Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

2.1 Definisi

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
memebri jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong, dan isi
hernia.
Hernia inkarserata (obstruksi hernia), yaitu kondisi ketika usus terjebak di dinding
perut atau di dalam kantung hernia (ingunal canal), sehingga mengganggu kerja usus.

2.2 Epidemiologi kasus


Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
Pada pria, 97% dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagian hernia
femoralis dan 1 % sebagai hernia umbilikalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50%
terjadi pada inguinalis, 34&% pada canalis femoralis dan 16% pada umbilicus. Tempat
umum hernia adalah lipatan paha, umbilicus, linea alba, garis semilunaris dari Spiegel,
diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat jarang
adalah perineum, segitiga lumbal superior dari grynfelt, segitiga lumbal inferior dari petit,
dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali
lebih banyak dari pada hernia femoralis dan keduanya mempunyai presentasesekitar 75-
80% dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3% (sjamsuhidajat, 2010 dan lavelle et al,
2002).

2.3 Etiologi
Hernia disebabkan oleh kombinasi antara kondisi otot yang tertarik dan melemah. Ada
beberapa hal yang menyebabkan otot tubuh melemah, yaitu:
- Usia
- Batuk kronis
- Bawaan lahir, terutama dipusar dan diafragma
- Cedera atau komplikasi dari operasi di bagian perut

Selain itu, ada sejumlah factor yang diduga dapat meningkat risiko seseorang mengalami
hernia, terutama ketika otot tubuh mulai melemah. Diantaranya adalah:

- Terlalu sering mengangkat beban berat


- Konstipasi yang menyebabkan penderitanya harus mengejan saat buang air besar
- Kehamilan yang menyebabkan meningkatkan tekanan dalam dinding perut
- Penumpukan cairan di dalam rongga perut
- Berat badan meningkat secara tiba-tiba
- Bersin yang berlangsung lama
- Obesitas
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan menimbulkan
lokus minoris atau kelemahan-kelemahan otot serta terjadi relaksasi dari annulus. Bila
lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi volume rongga
abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen.

2.4 Tanda dan gejala


1. Bengkak yang menetap pada wilayah inguinal atau umbilicus disertai tanda
peradangan (merah, nyeri, panas, sembab)
2. Terdapat tanda obstruksi usus
3. Muntah hijau
4. Perut kembung
5. Tidak bisa defekasi

2.5 Pemeriksaan penunjang & hasilnya secara teoritis


1. Laboratorium
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit >10.000-18.000/mm3 dengan shift to the
left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat. Tes urinalisis
untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinaris yang menyebabkan
nyeri lipat paha.
2. Radiologi
Tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
3. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
4. Rontgen abdomen
5. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam rongga perut
6. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut, meskipun tidak terlihat tonjolan.
Yang menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.

2.6 Penatalaksanaan medis


1. Terapi Obat
Untuk pasien hernia hiatus, dokter akan meresepkan obat untuk menurunkan asam
lambung guna meredakan gejala dan rasa tidak nyaman. Beberapa jenis obat yang
mungkin diberikan, yaitu antasida, antagonis reseptor H-2 , dan pengahambat
pompa proton (PPI)
2. Operasi
Tindakan operasi merupakan langkah utama ynag dilakukan dokter dalam
menangani hernia. Ada dua metode operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Operasi terbuka
Terdiri atas beberapa pilihan tindakan yang mungkin dilakukan dokter selama
operasi turun berok. Diantaranyaadalah :
a) Herniotomi
Membuat sayatan pada dinding perut, kemudian mendorong hernia
agar masuk kedalam tongga perut dan membuang kantung hernia.
b) Herniorafi
Hampir serupa dengan herniotomi, namun dokter akan menjahit area
keluarnya hernia untuk memperkuat dinding perut.
c) Hernioplasti
Tindakan ini dilakukan ketika lubang tempat keluarnya hernia cukup
besar. Dokter akan menggunakan jarring sintetis (mesh) untuk
menutup dan memperkuat lubang tersebut, sehingga hernia tidak
kambuh kembali.
b. Laparaskopi (operasi lubang kunci)
Yaitu prosedur penanganan hernia yang dilakukan dengan membuat sayatan
kecil di dinding perut. Dokter bedah akan menggunakan laparoskop dan alat
penunjang operasi lain dalam prosedur ini. Laparoskop

2.7 Pathway/ Patofisiologi


2.8 Prosedur Tindakan Operasi
Prosedur Tindakan Operasi Herniotomi
Persiapan:
1. Membuat daftar kebutuhan alat dan bahan habis pakai
2.Mengecek dan memepersiapkan  lampu operasi, mesin electro cauter, suction pump
3.Mengatur posisi meja mayo, meja instrument dan tempat sampah
4.Meletakkan set instrument steril yang masih terbungkus di atas meja instrumen
5.Mencatat identitas pasien di buku register
6.Menggunakan schort plastic

Pelaksanaan:
1.Setelah pasien dilakukan pembiusan oleh tim anastesi, atur posisi pasien, supine
posisition.
2.Cuci daerah yang akan dilakukan pembedahan dengan savlon dan keringkan dengan
doek steril, kemudian pasang ground couter.
3.Melakukan scrub gowning dan gloving, operator dan assisten melakukan tindakan
yang sama , bantu operator dan assisten.
4.Berikan desinfeksi klem , cuching berisi betadine dan deepers pada assisten untuk 
antiseptik area operasi
5.Melakukan drapping dengan doek besar menutup daerah atas dan bawah , doek
sedang menutup kanan dan kiri dan di klem dengan doek klem.
6.Atur couter dan selang suction, letakkan diatas doek dan fiksasi dengan doek klem
7.Berikan kassa basah untuk mengeringkan betadin dan kassa kering, kemudian
dekatkan meja mayo dan instrumen ke meja operasi.
8.Berikan pinset dan cuching betadine untuk marker daerah yang akan dibedah/di insisi.
9.Berikan handvatmess dan terpasang mess no 10 pada operator, berikan mosquito,
couter dan kassa untuk merawat perdarahan pada assisten.
10.Insisi dilakukan dengan couter sampai fat, berikan langenbeck kombinasi untuk
memperlebar pandangan pada assisten.
11.Berikan pisau untuk membuka fasia dan berikan 2 kocher lurus untuk menjepit fasia
kiri dan kanan.
12.Berikan gunting kasar /prepare untuk memperlebar irisan,berikan pinset anatomi
pada operator untuk melindungi jaringan dibawah fasia.
13.Setelah fasia diperlebar ditemukan muskulus kemudian di split dengan still deepers ,
dengan bantuan crub sonde atau jari untuk mencari vesikuli.
14.Setelah ditemukan vesikuli di berikan pita tegel yang dibasahi NaCl 0,9 kemudian
jepit dengan kosher lurus
15.Untuk mencari kantong hernia berikan double pinset pada operator dan gunting
metzemboung
16.Setelah kantong ditemukan beri kocher bengkok pada sisinya
17.Untuk memisahkan kantong distal dan proximal di vesikuli berikan gunting
metzembaum dan couter pada operator.
18.Setelah kantong terlepas dari vesikuli klem dengan kocher disatukan kemudian
dijahit dari dalam dengan vicryl 2-0, kemudian kantong dipotong
19.Klem dan pita tegel dilepas , bagian tengan kantong diberi mersyln mess, dijahit ke
vesikuli dengan vicryl 2-0
20.Fasia dan fat dijahit dengan vicryl 2-0, kulit dijahit dengan t lene 3-0
21.Bersihkan luka post operasi dengan kassa dibasahi NaCl 0,9, keringkan, beri sofratule
tutup dan kassa steril, tutup hepafix
22.Operasi selesai alat-alat dihitung dan dibersihkan dan di set kembali
23. Hitung alat dan bahan habis pakai dan catat dalam blangko depo.

2.9 Asuhan Keperawatan


Daftar diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus pre intra post
operatif dan definsi masalah keperawatan secara teoritis
1) Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman b.d kompresi syaraf, spasme otot
Definisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial.
DS & DO yang mendukung :
a. Data Subjek Mayor : Mengeluh tidak Nyaman
b. Data Objek Mayor : Gelisah
c. Data Subjek Minor : Mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh
kedinginan/kepanasan, merasa gatal, mengeluh mual, mengeluh lelah
d. Data Objek Minor : Menunjukan gejala distress, Tampak merintih/menangis,
pola eliminasi berubah, postur tubuh berubah, iritabilitas.
Tujuan : status kenyamanan meningkat
 Kriteria hasil :
a. Status lingkungan yang nyaman
b. Kualitas tidur dan istirahat meningkat
c. Mengontrol nyeri

Intervensi :

a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya , faktor pencetus atau yang
memperberat
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler.
c. Batasi aktivitas selama fase akut
d. Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi
2) Diagnosa keperawatan : Defisit nutrisi b.d mual muntah
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
DS & DO yang mendukung :
a. Data subjek mayor :
b. Data Objektif mayor : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
c. Data subjektif minor : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun
d. Data Objektif minor :Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun.

Tujuan : Asupan nutrisi tercukupi untuk kebutuhan metabolisme

 Kriteria hasil :
a. Meningkatnya masukan oral
b. Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui

Intervensi :

a. Tentukan kebutuhan kalori harian sesuai kebutuhan, kolaborasi dengan ahli gizi
b. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, diskusikan dengan klien tujuan
masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan yang kecil
c. Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
d. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien
dalam melakukan personal hygiene
e. Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah dan mengurangi nafsu
makan
3) Diagnosa keperawatan : Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
DS & DO yang mempengaruhi :
a. Data subjektif mayor : Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
b. Data objektif mayor : kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun
c. Data subjektif minor : Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa
cemas saat bergerak
d. Data objektif minor : sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas,
fisik lemah

Tujuan : mobilitas fisik klien meningkat

 Kriteria hasil :
a. Klien meningkatan dalam aktivitas fisik
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

Intervensi :

a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik


b. Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, beri aktivitas yang
disesuaikan dengan pasien
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
d. Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
e. Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
4) Ansietas b.d prosedur pembedahan
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
DS & DO yang mempengaruhi :
a. Data subjektif mayor : Meras bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
b. Data objektif mayor : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
c. Data subjektif minor : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya
d. Data objektif minor : Frekuensi nafas, nadi dan tekanan darah meningkat,
tremor, suara bergetas, sering berkemih
Tujuan : kecemasan klien berkurang
 Kriteria hasil :
a. Klien tampak tenang
b. Klien mengatakan rasa takutnya berkurang
c. Klien menyatakan siap untuk dilakukan operasi

Intervensi :

a. Menjelaskan prosedur, termasuk keadaan selama prosedur.


b. Temani klien untuk meningkatkan keamanan dan menurunkan kecemasan
c. Dengarkan keluhan klien
d. Identifikasi perubahan level kecemasan
e. Dorong klien untuk mengungkapkan secara verbal tentang perasaan, persepsi
dan ketakutan
f. Pertahankan kontak mata
g. Turunkan stimulasi perbuatan cemas
h. Jaga ketenangan
5) Resiko infeksi b.d prosedur invansive
Definisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
DS & DO :
Data Subjek : -
Data Objek : Terdapat luka insisi bedah
Tujuan : Infeksi dapat dikontrol
 Kriteria hasil
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Bersihkan lingkungan sekitar klien


b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pasien lain
c. Jelaskan pada klien tentang tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2015). Buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik.Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Edisi 8.Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai