -sekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon
yang lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi
gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan
arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan
dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan
glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi keduanya
(Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015)
1. Insulin Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-
pulau Langerhans di pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2
rantai glikogen). Duapolipeptida yang mengatur metabolisme
karbohidrat (glukosa rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida pada posisi
7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan 19 di rantai B (Guyton & Hall, 2012).
Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan
respons tubuh berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar
insulin disekresikan oleh pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke
sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya
jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh tanpa
adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolisme energi padakeadaan normal, dengan
pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
GAMBAR
Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml,
kecepatan sekresi insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg
berat badan. Namun ketika glukosa darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari
kadar normal maka sekresi insulin akan meningkat yang berlangsung
melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012)
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit
kadar insulin plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin
yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Namun, pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi insulin mulai menurun
sampai kirakira setengah dari nilai normalnya. 2. Kira-kira 15 menit
kemudian sekresi insulin mulai meningkat kembali untuk kedua kalinya
yang disebabkan adanya tambahan pelepasan insulin 9 yang sudah lebih
dulu terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang
mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel beta.
B. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis.
(Purwanto. H,2016)
C. Etiologi
A. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Guyton (2008), terdapat dua tipe utama Diabetes Melitus, yaitu:
1. DM tipe 1: Kerusakan sel beta pancreas atau penyakit-penyakit
yangmenganggu produksi insulin dapat menyeabkan timbulnya Diabetes
Melitus tipe 1. Infeksi virus atau kelainan autoimun dapat menyebabkan
kerusakan sel beta pancreas pada banyak pasien Diabetes Melitus tipe 1,
meskipun faktor herediter juga berperan penting untuk menentukan
kerentangan sel-sel beta terhadap gangguan tersebut. Pada beberapa
kasus, kecenderunagan faktor herediter dapat menyebabkan degenerasi
sel beta, bahkan tanpa adanya infeksi virus atau kelainan autoimun.
Onset Diabetes Melitus tipe 1 biasanya dimulai pada umur 14 tahun, oleh
sebab itu diabetes ini sering disebut Diabetes Mellitus juvensilf. Diabets
Melitus tipe 1 dapat timbul tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau
minggu, dengan tiga gejala siasa yang utama: naiknya kadar glukosa
darah, peningkatan penggunaan lemak sebagai sumber energi dan untuk
pembentukan kolesterol oleh hati, dan berkurangnya protein dalam
jaringan tubuh.
2. DM Tipe 2 : Diabetes Melitus tipe 2 lebih sering dijumpai dari Diabetes
Mellitus tipe 1, dan kira-kira diemukan sebanyak 90 persen dari seluruhk
kasus. Pada kebanyakan kasus, onset Diabetes Melitus tipe 2 terjadi
diatas umur 30 tahun, sering kali diantara umur 50 dan 60 tahun, dan
penyakit ini timbul secara perlahan-lahan. Oleh karna itu, sindrom ini
sering disebut sebagai Diabetes onset dewasa. Akan tetapi, akhir-akhir ini
dijumpai peningkatan kasus yang terjadi pada individu yang lebih muda,
sebagian berusia kurang dari 20 tahun dengan Diabetes Melitus tipe 2.
Trend tersebut agaknya berkaitan terutama dengan peningkatan
prevalensi obesitas, yaitu faktor resiko terpenting untuk Diabetes Melitus
tipe 2, Diabetes Melitus tipe 2 bebeda dengan Diabetes Mellitus tipe 1,
dikaitkan dengan peningkatan insulin plasma (hiperinsulinemia). Hal ini
terjadi sebagai upaya kompensasi oleh sel beta pancreas terhadap
penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek metabolisme insulin, yaitu
suatu kondisi yang dikenal sebagai resistensi insulin. Penurunan
sensitivitas insulin mengaggu penggunaan dan penyimpanan karbohidrat,
yang akan meningkatkan sekresi insulin sebagai upaya kompenasasi.
3. Diabetes Tipe Gestasional : Diabetes gestasional dikenali pertama kali
selama kehamilan dan mempemgaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor
resiko terjadinya diabetes gestasional adalah usia, entik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes melitus terdahulu.
Ketika hamil tubuh menghasilkan beberapa hormon dalam jumlah banyak.
Di antaranya hormon yang meningkatkan insulin, hormon yang dihasilkan
plasenta yaitu laktogen plasenta, dan estrogen.Seiring waktu, produksi
hormon plasenta bisa mendominasi dan mungkin mengganggu insulin--
hormon pengatur gula darah yang digunakan. Jumlah insulin yang kurang
atau tidak bekerja dengan benar, akan menyebabkan kadar gula darah
meningkat dan memicu diabetes gestasional.Pasien yang mempunyai
predisposisi diabetik secara genetik mungkin akan memperlihatkan
intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.
Kriteria diagnosis biokimia diabetes kehamilan yang dianjurkan adalah
kriteria yang diusulkan oleh Andra Saferi Wijaya. Menurut kriteria ini
diabetes gestasional terjadi apabila dua atau lebih dari nilai berikut ini
ditemukan atau dilampaui sesudah pemberian 75 g glukosa oral: puasa,
105 mg/dl; 1 jam, 190 mg/dl; 2 jam, 165 mg/dl; 3 jam, 145 mg/dl.
Pengenalan diabetes seperti ini penting karena penderita beresiko tinggi
terhadap morbiditas pernatal dan mempunyai frekuensi kematian janin
variabel lebih tinggi. Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani
panapisan untuk diabetes selama usia kehamilan 24 sampai 28 minggu
(Irianto, 2015).
B. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), faktor- fakor resiko diabetes melitus
antara lain :
1. Genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainya. Sembilan puluh lima persen pasien
berkulit putih (caucasian) dengan diabetes memperlihatkan tipe HLA yang
spesifik (DR3 atau DR4). Resiko terjadi diabetes meningkat tiga hingga
lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA
ini. Resiko tersebut meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat pada
individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika dibandingkan
dengan populasi umum).
2. Imunologi : Pada penderita diabetes melitus terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Autoantibody terhadap sel-sel pulau langerhans dan
insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis.
3. Orang dengan Riwayat Diabetes Dalam Keluarga. Sekitar 50% pasien
Diabetes Melittus tipe 2 mempunyai orang tua yang juga mengidap
diabetes dan lebih dari sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara
yang mengidap diabetes. Bila saudara identical twins memungkinkan
terkena diabetes tipe 2 90%
4. Usia : Orang berusia 45 tahun keatas. Peningkatan diabetes risiko
diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,
disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan
intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya
kemampuan sel B pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada
individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktifitas mitokondria di
sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.
5. Orang yang berat badanya berlebih. Diabetes Melitus tipe 2 sangat erat
kaitanya dengan obesitas. Bila BMI (Body Mass Index) seseorang yang
mengalami obesitas mencapai 30, dia akan 30 kali lebih muda terkena
diabetes tipe 2 dari pada orang dengan berat badan normal atau BMI
(Body Mass Index) sebesar 22. Bila BMI (Body Mass Index) sama dengan
35, kemungkinan terkena diabetes menjadi 90 kali lipat.
6. Orang yang tidak berolahraga secara teratur. Olahraga bisa benar-benar
membantu mengendalikan kadar glukosa darah. Olahraga menekan
produksi insulin dan juga mendorong sel-sel otot skelet untuk mengambil
lebih banyak glukosa dari aliran darah. Deangan lebih banyak glukosa
dalam sel-sel otot,kita bisa menghasilkan lebih banyak energi sehingga
tetap bisa bekerja.
Ureum
-faktor genetic
Ketidak Gula daam dara tidak
-Inveksi virus Kerusakan sel beta seimbangn dapat di bawa masuk
produksi insulin dalam sel
-pengrusakan
Dieresis osmotk
Viko sitas darah Syok Hiper Kerusakan ada
meningkat glikimik anti bodi
Poliuri- retens
urine Aliran darah Komadiabetik
terhambat Kekebalan
Tubuh Menurun
Ketidakefektifanp Nekrosisluka
Dehidrasi erfusijaringanperi Klientidakmerasasakit
fer
Gangrene
Resikosyok Kehilangan kalori
Kerusakan
integritasjaringan
Protein dan lemak
Merangsanghipot Selkekuranganbahanuntu dibakar
alamus kmetabolisme
BB menurun
Pemecahan protein
Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak
Keletihan
Asam Lemak Keton
Polidipsiapolipagia
Keteasidaosis
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinik
Menurut Purwanto H, 2016, tanda dan gejala pada diabetes melitus yaitu
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat
atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam
sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah keginjal meningkat sebagai
akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
(poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensorhaus
teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum
(polidipsia).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energy akan
menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia)
F. Komplikasi
Menuru McPhee (2010), ada 3 komplikasi akut pada diabetes yang
penting dan berpengaruh dengan gangguan keseimbangan glukosa darah.
Ketiga komplikasi tersebut adalah:
1. Hipoglikemia: Hipoglikemia terjadi kadar glukosa darah turun dibawah 60
hingga 50 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebih , konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau
karena aktivitas fisik yang berat.
2. Ketoasidosis Diabetik : Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak
adanya atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Akibat defisiensi
insulin adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton
oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin. Badan keton bersifat
asam, dan bila menumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.
3. HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik) : Sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasioleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadarn (sense of awareness). Pada saat yang sama tidak ada atau
terjadi ketoasidosis ringan. Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan
diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari
ruang intrasel kedalam ekstrasel. Dengan adanya glukosaria dan dehidrasi,
akan dijumpai keadaan hipernatremiadan peningkatan osmolaritas.
4. Komplikasi Jangka Panjang. Komplikasi jangka panjang diabetes dapat
menyerang semua sistem organ dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis
yang lazim digunakan adalah :
a. Komplikasi Makrovaskuler : Berbagai tipe komplikasi makrovaskuler
dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi ateroklerotik
1) Penyakit Arteri Koroner : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh arteri koroner menyabakan peningkatan insiden infark
miokard pada penderita diabetes. Salah satu ciri unik pada
penyakit arteri koroner yang di derita pleh pasien diabetes adalah
tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Pasien mungkin tidak
memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner
dan dapat mengalami infark miokard asistomatik ini hanya
dijumpai melalui pemeriksaan elektrokardiogram. Kurangnya
gejala iskemik ini disebabkanoleh neuropati otonom.
2) Penyakit Serebrovaskuler : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah sereblar atau pembentukan embolus di tempat
lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran
darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah sereblar dapat
menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA= Transient Ischemik
Attack) dan stroke.
3) Penyakit Vaskuler Perifer : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan
penyebab meningkatnya insiden (dua atau tiga kali lebih tinggi
dibandingkan pada pasien-pasien non diabetes) penyakit oklusif
arteri perifer pada pasien diabetes melitus. Tanda dan gejala
penyakit vaskuler perifer dapat berupa berkurangnya denyut nadi
dan claudicatio intermitten (nyeri pada pantat ektremitas bawah ini
merupakan penyebab utama meningkatnya insien gangren.
b. Komplikasi Mikroaskuler
1) Retinopati Diabetik : Kelainan patologis mata yang disebut
retinopati diabetik disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-
pembuluh darah kecil pada retina mata. Retina merupakan bagian
mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi
tentang bayangan tersebut ke otak. Retina menagndung banyak
sekali pembuluh darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri
seta vena yang kecil, arteriol, venula, dan kapiler.
2) Komplikasi Oftalmologi yang lain : a) Katarak yaitu opasitas lensa
mata, katarak terjadi di usia yang lebih muda pada pasien-pasien
diabetes. b) Perubahan lensa yaitu lensa mata dapat
membengkak ketika kadar glukosa darah naik. Pengendalian
kadar glukosa darah memerlukan waktu sampai 2 bulan sampai
pembengkakan hiperglikemia mereda dan penglihatan menjadi
stabil kembali, c) Kelumpuhan otot ekstraokuler kelumpuhan ini
dapat terjadi akibat neuropati diabetik. Kelainan yang mengenai
berbagai nervus kranialis untul gerakan bola mata dapat
menimbulkan diplopia. Biasanya keadaan ini sembuh spontan, d)
Glaukoma dapat terjadi dengan frekuensi yang lebih tibggi pada
populasi diabetik.
a. Nefropati : Bukti menunjukan bahwa setelah terjadi diabetes,
khususnya kadar glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami sress yang menyebabkan kebocoran protein
darah kedalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan
berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
b. Neuropati Diabetes : Neuropati dalam diabetes mengacu kepada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk
saraf perifer (sensorimotor), otonom, dan spinal. Penebalan membran
basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat dijumpai dengan
hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat
kelainan pada selubung mielin.
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), obat dalam terapi Diabetes Mellitus sebagai
berikut:
a. Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau insulin
secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas
terhadap insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa =
penghambat glukosidae alfa.
b. Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress
berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard
Akut, stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang
telah terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal
atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemia oral :
dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara bertahap, harus
diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat tertentu, bila memberikanya bersama obat lain, pikirkan
kemungkinan adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder terhadap
obat hipoglikemia oral golongan lain, bila gagal, baru beralih pada
insulin, uasahakan agar harga obat terjangkau.
2. Non Farmokologis
Menurut Wijaya (2013), terapi non farmakologi yang dapat diberikan
yaitu :
a. Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah sudah
berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan,
rencana makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
b. Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar glukosa
darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga mendorong sel-sel
otot skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa dari aliran darah.
Dengan lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa menghasilkan lebih
banyak energi sehingga otot akan bisa tetap bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko
penyakit jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang
bisa bermanfaat besar bagi pengidap diabetes.
c. Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita.
Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan produksi
glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer yang
diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan membaiknya
sensitivitas insulin.
d. Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung kebutuhan
pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk Diabetes
Meitus tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori biasanya 50
sampai 60% dari karbohidrat kompeks, 20% dari protein, dan 30% dari
lemak. Diet juga mencakup serabut vitamin, dan mineral. Peencanaan
diet terutama panting untuk anak-anak pengidap Diabetes Melitus tipe
1 untuk mamasok kalori dan mineral yang adekuat untuk menjamin
perubahan yang optimal.
e. Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan
sehari-hari baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya
(kualitas). Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi ataupun
alkohol.
JUMP 6
I. Anatomi Fisiologi
J. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis.
(Purwanto. H,2016)
Ureum
-faktor genetic
Ketidak Gula daam dara tidak
-Inveksi virus Kerusakan sel beta seimbangn dapat di bawa masuk
produksi insulin dalam sel
-pengrusakan
Dieresis osmotk
Viko sitas darah Syok Hiper Kerusakan ada
meningkat glikimik anti bodi
Poliuri- retens
urine Aliran darah Koma diabetik
terhambat Kekebalan
Tubuh Menurun
Keteasidaosis
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
F. Manifestasi Klinik
Menurut Purwanto H, 2016, tanda dan gejala pada diabetes melitus yaitu
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam
sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi
atau cairan intravaskuler, aliran darah keginjal meningkat sebagai akibat
dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensorhaus
teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum
(polidipsia).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energy akan
menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia)
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel
akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan
penurunan secaraotomatis.
5. Malaise atau kelemahan
6. Kesemutan pada ekstremitas
7. Infeksi kulit dan pruritus
8. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen berat
G. Komplikasi
Menuru McPhee (2010), ada 3 komplikasi akut pada diabetes yang
penting dan berpengaruh dengan gangguan keseimbangan glukosa darah.
Ketiga komplikasi tersebut adalah:
5. Hipoglikemia: Hipoglikemia terjadi kadar glukosa darah turun dibawah
60 hingga 50 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin
atau preparat oral yang berlebih , konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat.
6. Ketoasidosis Diabetik : Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak
adanya atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Akibat defisiensi
insulin adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin. Badan keton
bersifat asam, dan bila menumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton
akan menimbulkan asidosis metabolik.
7. HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik) : Sindrom hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasioleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadarn (sense of awareness). Pada saat yang sama tidak ada atau
terjadi ketoasidosis ringan. Keadaan hiperglikemia persisten
menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan
elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan
berpindah dari ruang intrasel kedalam ekstrasel. Dengan adanya
glukosaria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hipernatremiadan
peningkatan osmolaritas.
8. Komplikasi Jangka Panjang. Komplikasi jangka panjang diabetes dapat
menyerang semua sistem organ dalam tubuh. Kategori komplikasi
kronis yang lazim digunakan adalah :
c. Komplikasi Makrovaskuler : Berbagai tipe komplikasi makrovaskuler
dapat terjadi, tergantung pada lokasi lesi ateroklerotik
1) Penyakit Arteri Koroner : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh arteri koroner menyabakan peningkatan insiden infark
miokard pada penderita diabetes. Salah satu ciri unik pada
penyakit arteri koroner yang di derita pleh pasien diabetes adalah
tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Pasien mungkin tidak
memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner
dan dapat mengalami infark miokard asistomatik ini hanya
dijumpai melalui pemeriksaan elektrokardiogram. Kurangnya
gejala iskemik ini disebabkanoleh neuropati otonom.
2) Penyakit Serebrovaskuler : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah sereblar atau pembentukan embolus di tempat
lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran
darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah sereblar dapat
menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA= Transient Ischemik
Attack) dan stroke.
3) Penyakit Vaskuler Perifer : Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan
penyebab meningkatnya insiden (dua atau tiga kali lebih tinggi
dibandingkan pada pasien-pasien non diabetes) penyakit oklusif
arteri perifer pada pasien diabetes melitus. Tanda dan gejala
penyakit vaskuler perifer dapat berupa berkurangnya denyut nadi
dan claudicatio intermitten (nyeri pada pantat ektremitas bawah ini
merupakan penyebab utama meningkatnya insien gangren.
d. Komplikasi Mikroaskuler
1) Retinopati Diabetik : Kelainan patologis mata yang disebut
retinopati diabetik disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-
pembuluh darah kecil pada retina mata. Retina merupakan bagian
mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi
tentang bayangan tersebut ke otak. Retina menagndung banyak
sekali pembuluh darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri
seta vena yang kecil, arteriol, venula, dan kapiler.
2) Komplikasi Oftalmologi yang lain : a) Katarak yaitu opasitas lensa
mata, katarak terjadi di usia yang lebih muda pada pasien-pasien
diabetes. b) Perubahan lensa yaitu lensa mata dapat
membengkak ketika kadar glukosa darah naik. Pengendalian
kadar glukosa darah memerlukan waktu sampai 2 bulan sampai
pembengkakan hiperglikemia mereda dan penglihatan menjadi
stabil kembali, c) Kelumpuhan otot ekstraokuler kelumpuhan ini
dapat terjadi akibat neuropati diabetik. Kelainan yang mengenai
berbagai nervus kranialis untul gerakan bola mata dapat
menimbulkan diplopia. Biasanya keadaan ini sembuh spontan, d)
Glaukoma dapat terjadi dengan frekuensi yang lebih tibggi pada
populasi diabetik.
c. Nefropati : Bukti menunjukan bahwa setelah terjadi diabetes,
khususnya kadar glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi
ginjal akan mengalami sress yang menyebabkan kebocoran protein
darah kedalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan
berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati.
d. Neuropati Diabetes : Neuropati dalam diabetes mengacu kepada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk
saraf perifer (sensorimotor), otonom, dan spinal. Penebalan membran
basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat dijumpai dengan
hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat
kelainan pada selubung mielin.
5. Diabetic Foot Ulcer (DFU) merupakan luka kompleks dan kronis yang
dalam waktu panjang berdampak pada kesehatan, kematian dan
kualitas hidup pasien (cacat karena amputasi).
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), obat dalam terapi Diabetes Mellitus sebagai
berikut:
c. Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau insulin
secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas
terhadap insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa =
penghambat glukosidae alfa.
d. Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
laktat, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress
berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard
Akut, stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang
telah terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal
atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemia oral :
dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara bertahap, harus
diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat tertentu, bila memberikanya bersama obat lain, pikirkan
kemungkinan adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder terhadap
obat hipoglikemia oral golongan lain, bila gagal, baru beralih pada
insulin, uasahakan agar harga obat terjangkau.
3. Non Farmokologis
Menurut Wijaya (2013), terapi non farmakologi yang dapat diberikan
yaitu :
f. Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah sudah
berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan,
rencana makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
g. Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar glukosa
darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga mendorong sel-sel
otot skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa dari aliran darah.
Dengan lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa menghasilkan lebih
banyak energi sehingga otot akan bisa tetap bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko
penyakit jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang
bisa bermanfaat besar bagi pengidap diabetes.
h. Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita.
Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan produksi
glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer yang
diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan membaiknya
sensitivitas insulin.
i. Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung kebutuhan
pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk Diabetes
Meitus tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori biasanya 50
sampai 60% dari karbohidrat kompeks, 20% dari protein, dan 30% dari
lemak. Diet juga mencakup serabut vitamin, dan mineral. Peencanaan
diet terutama panting untuk anak-anak pengidap Diabetes Melitus tipe
1 untuk mamasok kalori dan mineral yang adekuat untuk menjamin
perubahan yang optimal.
j. Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan
sehari-hari baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya
(kualitas). Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi ataupun
alkohol.
JUMP 7
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.B
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl.pramuka pal 6
Status Pekawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjarmasin / Indonesia
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 15 juli 2019
Diagnosa Medis : Diabetes militus food ulcer
Nomor Rekam Medis : 25.XX.XX
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Luka di seluruh telapak kaki dan jari kaki kiri, keluar nanah dan berbau
b. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Keluhan dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk RS. Pasien tidak
mengetahui penyebab kakinya luka karena pasien terbiasa tidak
menggunakan alas kaki ketika berjalan keluar rumah. Pasien menyadari
telapak kakinya luka setelah kakinya bengkak. Pasien merawat lukanya
sendiri dengan menggunakan obat-obatan warung, tetapi tidak kenjung
sembuh. Pasien mengatakan belum pernah periksa ke RS sebelumnya
dan baru mengetahui dirinya mengidap DM. Sejak 2 tahun yang lalu
pasien mengeluhkan sering kencing, sering merasa haus dan lapar dan
berat badan dirasakan semakin menurun.
c. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Dahulu
Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan sering kencing,
sering merasa haus dan lapar dan berat badan dirasakan semakin
menurun Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga pasien tidak ada yang sakit
seperti ini
d. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak merokok,minum alcohol, ataupun
konsumsi obat-obatan tampa resep dokter.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran :Composmetris
b. Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 x/m
Nadi : 84 x/m
Respirasi :-
Suhu :-
2. Kulit
Kulit pasien terlihat
3. Kepala dan Leher
Konjungtiva anemis,skelera tidak ikterik,ulkus dangkal pada mukosa oral.
JVP tidak meningkat,troid tidak membesar
4. Penglihatan dan Mata
Fungsi penlihata baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
(kacamat) dibuktikan dengan pasien dapat melihat dengan jelas gerakan-
gerakan yang diberikan.
5. Penciuman dan Hidung
Keadaan umum hidung baik, tidak ada stematitis,tidak ada polip,tidak ada
secret,hembusan napas kut tidak ada cuping hidung.
6. Pendengaran dan Telinga
Fungsi pendengaran baik,pasien dapat menjawab pertanyaan dari
perawat yang benar, tidak adaa kotoran bentu stematitis, dan tidak ada
pendarahan tidak menggunakan alat bantu dengar pada kedua telinga.
7. Mulut dan Gigi
Keadaan mulut pasien baik,lidah cukup baik, tetapi adaa gangguan
menelan karena adaa sariawan,bibir tampak kering.
8. Dada dan Pernafasan Sirkulasi
Bentuk dan pergerakan dada simetris, saat dilakukan taktil premitus
simetris, iktus kordis tidak teraba,kedua paru terdengar sonor saat
diperkusi,batas-batas jantung normal tidak ada pembesaran jantung,
auskultasi paru-paru VBS kanan dan kiri +/+, tidak terdengar adanya
bunyi tambahan seperti ronkhi, bunyi jantung murni, reguler, dan tidak
ada murmur.
9. Abdomen
Tampak datar, tidak ada nyeri tekan, teraba lunak/soepel,bising usus
(+),tidak ada pembesaran hari dan limpa (lien)
10. Genetalia dan Reproduksi
Genetalia pasien baik,tidak mengalami masalah atau gangguan pada
reproduksi.
11. Ekstermitas Atas dan Bawah ???
Otot 0 1 2 3 4 5
Ekstermitas atas dexstra
Keterangan :
0= lumpuh total
1= Ada kontraksi
2=Dapat bergerak dengan tekanan
3= Dapat melawan grafitasi
4= Dapat menahan tekanan ringan
5= Dapat menahan tekanan berat
E. DATA FOKUS
DS:
1. Pasien mengatakan nyeri pada sendi-sendi tangan,pergelangan
tangan,pergelangan kaki,dan lutut,kadang-kadang disertai bengkak dan
kaku di pagi hari selama 2-3 jam.
2. Pasien mengatakan kadang-kadang wajah dan leher timbul bercak
kemerahan bila beraktivitas diluar dan terkena terik matahari,kejadian ini
sudaah 3 kali dalam kurun waktu 3 bulan terakhir
3. Pasien mengeluh cepat merasa lelah dan sering sariawan.
4. gangguan BAB/BAK,Ia kadang kadang minum obat anti rematik untuk
mengatasi nyeri pada sendi sendinya.
DO:
1. Tekanan Darah :130/80 x/m
2. Nadi :96 x/m
3. Respirasi :20x/m
4. Suhu :370C
ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 28 juni 2019
F. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.B
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl.pramuka pal 6
Status Pekawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjarmasin / Indonesia
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 15 juli 2019
Diagnosa Medis : Lupus
Nomor Rekam Medis : 25.XX.XX
G. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Luka di seluruh telapak kaki dan jari kaki kiri, keluar nanah dan berba
b. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
c. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk RS. Pasien tidak
mengetahui penyebab kakinya luka karena pasien terbiasa tidak
menggunakan alas kaki ketika berjalan keluar rumah. Pasien menyadari
telapak kakinya luka setelah kakinya bengkak. Pasien merawat lukanya
sendiri dengan menggunakan obat-obatan warung, tetapi tidak kenjung
sembuh. Pasien mengatakan belum pernah periksa ke RS sebelumnya
dan baru mengetahui dirinya mengidap DM. Sejak 2 tahun yang lalu
pasien mengeluhkan sering kencing, sering merasa haus dan lapar dan
berat badan dirasakan semakin menurun.
d. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Dahulu
Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengeluhkan sering kencing,
sering merasa haus dan lapar dan berat badan dirasakan semakin
menurun Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga pasien tidak ada yang sakit
seperti ini
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak merokok,minum alcohol, ataupun
konsumsi obat-obatan tampa resep dokter.
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
c. Tingkat kesadaran :Composmetris
d. Vital Sign
Tekanan Darah :130/80 x/m
Nadi :84 x/m
Respirasi :
Suhu :
2. Kulit
3. Kepala dan Leher
4. Penglihatan dan Mata
5. Penciuman dan Hidung
6. Pendengaran dan Telinga
7. Mulut dan Gigi
8. Abdomen
9. Genetalia dan Reproduksi
10. Ekstermitas Atas dan Bawah
Pada bagian ekstremitas bawah sinistra terdapat
Otot 0 1 2 3 4 5
Ekstermitas atas dexstra
Ekstermitas bawah dexstra
Ekstermitas atas sinistra
Ekstermitas bawah sinistra
Keterangan :
0= lumpuh total
1= Ada kontraksi
2=Dapat bergerak dengan tekanan
3= Dapat melawan grafitasi
4= Dapat menahan tekanan ringan
5= Dapat menahan tekanan berat
K. ANALISIS DATA
L DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan b.d
2. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit
3. Defisien pengetahuan b.d kurangnya informasi
M. INTERVENSI
kriteria hasil:
1. Memberikan penilaian
1. Pasien dan keluarga tentang tingkat
menyatakan pengetahuan pasien
pemahaman tentang tentang proses
penykit kondisi penyakit
prognosis dan program 2. Gambarlah tanda dan
pengobatan gejala yang bsa
muncul pada penyakit
2. Pasien dan keluarga
dengan cra yang tepat
mampu
3. Gambarlah proses
melaksanaksanakan
prosedur ang penyakit
dijelaskan secara 4. Identifikasi
benar. kemungkinan
penyebab
3. Pasien dan keluarga
5. Diskusikan perubahan
mampu menjelaskan
gaya hidup yang
kembli apa yang
mungkin diperlukan
dijelaskan perawat
untuk mencegah
atau tim kesehatan
komplikasi dimasa
lainnya.
yang akan datang
6. Diskusikan pilihn terapi
atau penanganan
3. Kurang pengetauan