Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan
untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa
saja dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, apalagi dengan pasien
post operasi harus memerlukan penanganan yang berkompetent. Pada pasien post
operasi laparatomi seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi
mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik
pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan
segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi
dini.
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti caesarean
section sampai membuka selaput perut. Perawatan post laparatomi adalah bentuk
pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut. Tujuan perawatan post laparatomi antara lain:
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan, mempercepat penyembuhan,
mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi,
mempertahankan konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang, hal inilah
yang membuat pasien dengan pasca bedah memerlukan perawatan yang
maksimal.
Post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah
pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan
departement kesehatan Indonesia (DEPKES RI) laparatomi meningkat dari 162
pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun
2007.

Dengan melihat kondisi pasien post operasi laparatomi yang memerlukan


perawatan maka perlu dilakukannya intervensi dengan maksud untuk mengurangi
tegangan melalui latihan pernapasan dan mobilisasi dini untuk mempercepat
proses kesembuhan dan kepulangan pasien serta dapat memberikan kepuasan atas
perawatan yang diberikan.
Teknik relaksasi, relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan teknik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emosional stres. Teknik
relaksasi adalah perilaku yang diperlajari dan membantu waktu penelitian dan
praktek. Snyder dan Egan menemukan teknik relaksasi sebagai metode utama
untuk menghilangkan stres, tujuannya untuk menghasilkan respon yang dapat
memerangi respon stres. Pada pasien post operasi latihan napas dalam, bantu
batuk dan menekan insisi meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat
pembersihan jalan napas sehingga menurunkan resiko atelektasis, pneumonia.
Perawat menganjurkan klien untuk melakukan ambulasi lebih awal, sebagian
besar klien diharapkan dapat melakukan ambulasi setelah pembedahan bergantung
pada beratnya pembedahan dan kondisi klien. Pemberian posisi post operasi untuk
mencegah terjadinya kontraktur pinggul dan lutut sangat penting, latihan
pascaoperasi, latihan tentang gerak dimulai segera mungkin. Ubah posisi secara
periodik dan ambulasi sedini mungkin meningkatkan pengisian udara seluruh
segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan
saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua
organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri
berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga
laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau
peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat penyayatan
mudah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit

terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung syaraf. Adapun


kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini adalah mudah terjadi
hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi kurang baik dan
persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam makalah kali ini digunakan teknik operasi laparotomi
medianus cental dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ
visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk
menegakkan diagnosa.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari laparatomi?
1.2.2. Apa tujuan dari laparatomi?
1.2.3. Apa prosedur laparatomi?
1.2.4. Bagaimana asuhan keperawatan dan instek pada klien laparatomi?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Mengetahui apa pengertian dari laparatomi
1.3.2. Mengetahui apa saja jenis-jenis dari laparatomi
1.3.3. Mengetahui apa indikasi diadakannya laparatomi
1.3.4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dan instek pada klien
laparatomi

LAPARATOMI
2.1. Pengertian
Laparatomi merupakan insisi pembedahan melalui pinggang, tetapi tidak
selalu tepat dan lebih umum dilakukan dibagian perut mana saja (Doorland, 1994,
dalam Surono, 2009). Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan
mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen
untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi,
perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti
apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan
rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitisdan peritonitis
(Sjamsuhidajat, 2005). Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding
abdomen dan yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau
catatan medik pasien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen
sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010).
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer & Bare, 2002).
Laparatomi adalah insisi dinding abdomen untuk tujuan eksplorasi (Hinchliff,
2010). Laparatomi adalah insisi pembedahan melalui punggung atau lebih umum
melalui setiap bagian dinding perut (Danuwidjaja, 2009).
2.2. Jenis Sayatan Pada Operasi Laparatomi

Ada 4 (empat) cara, yaitu (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2008):


1. Midline insision; yaitu insisi pada daerah tengah abdomen atau pada
daerah yang sejajar dengan umbilikus.
2. Paramedian, yaitu : panjang (12,5 cm) sedikit ke tepi dari garis
tengah.
3. Transverse upper abdomen insision, yaitu: sisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu : 4 cm di atas anterior spinal
iliaka, insisi melintang di bagian bawah misalnya: pada operasi
appendictomy.

Gambar1. sayatan Pada Laparatomy;(2)Midline insision,(3)Paramedian, (1)


Transverse upper abdomen,(4)Transverse lower abdomen
(Www.google.com//image//abdomen.adam)
2.3. Indikasi Laparatomy
Indikasi seseorang untuk dilakukan tindakan laparatomi antara lain: trauma
abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur hepar, peritonitis, perdarahan saluran
pencernaan (Internal Blooding), sumbatan pada usus halus dan usus besar, massa
pada abdomen. Selain itu, pada bagian obstetri dan ginecology tindakan

laparatorni seringkali juga dilakukan seperti pada operasi caesar (Syamsuhidajat


& Wim De Jong, 2008)
1. Apendisitis
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing atau
peradangan akibat infeksi pada usus buntu. Bila infeksi parah, usus buntu itu
akan pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol pada bagian awal unsur atau sekum (Jitowiyono, 2010).
2. Secsio Cesarea
Sectio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Jenis-jenis sectio sesaria
yaitu sectio sesaria klasik dan sectio sesaria ismika. Sectio sesaria klasik yaitu
dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm, sedangkan
sectio sesaria ismika yaitu dengan sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm.
3. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritonium, suatu lapisan endotelial tipis yang
kaya akan vaskularisasi dan aliran limfa.Penyebab Peritonitis ialah infeksi
mikroorganisme yang berasal dan gastrointestinal, appendisits yang meradang
typoid, tukak pada tumor. Secara langsung dari luar misalnya operasi yang
tidak steril, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limfa dan ruptur hati.
4. Kanker colon
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke
dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling

umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
5. Abses Hepar
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat
kerusakan jaringan, Hepar adalah hati. Abses hepar adalah rongga yang berisi
nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
Penyebab abses hati yaitu oleh kuman gram negatif dan penyebab yang paling
terbanyak yaitu E. Coli. Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture
abses sebesar 5 - 15,6%, perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke
pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang
dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.
6. Ileus Obstruktif
Obstruksi usus didefinisikan sebagai sumbatan bagi jalan distal isi usus. ada
dasar mekanis, tempat sumbatan fisik terletak melewati usus atau ia bisa
karena suatu ileus. Ileus juga didefinisikan sebagai jenis obstruksi apapun,
artinya ketidakmampuan si usus menuju ke distal sekunder terhadap kelainan
sementara dalam motilitas.
Ileus dapat disebabkan oleh gangguan peristaltic usus akibat pemakaian obatobatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia sehingga
terjadi paralysis. Penyebab lain adalah adanya sumbatan/hambatan lumen
usus akibat pelekatan atau massa tumor. Akan terjadi peningkatan peristaltic
usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan.
2.4. Prosedur Tindakan Laparatomy
2.4.1. Penatalaksanaan Preoperatif
Keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung
pada fase ini. Hal ini disebabkan fase preoperatif merupakan tahap awal
yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan selanjutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.

Pengakajian secara integral meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis


sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan tindakan operasi.
Adapun persiapan klien sebelum memasuki kamar operasi, meliputi:
a. Persiapan Fisik
1) Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lainlain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi.
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai
8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan
dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi
kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan
dan perawatan luka.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan
dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila
masih memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh
badannya sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak,
maka bidan melakukannya di atas tempat tidur.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.

10

8) Latihan Pre Operasi


a) Latihan nafas
Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan
saat terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan
teknik nafas dalam yang benar adalah :
1) Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian
tahan 1-2 detik
2) Keluarkan secara perlahan dari mulut
3) Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali
sehari (pagi, siang, sore)
b) Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang
menyumbat jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :
1) Tarik nafas dalam 4-5 kali
2) Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
3) Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan
kuat
4) Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi
disesuaikan dengan kebutuhan
5) Perhatikan kondisi klien
c) Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau
mempertahankan

fleksibilitas

dan

kekuatan

otot,

mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan, serta


mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Beberapa jenis
gerakan sendi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, oposisi, dll.
b. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi
normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan
yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial
maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Berbagai alasan yang dapat

11

menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan


antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut
keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang
lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas, dan takut operasi gagal. Persiapan mental yang kurang
memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan
keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh
keluarga orang terdekat pasien. Kehadiran dan keterlibatan keluarga
sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan
dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi. Peranan dokter dan dibantu perawat
dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan
membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dijalani
sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, halhal yang akan dialami selama proses operasi, dan menunjukkan
tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi selama
operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi
operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika
pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan
sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian
informasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan.
Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan
pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala
prosedur yang ada. Dokter juga dapat mengoreksi pengertian yang
salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian
yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
2.4.2. Penatalaksanaan Inraoperatif
1. Penegertian
Prosedur tindakan laparatomy adalah Suatu tindakan instrumentasi untuk
tindakan membuka dinding abdomen(Turkanto, 2005).

12

2. Tujuan
1) Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument
2) Memperlancar handling instrument
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.
3. Tim Operasi
1) Ahli Bedah
Tim pembedahan di pimpin oleh ahli bedah senior.
2) Asisten pembedahan 1 orang atau lebih
Asisten bisa dokter,residen atau perawat di bawah petunjuk ahli
bedah.
3) Anaesthesologis atau perawat anasthesi.
Perawat anastesi memberikan obat-obat anastesi dan obat-obat lain
untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
4) Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedaahan.Tugasnya
adalah:
a) Set up ruangan operasi
b) Menjaga kebutuhan alat
c) Check up keamanan dan fungsi peralatan sebelum pembedahan.
d) Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
e) Memenuhi kebutuhan klien,memberi dukungan mental dan
orientasi klien.
f) Membantu anastesi
g) Mendokumentasikan secara lengkap drain,keteter dll.
5) Nurse Scrub
Bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril
dan instrumen,kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi
fisiologis

dan

prosedur

pembedahan

memudahkan

antisipasi

instrumen apa yang di butuhkan.


a. Persiapan pasien dan lingkungan
1) Persetujuan operasi.
2) Alat-alat dan obat-obatan.
3) Puasa
4) Lavement
5) Skiren
6) Setelah penderita dilakukan anaesthesi mengatur posisi terlentang
b. Persiapan alat
1) Alat On Steril
a) Meja operasi
(1) Lampu operasi
(2) Mesin suction dan mesin coutter
(3) Tempat sampah
2) Alat Steril
a) Di Meja Linen
(1) Duk Besar
:2

13

(2) Duk sedang


:4
(3) Duk kecil
:4
(4) Gaun steril
:4
(5) Handuk steril / perlak
: 4/2
(6) Instrumen steril
:1
b) Di Baskom Steril
(1) Baskom besar
:2
(2) Bengkok
:2
(3) kom / cucing
: 2/1
(4) Kabel coutter
:1
c) Di Meja Mayo
(1) Handle Mess no 3
: 1
(2) Gunting Metzenbaum / gunting jaringan
: 1/1
(3) Pinset anatomis
:2
(4) Pinset cirurgis
: 2/2
(5) Disinfeksi klem / duk klem / mosquito
: 1/5/2
(6) Pean bengkok sedang / kokher bengkok sedang
: 4/8
(7) Kokher lurus / Needle holder / gunting benang
: 3/2/1
(8) Langenbeck / krop sonde / staples kulit
: 2/1/1
d) Bahan Habis Pakai
(1) Handscone steril / Mess no 20
: 4/1
(2) Kassa / deepers / deepers kacang / rol pita : 2/5/1/30cm
(3) Povidon iodine 10% / NS 0,9 %
: 100/ 500 cc
(4) Vicryl no 2-0 / plain no 2-0 / proline 2-0
: 1/1/1
(5) Merslin mesh / klip kulit
:1
3) Teknik Instrumentasi
Berikut prosedur tindakan laparatomy mulai dari membukanya
dinding hingga rongga perut sampai proses penutupan kembali
dinding perut:
Tim bedah cuci tangan
Tim memakai jas operasi, sarung tangan
Perawat mengatur posisi klien terlentang
Berikan antiseptik untuk desinfeksi
Pasang draping untuk mempersempit area pembedahan
Pasang slang suction, kabel diathermi
Perawat siap membacakan identitas, diagnosa tindakan yang

akan dilakukan.
Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 untuk insisi kulit

sampai lemak.
Berikan arteri vanpean dan kabel diatermi untu merawat
perdarahan.

14

Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 ke operator dan 2

cokker untuk asisten untuk insisi vasia.


Berikan gunting metzenboum pada operator dan pinset
cirurrgi, berikan richardson kepada asisten untuk memperluas

insisi vasia.
Berikan pinset anatomis ke operator untuk membuka otot

secara tumpul
Berikan pinset anatomis dan gunting metzenboum untuk

membuka peritoneum
Berikan 4 peritoneum

kanan, kiri peritoneum.


Berikan deaver retractor untuk membuka rongga perut.
Berikan kassa besar untuk melindungi usus
Berikan kassa besar untuk melindungi usus
Berikan deaver retractor untuk memperlebar rongga perut
Berikan suction untuk menyedot perdarahan
Berikan bengkok untuk tempat cloting
Berikan pinset anatomi panjang 18 cm untuk mengevaluasi

lokasi perdarahan
Berikan arteri klem vanpean bengkon 20 cm 2/3 untuk

menghentikan perdarahan
Berikan gunting mezenboum untuk memotong jaringan yang

rusak
Berikan hacting set dengan benang cromic

klem untuk memegang atas,bawah,

no:2 untuk

menjahit bagian yang kearah pembuluh darah, untuk

menghentikan perdarahan.
(Evaluasi perdarahan), jika perdarahan siapkan hacting set

dengan benang cromic no:2


(instrument mengingatkan untuk mengambil kasa besar)
Berikan cairan NaCl 0,9 % (bila perlu) untuk mencuci intra
abdoment.

15

Berikan hacting set dengan benang plain no:1 untuk menjahit

peritoneum
Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk menjahit

otot
Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 atau vicril

no:0 untuk menjahit vasia


Berikan hacting set dengan benang plain no:000 atau no:00

untuk menjahit lemak


Berikan hacting set dengan benang zeide no:000 atau no:00

atau prolin no:000 untuk menjahit kulit


Berikan kasa basah kepada asisten untuk membersihakan darah

dan sisa antiseptic


Berikan kasa steril dan desinfektan untuk menutup luka

operasi.
Operasi selesai
2.4.3. Penatalaksanaan Postoperatif
Setelah dilakukan tindakan pembedahan yang harus diperhatikan adalah
perawatan untuk post operasi:
a) Hindari kejadian yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok,
Muntah, Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air
kecil.
b) Observasi keadaan klien.
c) Cek Tanda-tanda vital pasien.
d) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan
e)
f)
g)
h)

jadwal.
Perhatikan drainase.
Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
(1) Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum
sedikit-sedikit
(2) Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi
diet sama dengan post laparatomi)
(3) Hari 2: Diet bubur saring
(4) Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan

2.5. Komplikasi Laparatomy

16

Komplikasi yang seringkali ditemukan pada pasien operasi laparatomi


berupa ventilasi paru tidak adekuat, gangguan kardiovaskuler (hipertensi, aritmia
jantung), gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan gangguan rasa
nyaman dan kecelakaan (Azis, 2010).
1. Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
2.

dan ambulatif dini.


Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang
paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme
gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan

3.

mempertahankan aseptik dan antiseptik


Eviserasi
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor
penyebab eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu
pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat
dari batuk dan muntah.

2.6. Jenis Anastesi Pada Laparatomy


Pada pembedahan laparatomy umumnya jenis anastesi yang digunakan
adalah jenis anastesi umum inhalasi. Anastesi umum adalah suatu keadaan tidak
sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh
tubuh akibat pemberian obat anestesia (Mangku G, 2010).

17

Anestesi umum inhalasi merupakan satu teknik anestesia umum yang


dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anastesia inhalasi yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat/mesin anestesia
langsung ke udara. Jenis obat anastesi umum inhalasi, umumnya mengunakan
jenis obat seperti N2O, enfluran, isofluran, sevofluran yang langsung memberikan
efek hipnotik, analgetik serta relaksasi pada seluruh otot klien (Mangku G, 2010).
Umumnya konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi untuk pemberian obat
bius secara inhalasi adalah 2,03,0% bersamasama dengan N2O dengan efek
lama penggunaan tergantung lama jenis operasi tindakan yang akan dilakukan dan
penggunaanya selalu dikombinasikan dengan obat lain yang berkasiat sesuai
dengan target trias anestesia yang ingin dicapai (Mangku G, 2010)

18

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu
tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (harjono. M, 1996). Jenis
laparatomi menurut tekhnik pembedahan yakni insisi pada garis tengah
abdomen (mid-line incision), Insisi pada garis tranversal abdomen
(pfannenstiel incision), insisi cherney, paramedian dan transverse upper
abdomen incision.
Sedangkan

menurut

indikasi,

jenis-jenis

laparatomi

meliputi

Adrenalektomi, apendiktomi, gasterektomi, histerektomi, kolektomi,


nefrektomi,

pankreatomi,

seksiosesaria,

siksetomi

dan

selfigo

oofarektomi.
3.2. Saran
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen
(Spencer) yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.Oleh
karena itu sebagai perawat hendaknya mengetahui tentang tekhnik dan
perawatan pada klien dengan laparatomi

19

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta :
EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper
Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston :
Blackwell Publishing,
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology.
Boston : Elsevier Saunders
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates

20

Sjamsu Hidayat. 2004. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai