Anda di halaman 1dari 59

EMULSI

RPL 2023/2024
Dr.apt.Garnadi Jafar, S.Farm, M.Si.
EMULSI

Apa kata FI IV
tentang emulsi?

Emulsi adalah sistem dua fasa, yang salah satu


cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. FI IV hal 6

Sediaan emulsi :
Tipe emulsi :
• lotion
• emulsi minyak/air • krim
• emulsi air/minyak Karena • salep
mengandung • cairan oral
air dan minyak • liniments
yang tdk bisa
bercampur,maka
perlu
emulgator.
EMULSI

Dispersi koloidal dua cairan yang tidak bersatu

(immiscible liquid), globul terdispersi di dalam fasa

pendispersi (ukuran globul : 100 – 100.000 nm)


EMULSI

Faktor penting : RATIO Fasa dalam / fasa luar = 0,74→


partikel sferis dalam posisi rapat

Untuk sferis rigid, tergantung viskositas, hukum Einsten


:  = o (1 + 2,5 )
sp = /o -1 = a + b2 +c3 + ............
Emulsi konsentrat , tidak Newtonian,  tergantung kecepatan
gojok (tiksotropi dan reopeksi), ukuran tetesan dan distribusi
ukuran
Faktor-faktor yang diperlukan dalam proses
emulsifikasi
1. Pembentukan globul sferis polidispersi →
pengadukan dispersi fasa dalam ke dalam fasa luar
2. Ketidak stabilan sistem → enegsi antarmuka dua
cairan tidak bercampur → usaha energi antar muka
minimum
3. Stabilisasi fenomena antar muka
4. Bahan peningkat vikositas → mengurangi kecepatan
penggabungan globul terdispersi
5. Dibentuk dua fase stabilisasi dengan fase ketiga (
emulgator) dan multi emulsi ( O/W/O , W/O/W )
Macam tipe makromolekul
KOMPONEN EMULSI
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam
emulsi. Terdiri atas :
Fase dispers/fase internal/fase diskontinue
Yaitu fase cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat
cair lain.
Fase kontinue/fase external/fase luar
Yaitu fase cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
Emulgator, yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
KOMPONEN EMULSI
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Corrigen saporis
Corrigen odoris
Corigen coloris
Pengawet
Pengawet yang biasa dipakai dalam emulsi antara lain metil-, etil-,
propil-, dan butil- paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol,
kresol, klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
Anti oksidan
antioksidan yang sering digunakan : asam askorbat, L-tokoferol,
asam sitrat, propil galat, asam galat.
Zat pengemulsi
 surfaktan anionik, kationik dan nonionik
 Untuk tipe krim m/a dapat digunakan pengemulsi
trietanolamin stearat, polisorbat, poliglikol, sabun
 Untuk tipe a/m dapat digunakan lemak bulu domba, setil
alkohol, stearil alkohol, cetaseum, emulgid, sorbitan ester
EMULSIFIER
• Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa
yang mempunyai aktivitas permukaan (surface-active
agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan
(surface tension) antara udara-cairan dan cairan-cairan yang
terdapat dalam suatu sistem emulsifikasi. Kemampuannya
menurunkan tegangan permukaan menjadi hal menarik
karena emulsifier memiliki keunikan struktur kimia yang
mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.
 Daya kerja emulsifier mampu menurunkan tegangan permukaan
yang dicirikan oleh bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik
(polar) yang terdapat pada struktur kimianya. Ukuran relatif
bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi menjadi faktor
utama yang menentukan perilakunya dalam pengemulsian.
Campuran Pengemulsi Yang Sering
Dipakai
 Emulsifying wax BP.
Lannette wax (campuran etil & stearil alkohol yang
disulfonasi).
Cetrimide emulsifying wax.
Cetomakrogol emulsifying wax.
Asam – asam lemak, seperti palmitat, stearat
Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream
 Dapat diencerkan dengan air.
Mudah dicuci dan tidak berbekas.
Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka
ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi
tidak menguap (propilen glikol).
Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit
lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi
kulit.
Sifat Emulsi A/M Untuk Basis Cream
 Konsistensi dapat bervariasi, sangat tergantung pada
komposisi fasa minyak & fasa cair. Cream ini mengandung zat
pengemulsi A/M yang spesisifik, seperti :
Ester asam lemak dengan sorbitol.
Garam – garam dari asam lemak dengan logam bevalensi 2.
Adeps lanae.
Untuk sediaan semi solid agar
peningkatan penetrasi pada kulit
 Zat untuk memperbaiki konsistensi
Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan
bioavabilitas yang maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk
mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”.
Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang
dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan
berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari
tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur
komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa.
Untuk krim adalah jumlah konsentrat campuran zat pengemulsi
Untuk sediaan semi solid agar
peningkatan penetrasi pada kulit
 Zat pengawet.
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme. Karena pada
sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan
ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu
penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme tersebut.
Zat pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12 %
sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% - 0,05 %.
Lanjutan,,
 Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk
menjaga stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan
aktif. Pemilihan pendapar harus diperhitungkan ketercampurannya
dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan, terutama pH
efektif untuk pengawet.
Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan kimia zat aktif
atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin
pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses
produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi
pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.
 . Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical
dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada
kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang dan
tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif.
Contoh zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol
 Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat
ini dapat membentuk kompleks dengan logam yang mungkin
terdapat dalam sediaan, timbul pada proses pembuatan atau
pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh :
Sitrat, EDTA, dsb
Lanjutan,,
 Anti Oksidan.
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi
oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan
terbagi atas :
a. Anti oksidan sejati (anti oksigen)
Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas dan
mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT.
b. Anti oksidan sebagai agen produksi.
Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah
teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang – kadang bekerja dengan cara
bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit.
c. Anti oksidan sinergis.
Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena
adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat,
tartrat, EDTA.
Peningkat Penetrasi
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang
terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat
dermal (kulit).
Syarat-syarat:
- Tidak mempunyai efek farmakologi.
- Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
- Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
- Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
- Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
- Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
- Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
- Dapat menyebar pada kulit.
- Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
- Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Peningkat Penetrasi
Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan
permeabilitas kulit dengan mengurangi tahanan difusi stratum
corneum dengan cara merusaknya secara reversible. Contoh;
dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan
dapat bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya.
Metode Pembuatan
 Metode Pelelehan ( fusion)
Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh
diaduk sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.
 Metode Triturasi
Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan
terakhir. Di sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk
melarutkan zat khasiatnya.
Pada skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan
keberhasilan produksi sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan
proses pemindahan dari satu tahap pembuatan ke tahap yang lain.
Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu
diperhatikan, antara lain:
. Kondisi temperatur /suhu
. Kontaminasi dengan kotoran
. Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap.
Dasar – dasar proses pembuatan sediaan semi
solid (termasuk krim) dapat dibagi
 Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan.
Bahan padat dalam suatu sediaan diusahakan mempunyai ukuran
yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk
menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya
partikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses
 . Pemanasan dan pendinginan
Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan
berkhasiat, pencampuran bahan- bahan semisolid pada proses
pembuatan emulsi. Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan
pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan- bahan yang
digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali
apabila didalam sediaan tersebut ada bahan-bahan yang termolabil
Lanjutan…
 Pencampuran
Pencampuran terdiri tiga macam:
a. Pencampuran bahan padat.
Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah menghancurkan
aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b. Pencampuran untuk larutan.
Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya
transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
c. Pencampuran semi solida.
Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat
pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade.
Alat dengan sigma blade dapat membersihkan salep/ krim yang
menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas produk serta
proses transfer panas lebih baik.
 Penghalusan dan Homogenisasi.
Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah
penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah
tercampur dengan baik.
Cara kerja krim
 Mampu melekat pd permukaan kulit
 Membentuk lapisan tipis yg mengkilap efek dari fase
minyak....
 Pada tipe M/A akan membentuk lapisan tipis permeabel
setelah airnya menguap
 Pada tipe A/M akan membentuk lapisan hidrofilik setelah
airnya menguap dan menimbulkan sensasi dingin.
Kestabilan Krim
 Perubahan suhu
 Perubahan pH
 Kontaminasi Bakteri
 Adanya dehidrasi
 Interaksi antar komponen
 Wadah tidak cocok
KERUSAKAN EMULSI/STABILITAS
EMULSI
Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti
di bawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan,
yaitu satu bagian mengandung fase dispers lebih banyak
daripada lapisan yang lain.
Bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan akan
terdispersi kembali.
KERUSAKAN EMULSI/STABILITAS
EMULSI
2. Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya
emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir
minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal
yang memisah.
Bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki kembali).
a. Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan
pH, penambahan elektrolit CaO, CaCl2 eksikatus, NaCl.
b. Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan, pengadukan.
c. Peristiwa niologis : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau
ragi.
KERUSAKAN EMULSI/STABILITAS
EMULSI
3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi w/o
menjadi o/w secara tiba-tiba atau sebaliknya.
Bersifat irreversible.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Daya kohesi : daya tarik menarik antara molekul yang sejenis.
Daya adhesi : daya tarik menarik antarmolekul yang tidak sejenis

Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada pada
permukaan tersebut dinamakan “tegangan permukaan” (surface
tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur
(immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut
dinamakan “tegangan bidang batas” (interfacial tension).
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas,
semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur.

Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan


penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit,
tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik
tertentu seperti sabun (sapo).

Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan


emulgator akan menurunkan atau menghilangkan
tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara
kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul
emulgator: ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut
dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut
dalam minyak.
Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Bagian hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b. Bagian lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
Masing-masing bagian akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, bagian hidrofil ke dalam air, dan bagian lipofil ke
dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi
tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua bagian tersebut
akan membuat suatu keseimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya


tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB
(Hydrofol Lypofil Balance), yaitu angka yang menunjukkan
perbandingan antara bagian hidrofil dengan bagian lipofil.
Semakin besar harga HLB, maka semakin banyak bagian yang suka
air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator
ditinjau dari harga HLB-nya.

Harga HLB Kegunaan


1-3 Antifoaming agent
4-6 Emulgator tipe a/m
7-9 Pembasah (wetting agent)
8-12 Emulgator tipe m/a
13-15 Detergent
16-18 Peningkat kelarutan
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
3. Teori Film Plastik (Interfacial Film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada
batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film
yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase
internal.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antara
partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
Bagaimana suatu emulgator bekerja
berdasar teori interfacial film?

Melalui pembentukan film/lapisan antar


permukaan

Lapisan monomolekuler Lapisan multimolekuler Lapisan serbuk terbagi halus


TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,
sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian
seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng
lapisan listrik yang saling berlawanan.
Bneteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak
yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang
besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel
minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara
sesama partikel akan tolak-menolak, dan stabilitas emulsi akan
bertambah.
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI

- - - - - -
- + + - - + + -
- + + - - + + -
- + + - - + + -
--- ---
Mekanisme stabilisasi emulsi

1. Emulgator Surfaktan
Pembentukan lapisan film monolayer pada
antar muka globul , ada beberapa macam
42 surfaktan
Skema tipe surfaktan berdasarkan tipe bagian kepala
yang polar :: anionik, kationik, non ionik dan
zwitter ionik

43
Mekanisme pembentukan film
campuran pada stabilisasi
Globul terdispersi
1. Setil sulfat Na dengan kolesterol
→ film kompleks dan rapat →
stabilita emulsi baik
2. Setil sulfat Na dengan oleyl
alkohol → film kompleks
tidakkurang rapat → stabilita
emulsi jelek
3. Setil alkohol dengan Natrium
oleat → film kompleks
tidakkurang rapat →stabilita
emulsi kurang baik

44
45
46
Harga HLB butuh fase minyak dalam emulsi O/W atau W/O

47
2. Emulgator Koloid Hidrofil
Pembentukan lapisan film multilayer pada antar muka globul
dan dapat meningkatkan viskositas

48
3. Emulgator Pertikel halus
Pembentukan lapisan film monolayer pada antar muka globul
karena kemampuan partikel halus teradsorpsi pada permukaan

globul Partikel halus


Sudut
kontak

Film lebih rigid

49
TIPE EMULGATOR
1. Emulgator alam
Dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya termasuk golongan karbohidrat dan
merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap
elektrolit dan alkohol kadar tinggi, dan dapat dirusak oleh
bakteri. Oleh karena itu, pembuatan emulsi dengan emulgator
ini harus selalu emnambahkan pengawet.
TIPE EMULGATOR
Contoh emulgator dari tumbuhan
Emulgator Jumlah air utk Ket.
mengembangkan
Gom arab Korpus emulsi = 2 : 1 : 1,5 Untuk obat minum.
(2 = minyak, 1 = Kerja : dengan membentuk koloid
emulgator, 1,5 = air) pelindung (teori interfacial film) dan
membentuk cairan kental sehingga laju
pengendapan menjadi kecil.
Tragakan 20x berat tragakan Kerja : membentuk cairan kental
sehingga laju pengendapan menjadi
kecil.
Agar-agar Dilarutkan dengan air -Kurang efektif jika digunakan sendiri.
mendidih. Dinginkan pelan- -Ditambahkan untuk menambah
pelan sampai suhu tidak viskositas emulsi dengan gom arab.
kurang dari 45C. -Biasanya digunakan 1-2%
TIPE EMULGATOR
Contoh emulgator dari tumbuhan (lanjutan)
Emulgator Jumlah air utk Ket.
mengembangkan
Chondrus Penyiapan seperti pada Sangat baik dipakai untuk emulsi
agar-agar minyak ikan karena dapat menutupi
rasa dan bau minyak ikan.
Pektin, metil Biasa digunakan 1-2%
selulosa,
karboksimetilselul
osa (CMC)
TIPE EMULGATOR
b. Emulgator hewani
Emulgator Ket.
Kuning telur Mengandung :
-Lesitin : emulgator tipe o/w
-Kolesterol : emulgator tipe w/o
Adeps lanae Untuk pemakaian luar.
Mengandung kolesterol : emulgator tipe w/o.
Dalam keadaan kering, dapat menyerap air 2x bobotnya.
TIPE EMULGATOR
c. Emulgator dari mineral
Emulgator Ket.
Magnesium alumunium silikat Untuk pemakaian luar.
(veegum) Emulgator tipe o/w.
Pemakaian yang lazim : 1%.
Bentonit Mengabsorpsi sejumlah besar air sehingga
membentuk massa seperti gel.
Konsentrasi pemakaian : 5%.
TIPE EMULGATOR
2. Emulgator Buatan/Sintetis
Emulgator Ket.
Sabun Untuk pemakaian luar.
Sangat peka terhadap elektrolit.
Emulgator tipe o/w dan w/o.
Tween 20; 40; 60; 80
Span 20; 40; 80

Emulgator dapat digolongkan menjadi :


1. anionik : sabun alkali, Na-lauril sulfat
2. kationik : senyawa amonium kuartener
3. nonionik : tween dan span
4. amfoter : protein, lesitin.
• METODE GOM BASAH
CARA PEMBUATAN (METODE INGGRIS)
Emulgator ditabur di atas air

1. Pembuatan corpus emulsi Terbentuk mucilago/mengembang

Tambahkan minyak
4 : 2 : 1 (sedikit demi sedikit)

Gerus hingga terbentuk emulsi primer


minyak emulgator
air
• METODE GOM KERING
(METODE KONTINENTAL)
Emulgator + minyak

2 : 1 : 1,5 Emulgator terbasahi

Tambahkan air sekaligus


minyak emulgator air
Gerus hingga terbentuk emulsi primer
seperti susu
CARA PEMBUATAN

 METODE BOTOL/METODE BOTOL FORBES


Digunakan untuk minyak menguap dan minyak yang
viskositasnya rendah.
- serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering.
- ditambahkan 2 bagian air.
- tutup botol.
- kocok kuat.
-tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
CARA PEMBUATAN
(lanjutan)

2. Penambahan zat aktif

• Zat aktif dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai (sesuai
kelarutan zat aktif).
Misal zat aktif A larut dalam air, maka dilarutkan dulu dalam air.
• Masukkan zat aktif yang telah dilarutkan ini ke dalam corpus emulsi yang
sudah dibuat.

3. Aduk hingga homogen.


4. Masukkan dalam kemasan.
5. Ad dengan air.
6. Tutup kemasan.
7. Beri etiket.
Cara Membedakan Tipe Emulsi
 Dengan pengenceran fase
Emulsi m/a diencerkan dengan air.
Emulsi a/m diencerkan dengan minyak.
 Tes warna
Zat warna larut air larut di fasa air.
Contoh pewarna : metilen biru, metilen merah, amarant.
Zat warna larut minyak larut di fase minyak.
Contoh pewarna : sudan III (warna merah)
 Tes konduktivitas
Lampu akan nyala bila elektrode dicelupkan pada emulsi m/a. Sebaliknya,
akan mati bila elektrode dicelupkan pada emulsi a/m.
 Dengan kertas saring
Emulsi m/a kertas saring basah.
Emulsi a/m timbul noda minyak.

Anda mungkin juga menyukai