BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan
untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa
saja dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien, apalagi dengan pasien
post operasi harus memerlukan penanganan yang berkompetent. Pada pasien post
operasi laparatomi seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi
mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik
pasien itu sendiri. Pengembalian fungsi fisik pasien post-op laparatomi dilakukan
segera setelah operasi dengan latihan napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi
dini.
Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen seperti caesarean
section sampai membuka selaput perut. Perawatan post laparatomi adalah bentuk
pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani
operasi pembedahan perut. Tujuan perawatan post laparatomi antara lain:
Mengurangi komplikasi akibat pembedahan, mempercepat penyembuhan,
mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi,
mempertahankan konsep diri pasien dan mempersiapkan pasien pulang, hal inilah
yang membuat pasien dengan pasca bedah memerlukan perawatan yang
maksimal.
Post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan maksimal setelah
pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan pasien itu sendiri. Laporan
departement kesehatan Indonesia (DEPKES RI) laparatomi meningkat dari 162
pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun
2007.
LAPARATOMI
2.1. Pengertian
Laparatomi merupakan insisi pembedahan melalui pinggang, tetapi tidak
selalu tepat dan lebih umum dilakukan dibagian perut mana saja (Doorland, 1994,
dalam Surono, 2009). Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan
mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen
untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi,
perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti
apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan
rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitisdan peritonitis
(Sjamsuhidajat, 2005). Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding
abdomen dan yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau
catatan medik pasien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding abdomen
sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010).
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer & Bare, 2002).
Laparatomi adalah insisi dinding abdomen untuk tujuan eksplorasi (Hinchliff,
2010). Laparatomi adalah insisi pembedahan melalui punggung atau lebih umum
melalui setiap bagian dinding perut (Danuwidjaja, 2009).
2.2. Jenis Sayatan Pada Operasi Laparatomi
umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
5. Abses Hepar
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat
kerusakan jaringan, Hepar adalah hati. Abses hepar adalah rongga yang berisi
nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
Penyebab abses hati yaitu oleh kuman gram negatif dan penyebab yang paling
terbanyak yaitu E. Coli. Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture
abses sebesar 5 - 15,6%, perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke
pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang
dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.
6. Ileus Obstruktif
Obstruksi usus didefinisikan sebagai sumbatan bagi jalan distal isi usus. ada
dasar mekanis, tempat sumbatan fisik terletak melewati usus atau ia bisa
karena suatu ileus. Ileus juga didefinisikan sebagai jenis obstruksi apapun,
artinya ketidakmampuan si usus menuju ke distal sekunder terhadap kelainan
sementara dalam motilitas.
Ileus dapat disebabkan oleh gangguan peristaltic usus akibat pemakaian obatobatan atau kelainan sistemik seperti gagal ginjal dengan uremia sehingga
terjadi paralysis. Penyebab lain adalah adanya sumbatan/hambatan lumen
usus akibat pelekatan atau massa tumor. Akan terjadi peningkatan peristaltic
usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan.
2.4. Prosedur Tindakan Laparatomy
2.4.1. Penatalaksanaan Preoperatif
Keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung
pada fase ini. Hal ini disebabkan fase preoperatif merupakan tahap awal
yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan selanjutnya. Kesalahan
yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
10
fleksibilitas
dan
kekuatan
otot,
11
12
2. Tujuan
1) Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument
2) Memperlancar handling instrument
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen selama operasi.
3. Tim Operasi
1) Ahli Bedah
Tim pembedahan di pimpin oleh ahli bedah senior.
2) Asisten pembedahan 1 orang atau lebih
Asisten bisa dokter,residen atau perawat di bawah petunjuk ahli
bedah.
3) Anaesthesologis atau perawat anasthesi.
Perawat anastesi memberikan obat-obat anastesi dan obat-obat lain
untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
4) Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedaahan.Tugasnya
adalah:
a) Set up ruangan operasi
b) Menjaga kebutuhan alat
c) Check up keamanan dan fungsi peralatan sebelum pembedahan.
d) Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping
e) Memenuhi kebutuhan klien,memberi dukungan mental dan
orientasi klien.
f) Membantu anastesi
g) Mendokumentasikan secara lengkap drain,keteter dll.
5) Nurse Scrub
Bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril
dan instrumen,kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi
fisiologis
dan
prosedur
pembedahan
memudahkan
antisipasi
13
akan dilakukan.
Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 untuk insisi kulit
sampai lemak.
Berikan arteri vanpean dan kabel diatermi untu merawat
perdarahan.
14
insisi vasia.
Berikan pinset anatomis ke operator untuk membuka otot
secara tumpul
Berikan pinset anatomis dan gunting metzenboum untuk
membuka peritoneum
Berikan 4 peritoneum
lokasi perdarahan
Berikan arteri klem vanpean bengkon 20 cm 2/3 untuk
menghentikan perdarahan
Berikan gunting mezenboum untuk memotong jaringan yang
rusak
Berikan hacting set dengan benang cromic
no:2 untuk
menghentikan perdarahan.
(Evaluasi perdarahan), jika perdarahan siapkan hacting set
15
peritoneum
Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk menjahit
otot
Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 atau vicril
operasi.
Operasi selesai
2.4.3. Penatalaksanaan Postoperatif
Setelah dilakukan tindakan pembedahan yang harus diperhatikan adalah
perawatan untuk post operasi:
a) Hindari kejadian yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok,
Muntah, Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air
kecil.
b) Observasi keadaan klien.
c) Cek Tanda-tanda vital pasien.
d) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan
e)
f)
g)
h)
jadwal.
Perhatikan drainase.
Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
(1) Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum
sedikit-sedikit
(2) Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi
diet sama dengan post laparatomi)
(3) Hari 2: Diet bubur saring
(4) Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan
16
3.
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu
tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (harjono. M, 1996). Jenis
laparatomi menurut tekhnik pembedahan yakni insisi pada garis tengah
abdomen (mid-line incision), Insisi pada garis tranversal abdomen
(pfannenstiel incision), insisi cherney, paramedian dan transverse upper
abdomen incision.
Sedangkan
menurut
indikasi,
jenis-jenis
laparatomi
meliputi
pankreatomi,
seksiosesaria,
siksetomi
dan
selfigo
oofarektomi.
3.2. Saran
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen
(Spencer) yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.Oleh
karena itu sebagai perawat hendaknya mengetahui tentang tekhnik dan
perawatan pada klien dengan laparatomi
19
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta :
EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper
Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston :
Blackwell Publishing,
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology.
Boston : Elsevier Saunders
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates
20