Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

KERACUNAN MAKANAN
Tugas Kelompok Stase KGD dan ICU
Disusun oleh :
Aan Kurniawan, S.Kep 2021207209103
Bambang Suwardi, S.Kep 2021207209144
Hengky Syaputra, S.Kep2021207209100
Ismanto Nasim, S.Kep 2021207209101
Nurlili, S.Kep 2021207209104
Rika Sustina, S.Kep 2021207209107
Tika MF, S.Kep 2021207209105
Yuliana Shaura, S.Kep 2021207209110
Sandi Septian SP, S.Kep 2021207209106
Subiyanto, S.Kep 2021207209109
Fadli Santoso, S.Kep 2021207209115
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021/2022
KONSEP PENYAKIT
PENGERTIAN
 Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh
melalui mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi
melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan
dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan.
 Intokkasi atau keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa
kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan
pada yang menggunakannya.
 Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan /
minuman yang terkontaminasi.
Next..
ETIOLOGI
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Secara umum
yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
 Escherichia coli patogen
 Staphilococus aureus
 Salmonella
 Bacillus Parahemolyticus
 Clostridium Botulisme
 Streptokkkus

Bahan Kimia
 Peptisida golongan organofosfat
 Organo Sulfat dan karbonat

Toksin
 Jamur
 Keracunan Singkong
 Tempe Bongkrek
 Bayam beracun
 Kerang
Next…
PATOFISIOLOGI
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu
faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi
organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai
akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah
dikarenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung
meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO)
dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE).
Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis
arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat
inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE
lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di
tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan
Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinic.
Next
Next..
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling menonjol meliputi
 Kelainan Visus
 Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
 Gangguan Saluran pencernaan
 Kesukaran bernafas

Keracunan ringan
 Anoreksia
 Nyeri kepala
 Rasa lemah
 Rasa takut
 Tremor pada lidah dan kelopak mata
 Pupil miosis
Next…
MANIFESTASI KLINIS
Keracunan sedang
 Nausea
 Muntah – muntah
 Kejang dan kram perut
 Hipersalifa
 Hiperhidrosis
 Fasikulasi otot
 Bradikardi

Keracunan berat
 Diare
 Reaksi cahaya negatif
 Sesak nafas
 Sianosis
 Edema paru
 Inkontinensia urine dan feses
 Kovulsi h. Koma
 Blokade jantung akhirnya meninggal
Next..
PENATALAKSANAAN

Tindakan Emergensi
 Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
 Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan
atau pernafasan tidak adekuat
 Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan
perbaiki perfusi jaringan.

Resusitasi
 Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir
dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas,
kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni
lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan
meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.
Next..
PENATALAKSANAAN
Identifikasi penyebab
 Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai
menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus
segera di lakukan.
Mengurangi Absorbsi
 Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di
lakukan dengan merangsang muntah, menguras lambung,
mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan
usus
Meningkatkan eliminasi
 Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan
diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis
dan hemoperfusi.
RESUME GAWAT DARURAT
KERACUNAN MAKANAN
IDENTITAS KLIEN
NAMA KLIEN : Tn. D
USIA : 33 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
TANGGAL MASUK : 10 – 12 - 2021
NO REGISTER : 56.12.71
DIAGNOSTIK MEDIK : Keracunan Makanan

KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RS


Klien mengeluh muntah- muntah setelah makan tempe bongkrek.

PENGKAJIAN PRIMER
AIRWAY
Ada sumbatan jalan nafas oleh lender/ sputum. RR : 27 x/ menit, cepat dan dangkal.
BREATHING
Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal. RR : 27 x/ menit.
CIRCULATION
TD: 100/60 mmHg, Nadi : 56 x/menit, CRT : < 3 detik, akral teraba dingin, EKG: sinus bradikardi, membrane mukosa pucat
DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran somnolen. GCS 12 .
EKSPOSURE : -
Next..
PENGKAJIAN SEKUNDER
Riwayat Kesehatan Sekarang
 Tn. D (33 tahun) dibawa ke IGD oleh istrinya dengan keluhan muntah-
muntah setelah makan tempe bongkrek 4 jam yang lalu. Kondisi klien
mengalami penurunan kesadaran somnolen. Istri klien mengatkan Tn D
mengalami diare (sudah BAB selama 5x setelah makan tempe bongkrek,
feses cair). Istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat
alergi sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu
 Istri klien mengatakan, klien belum pernah mengalami penyakit seperti
sekarang.
Riwayat Kesehatan Keluarga
 Istri klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
seperti klien, tidak ada penyakit menurun seperti DM, TBC, dan lainnya.
Riwayat Alergi
 Istri klien mengatakan, klien tidak mempunyai alergi makanan dan lainnya
Next…
PEMERIKSAAN HEAD TOE TOE
 Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak
rontok. - Mata : besar pupil kanan kiri dan reaksi pupil keduanya (+)
terhadap cahaya kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
 Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan
pendengaran - Hidung : bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip
pada hidung. - Wajah : wajah klien tampak simetris.
 Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir
basah.
 Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
 Dada : simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan
dangkal, Nadi 56x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
 Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada
luka memar, peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.
 Ekstremitas : tidak terdapat luka, capilari revil
Next..
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
 TD : 100/60 mmHg
 BB : 53 kg (BB semula 55 kg)
 Nadi : 56 x/ menit
 RR : 27 x/menit
 Suhu : 360C

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 EKG : sinus bradikardi
Next..
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan
secara aktif (muntah, diare)
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan
nafas
NEXT..
No Dx. Kep Tujuan Intervensi
1 Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan cairan
volume keperawatan selama 1 x 24 jam, intake dan output yang
cairan b.d volume cairan adekuat/terpenuhi akurat
kehilangan dengan kriteria hasil : 2. Kolaborasi pemberian
volume - TTV normal cairan IV
cairan - Tidak ada tanda dehidrasi, turgor 3. Periksa TTV
secara aktif kulit baik, membrane mukosa 4. Timbang BB pasien 3x/
(muntah, lembab, tidak ada rasa haus hari
diare) berlebihan 5. Kolaboirasi dengan
dokter jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
6. Periksa turgor kulit dan
tanda-tanda dehidrasi
7. Atur kemungkinan
tranfusi
8. Persiapan untuk tranfusi
NEXT..
No Dx. Kep Tujuan Intervensi
2 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas,
tidak efektif b.d keperawatan 1 x 24 jam diharapkan suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
obstruksi jalan nafas bersihan jalan nafas menjadi efektif 2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
  dengan kriteria hasil: Kesadaran buatan Monitor status respirasi : adanya suara
composmentis, nafas tambahan.
- TTV menjadi normal 3. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll,
- Pernafasan menjadi normal yaitu dan reaksi yang biasa terjadi
tidak mengalami nafas dangkal 4. Monitor respon alergi selama 24 jam
5. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk
menghindari alergen
6. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
7. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan
viskositas sekresi
8. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2,
obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi
nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan
laboratorium: AG
NEXT..
Tanggal Dx. Kep Tujuan TTD
10/12/20 1. Mengkaji divite cairan S: KLMP
21 2. Mengkaji TTV - Istri klien mengatakan, klien muntah 2
muntah setelah makan tempe bongkrek
3. Mengbbservasi kulit kering
- Istri klien mengatakan, klien dirumah sudah
berlebihan dan membran
muntah 3 kali.
mukosa,penurunan turgor kulit. - Klien mengatakan merasa mual.
4. Kolaborasi pemberian cairan - Istri klien mengatakan, klien BAB sudah 4
parenteral sesuai indikasi x (feses cair) setelah makan tempe
bongkrek
 
O:
- Klien tampak lemas
- Bibir tampak pusat dan kering
- TD 100/60 mmHg
- RR : 27 x/mnt, Cepat dan dangkal
- IVFD RL 20 Tpm
A:
Masalah belum teratasi
 
P:
Lanjutkan intervensi
 
 
 
 
Next
Tanggal Dx. Kep Tujuan TTD
10/12/20 1. kepatenan jalan nafas : buka jalan S: - KLMP
21 nafas, suction, fisioterapi dada   2
O:
sesuai indikasi
- Tampak hipersekresi kelenjar ludah
2. memonitor status respirasi :
- Kesadaran : Somnolen
adanya suara nafas tambahan. - Nadi 56 x/mnt, Kuat, Reguler
3. mengidentifikasi sumber alergi : - RR : 27 x/mnt, Cepat dan dangkal
obat,makan an, dll, dan reaksi - Hasil EKG: Sinus Bradikardia
yang biasa terjadi  
4. Monitor respon alergi selama 24 A:
Masalah belum teratasi
jam
 
5. mengajarkan/ diskusikan dgn P;
klien/keluraga untuk menghindari Lanutkan intervensi
alergen
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai